•BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•
•TAP TO RECOMMENDATION•
"Tuh kan senyum-senyum sendiri! Mikiran kak Keylan kan lo!" goda Luna disertai bantal yang melayang tepat mukanya.
"Tepat sasaran." ucap Dara bangga.
🍂🍂🍂
Dara sudah diperbolehkan Dokter Gunawan untuk pulang. Bersama kedua sahabatnya, ia dituntun menuju tempat parkiran.
"Lo beneran nggak pengen bareng gue, Ra?" tanya Luna.
"Nggak usah. Gue naik angkot aja."
"Udah, lo bareng Luna aja, Ra. Lebih aman. Lagipula sopirnya Luna pasti fine fine aja kalo harus kerumah lo dulu."
"Sekali-kali dengerin kata temen napa, Ra! Yuk! Sopir gue udah dateng tuh!"
Dara mengangguk berbarengan dengan mobil sedan hitam mendekat di hadapan mereka bertiga. Dara bisa menebak jika itu adalah mobil Luna.
"Yaudah, gue balik dulu ya! Ati-ati!" pamit Maya. Cewek itu memilih jalan kaki karena jarak antara rumah sakit dan rumahnya sangat dekat. Sekalian olahraga malam, katanya.
Dara dan Luna sudah masuk ke dalam mobil hitam itu. Sedari tadi Luna menyerocos sana sini. Sedangkan Dara hanya menatap jendela mobil dengan pertanyaan yang bertubi-tubi hadir di kepala Dara.
"Siapakah yang membawanya ke rumah sakit? Apakah Keylan? Jika iya, mengapa sedari tadi ia tak menemuinya?" batin Dara.
"Ra! Ih! Lo nyuekin gue mulu sih!" seru Luna sebal.
Dara terkekeh. "Coba ulangi lagi."
"Demi ekor neptus, Dara! Lo nyebelin banget sih! Au ah! Gue nggak mau temenan sama lo lagi!"
Dara tertawa melihat Luna yang cemberut dan melipat tangannya di depan dada. Sangat mirip dengan anak kecil yang ngambek karena tidak dibelikan permen.
Dara mencolek dagu Luna. "Cie ngambek,"
"Apaan sih! Nggak usah pegang-pegang!"
"Wohooo! Baperan ni bocah! Apa jangan-jangan lo juga baper lagi sama kak Doni?"
"Ih Ra! Ngapain sih bawa-bawa si alien! Gue bete sama dia!"
"Bete apa sayang nih?"
"Sa- bete lah, njing! Siapa juga yang mau sayang sama tikus curut kayak dia!"
"Alah ngeles mulu lo! Gengsi kok dipelihara."
"Idih nggak punya kaca mbak?"
Dara dan Luna seketika ngakak. Memang sih mereka sedang berada pada tahap gengsi. Entah gengsi untuk menyapa, tersenyum, atau bahkan gengsi untuk sekedar bilang rindu dan sayang. Mungkin, mereka masih membutuhkan kepastian lebih lagi. Ini masalah hati, bukan sekedar permainan puzzle yang setelah terpecahkan hanya digeletakkan begitu saja di atas meja.
Pasalnya, perempuan menggunakan hati, sedangkan laki-laki menggunakan logika. Maka tak salah jika perempuan lebih hati-hati untuk menaruh sepenuh hatinya kepada seorang laki-laki. Mereka harus berjuang serta berkorban yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]
Teen FictionHighest rank : 3 in teenfiction (11 Mei 2018) •Keylan Zanuar Nugraha Cowok dingin tanpa perasaan. Paling anti jika barangnya disentuh oleh siapapun apalagi dirusak. Ia kira hidupnya akan hitam putih semenjak masalah itu terjadi. Namun, dengan datan...