#44

85.3K 5.5K 171
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA

TAP TO RECOMMENDATION

Dara terus melangkah dengan tatapan mata yang kosong. Sering kali perempuan itu meminta maaf karena tak sengaja menabrak seseorang yang ada di depannya.

Dara sudah tak punya semangat hidup. Hatinya pikirannya batinnya sudah hancur tak tersisa. Sebuah kenyataan pahit yang Keylan tadi pagi lontarkan membuat dirinya seolah menjadi poros bumi berputar. Membingungkan sekaligus memusingkan.

Kenyataan pahit yang Dara takuti itu datang menerpa batin serta hatinya yang sama sekali tak siap. Bagai pohon yang baru saja mendapat akar tunggang yang kuat lalu badai tornado datang, membuat akar itu rusak dan tak punya kekuatan lagi untuk menompang keresahan yang melanda.

Dara berbuat salah apa hingga Tuhan menakdirkan hidupnya seperti ini. Mengenaskan. Dijauhi oleh orang yang Dara sayang. Sungguh ia benar-benar tak sanggup. Itu berat.

Dara sudah sampai di depan kelas. Sapaan dari teman-temannya ia acuhkan saja. Pikirannya kosong. Bahkan ia tak mendengar jika sedari tadi kedua sahabatnya sedang memanggil Dara dengan hebohnya.

Suasana kelas yang ramai bagai sunyi senyap di telinga Dara. Matanya berair. Air mata yang sudah ia tahan sedari tadi. Sesak. Hanya sesak dan sedih tak karuan yang menyelimuti hati Dara. Butiran itu keluar dengan sendirinya, disertai isakan tangis Dara yang membuat siapa saja merasa pilu. Sebuah tangisan yang menyedihkan.

Semua siswa langsung terdiam dan menghampiri Dara. Memeluknya dalam diam. Mereka tau, Dara hanya perlu dukungan. Tak perlu menceritakan apa yang terjadi. Mungkin Dara belum siap. Air matanya membasahi seragam Maya dan Luna yang terdepan memeluk Dara disertai siswi yang lainnya.

Dara menghirup udara banyak-banyak. Berusaha membuat dirinya setenang mungkin.

Dara yang ceria, usil, banyak bicara, aktif kini menjadi muram, pendiam, sering melamun. Perubahan drastis itu dapat dirasakan oleh teman-teman sekelasnya. Kelas terasa sepi tanpa canda tawa perempuan itu. Mereka pun tak tau apa yang terjadi dengan Dara. Bahkan Luna dan Maya pun juga tak tau.

Dara bangkit dari tempat duduknya, meminta ijin untuk pergi ke kamar mandi.

Seketika seisi kelas menatap Luna dan Maya. Mereka meminta penjelasan dengan keadaan Dara yang seperti mayat hidup. Mereka tau itu bukan urusan mereka. Namun, setidaknya mereka masih ingin tau walaupun banyak yang juga tak peduli. Hanya sekedar kepo untuk menjawab tanda tanya besar di pikiran mereka.

Luna dan Maya hanya mengangkat bahu tak tau. Desahan demi desahan dapat dua orang itu dengar. Mau bagaimana lagi. Mereka memang tak tau. Tau pun Luna dan Maya juga tak akan memberi tau. Toh mereka cuma ingin tau tapi tak pernah mau peduli.

"Lun apa tandanya ini udah dimulai?" bisik Maya.

Luna menoleh. "Mungkin."

🍂🍂🍂

Dara rasa menyendiri adalah hal yang tepat. Ia butuh sendiri untuk menenangkan dirinya. Untuk menenangkan batin serta hatinya yang sudah tak berbentuk lagi.

Di taman yang sunyi, Dara duduk seorang diri dengan menatap lurus ke depan seperti tak punya harapan apa-apa.

"Boleh duduk?" tanya seseorang yang langsung duduk di samping Dara.

"Ra? Lo nggak denger gue?" tanya orang itu.

"Eh sorry Von. Gue nggak fokus."

Davon tersenyum simpul. "Gak papa, Ra. Huft, hidup kadang lucu ya."

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang