#23

104K 7.8K 123
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

•TAP TO RECOMMENDATION•

Disana, apapun itu sudah di depan matanya. Ia serba hitam dengan senyum menyeringai terbit di wajahnya.

"Apakah kau merindukanku, anakku?"

🍂🍂🍂

Satu kalimat yang keluar dari bibir pria itu sontak membuat Dara terkejut. Jantungnya berdegup kencang dan keringat dingin bercucuran di seluruh badannya.

Angin malam menerpa rambut cewek tersebut. Membuat bulu kuduknya merinding. Tatapan pria itu sama sekali tidak berpaling dari Dara. Dan tentu saja dengan senyum menyeringai yang terus menghiasi wajahnya.

"Apakah kau takut?" tanyanya.

Dara meneguk salivanya susah. Tenggorokannya benar-benar kering dan demi apapun Dara membutuhkan pertolongan sekarang!

Dengan rasa takut yang menjalar, Dara merangkak mundur sedikit demi sedikit.

"Mau kemana, sayang?"

Dara diam. Ia tetap merangkak dan memaksakan tenggorokannya untuk berteriak meminta tolong. Tapi apa daya, hanya sebuah desahan saja yang keluar.

Tangan pria itu mencapit pipi Dara kuat. Matanya menatap Dara dengan guratan balas dendam yang jelas. Dara berusaha berpaling, namun pria itu malah mencapit pipinya lebih erat.

"A-ayah k-kok bi-bisa di-disini?" tanya Dara pelan. Walau yang keluar hanya desahan, pria itu dapat menangkap apa yang puterinya katakan.

Pria itu tertawa hambar hingga menggema di penjuru hutan. Dara menutup telinganya takut. Suara itu sangat menyeramkan, seperti bukan suara ayahnya beberapa tahun lalu.

"Semua bisa aku lakukan, anakku. Apalagi untuk membalas dendam atas semua perbuatanmu."

Satu tetes air mata keluar dari pelupuk mata Dara. "Saya salah apa sama ayah? Saya mohon yah, jangan seperti ini terus. Jangan siksa diri Ayah dengan perilaku seperti ini. Ikhlaskan ibu yah..."

Pria itu menatap Dara tajam. Tangannya melayang menampar cewek itu. Matanya memaparkan kilatan benci yang nyata kepada Dara. "Apa! Ikhlaskan! Gara-gara kamu istriku meninggal! Dasar anak asuh nggak tau balas budi!" lagi-lagi pria itu menampar pipi Dara.

Dara tak bisa berbuat apa-apa. Ia terus memegangi pipi kanannya yang ditampar keras oleh ayahnya itu dengan air mata yang menderas.

"Maafkan saya yah, maafkan Dara..." ucap Dara.

"Maaf! Maaf! Kamu kira dengan minta maaf istriku bisa hidup lagi, ha!" bentak pria itu.

Dara menggigit bawah bibirnya, menahan sakit ketika kakinya yang keseleo sengaja diinjak oleh ayahnya. "Sakit yah,"

Pria itu menyeringai. Sepertinya ia sudah berubah menjadi psyco yang kejam. "Ini nggak seberapa daripada penderitaan yang ku alami selama ini!" pria itu menekan kaki Dara lebih kuat. Dara menjerit namun di telinga pria itu bagaikan sebuah musik yang mengalun indah.

"Daraaaa!" teriak seseorang yang memanggil-manggil nama Dara.

Pria berbaju hitam itu terkejut panik. Niatannya akan gagal total jika seseorang melihatnya. Ia juga tak mau jika harus berada di bui lagi.

Dara berusaha berteriak. Lagi-lagi ia gagal. Matanya membelalak ketika mulutnya ditutup dengan tangan ayahnya yang besar dan tubuhnya diseret menuju dalam hutan. Ia sudah meronta-ronta. Kakinya sakit dan seluruh badannya bergesekan dengan pohon; membuat berpuluh-puluh lecetan menghiasi tubuh langsingnya.

Sesekali ia menjerit ketika dahan pohon menggores tubuhnya. Namun tetap saja pria itu tak peduli. Ia tetap menarik puterinya menuju tempat yang aman untuk memulai aksi yang sudah ia tunggu selama ini.

"Ayah bawa saya kemana?" tanya Dara pelan disela-sela mulutnya yang di bekap.

"Diam kamu! Nanti juga tau sendiri!"

Dara berdehem keras-keras. Siapa tau suaranya akan kembali seperti semula. Dan ternyata itu sedikit membantu. Kini suaranya sudah agak pulih.

Ia segera menggigit tangan ayahnya berteriak sekuat tenaga. "Tolonggg!"

Pria itu menatap Dara kesal. Ia berhenti menyeret puterinya dan segera memukul cewek itu tanpa ampun.

Dara meringis ketika berkali-kali tangan besar itu menyentuh pipinya dengan keras, menimbulkan bekas disana.

Luka itu semakin perih ditambah dengan derasan air mata yang keluar.

Dara tak bisa berbuat apa-apa. Hingga...

Bugh!

Pria itu tersungkur karena seseorang menonjok pipinya secara tiba-tiba. Dengan perasaan marah, ia mengusap ujung bibirnya yang berdarah dan menatap benci orang itu. Tangannya mengepal dan dalam sepersekian detik sudah melayang membalas tonjokan itu.

Dara tak tahan melihat pertengkaran ini. Ia terus menangis tersendu-sendu melihat ayahnya yang dipukuli oleh siapapun itu. Ia tak berdaya. Badannya lemas seolah kehilangan seluruh energinya.

"Jangan. Ganggu. Dara. Lagi." ucap orang itu sambil menduduki ayah Dara yang sudah terkapar di tanah. Tapi tangannya tak mau berhenti untuk memukuli wajah pria itu hingga bonyok tak berbentuk lagi.

Dara merangkak hati-hati menuju orang itu. Berusaha menahan lengan kokohnya untuk berhenti memukuli ayahnya, walau tenaganya sangat lemah.

Merasakan ada yang memegang lengannya, orang itu berhenti memukul dan menatap Dara.

"Keylan?" panggil Dara heran.

Shit! Keylan terus mengumpat dalam hati ketika melihat Dara dengan keadaannya sekarang. Seharusnya ia segera membawa cewek itu menuju bumi perkemahan untuk mendapatkan pertolongan, bukan malah terpancing untuk meladeni pria psyco seperti dia. Tanpa basa-basi, cowok itu segera menggendong Dara ala bridal style, meninggalakan pria yang terkapar lemah itu.

Disaat-saat rasa sakit yang ia rasakan, pria itu masih bisa menyeringai.

"Keylan? Liat saja nanti." ucapnya dengan tertawa hambar.

🍂🍂🍂

Keylan terus berjalan menembus gelapnya hutan. Matanya memincing ketika lampu senter menyorot tubuhnya. Bukannya senang karena ada pertolongan, cowok itu malah menggeram sangat kesal. Tangannya seolah ingin menyusupkan wajah seseorang pembawa senter itu agar datar dengan tanah.

Davon berlari dan mendorong bahu Keylan keras. "Lo ngapain Dara, ha!"

Keylan diam. Ia terus berjalan meninggalkan Davon yang terus menyumpah serapahi dirinya. Urusan dengan Davon biarlah menjadi urusannya nanti.

Yang terpenting sekarang adalah kondisi Dara saat ini.

Dengan sigap, Maya dan Luna menggotong Dara ketika Keylan sudah mencapai bumi perkemahan. Keduanya sangat heran dengan kerberadaan Keylan saat ini. Bukankah Keylan tidak mengikuti event ini? Lantas, mengapa ia bisa menolong Dara? Atau jangan-jangan dia... Aish! Mereka malah melantur dan tak menyadari jika Dara benar-benar harus dirawat sekarang.

Karena cewek itu sudah tak sadar sejak Keylan menggendongnya.

Dengan api membara, Davon menarik Keylan dengan kasar menuju hutan. Matanya menatap Keylan dengan kilatan benci yang luar biasa sedangkan Keylan hanya menatapnya datar. Entah itu ia sedang marah, biasa saja, atau sedang ingin balas dendam, tak ada yang tau. Namun, tatapan itu sungguh tajam. Membuat nyali siapa saja menciut ketika melihatnya.

Wohooo apa yang terjadi dengan keduanya yaaa wkwkwk

Jangan lupa vote dan comment :))

Makasih juga buat dukungannya selalu teman-teman 😘😘

Kalian sangat berarti untuk menambah semangat menulis 😂😂

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang