Dara duduk termenung di kamarnya ditemani dengan rintikan hujan yang membasahi jendela kamar. Suara gemerisik hujan bagaikan sebuah mesin waktu yang memutar kenangan lama bersama Keylan. Sulit memang jika ia harus melupakan itu semua. Keylan sudah menjadi bagian dari dirinya. Keylan sudah menjadi penghiburnya dan membantunya bangkit ketika ia terpuruk. Lelaki itu yang memberikan Dara sebuah kebahagiaan namun dia juga yang menumbuhkan luka yang dalam di hati Dara.
Setelah kejadian bc itu, Keylan seolah lenyap bak di telan bumi. Sekuat tenaga Dara mencarinya, namun lelaki itu tak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi. Padahal, setiap jam istirahat Dara sudah pergi ke kelasnya, ke markas, ke taman belakang sekolah, dan tempat-tempat lain yang kemungkinan dikunjungi oleh Keylan. Namun tetap saja. Hasilnya nihil.
Dimana Keylan sekarang?
Jujur saja, Dara rindu. Sangat rindu melihat wajah tegas Keylan dan juga senyumnya yang menghangatkan. Tak lupa candaan serta rayuan gombal yang membuat Dara seolah berada di awan-awan yang tinggi menjadi hal candu baginya.
Sebuah adegan terputar begitu saja di otak Dara.
Sore itu, Dara dan Keylan berada di sebuah taman di dekat apartement. Keylan tidur di paha Dara sambil menatap lekat gadis cantik yang tengah makan kentang goreng tersebut.
"Kamu cantik, Ra." ucap laki-laki itu tiba-tiba.
Dara yang merasa dipuji dan dilihat Keylan sedari tadi langsung salah tingkah dengan wajah yang merah padam.
Keylan tertawa. "Kamu juga lucu kalo lagi salah tingkah. Boleh nggak sih aku bawa pulang? Pengen aku peluk-peluk trus aku unyel-unyel."
"Ish padahal udah serumah." cibir Dara.
Keylan terkekeh. "Serumah terus sampai kita punya anak, gimana?"
Mata Dara membelalak. "Ogah! Kita masih anak SMA Key! Masa udah mau bikin anak sih!"
Keylan bangun dari tidurnya. Mengapit pipi Dara hingga bibir perempuan itu mengerucut mirip dengan ikan buntal. "Ternyata mesum juga ya kesayangan aku inii. Jadi gemes deh."
"Thrus makhsud khamu tadi apha?"
"Ya kamu harus jadi istri aku lah. Makanya jadi orang jangan pinter-pinter amat."
Dara segera melepas tangan Keylan yang ada di pipinya. "Kamu ngeledek aku ya!"
Keylan terkekeh. "Enggak kok! Kamu kan pintar, rajin, baik, bisa masak, dan... galak. Makanya jadi istri aku ya?"
Pipi Dara merah padam. Degup jantungnya juga menggila kala Keylan menatapnya sungguh-sungguh seolah sedang melamar gadis tersebut. Dara segera membuang mukanya kesal. "Kamu gila!"
Laki-laki itu meraih tangan Dara, menggenggamnya erat. "Kamu permata aku, Ra. Kamu adalah hal terspesial yang aku miliki setelah bunda. Tanpa kamu, dunia aku sepi. Tanpa kamu aku mati. Aku janji akan selalu menjagamu, melindungimu, dan membuat kamu bahagia kapanpun dan dimanapun. Ingat! Aku selalu mencintaimu baik sekarang, besok, dan selamanya." Keylan mengecup kening Dara sebentar lalu kembali mengapit pipi tembem Dara dengan lembut.
"Dan jika suatu hari nanti aku berubah, itu bukan karena aku tak mencintaimu lagi. Percayalah jika saat itu aku sedang mendekapmu dari jauh."
Lamunan Dara buyar kalo sambaran petir menggelegar hingga menusuk telinganya. Dara buru-buru mematikan berbagai barang elektroniknya agar mencegah terjadinya arus pendek.
Mata Dara menatap sekeliling. Kini, kontrakan yang hanya mempunyai sofa yang jebol sudah berganti dengan sofa yang nyaman dan empuk. Kini, kasur reotnya juga sudah diganti dengan yang baru. Dan semua itu berkat laki-laki itu. Semua yang ada disekitar Dara terasa terhubung dengan laki-laki itu. Lantas bagaimana caranya agar bisa melupakannya begitu saja setelah hal-hal yang mereka lalui bersama? Dara benar-benar tak bisa. Jika pun ia bisa, Dara tak akan pernah mau. Biarlah seluruh kenangan ini mengantarkannya kepada pemilik yang baru. Biarlah kenangan ini tumbuh rindang, Dara tak peduli. Karena dia hanya mencintai Keylan, tak ada yang lain.
🍂🍂🍂
Dara berangkat ke sekolah dengan perasaan lesu. Sungguh perempuan itu tak lagi memiliki gairah yang menggebu-gebu untuk belajar. Yang kini ia pikirkan hanya Keylan, Keylan, dan Keylan. Dimana laki-laki itu? Bagaimana kabarnya? Apakah ia baik-baik saja tanpa dirinya disana?
"Selamat Pagi, Inces!" sapa Davon dari belakang.
Dara terus berjalan, menghiraukan Davon yang nampak bingung karena sapanya tak kunjung di balas.
Davon segera berjalan di hadapan Dara lalu merentangakan tangannya lebar-lebar untuk memblokade jalan.
Bruk!
Dara memegang keningnya yang terbentur. Lalu ia mendongak, mendapati Davon yang geleng-geleng kepala.
"Jidat gue anjir!" gerutu Dara sebal.
"Ngelamunin apa sih, Ra?"
"Siapa yang ngelamun? Gue? Enggak." alibi Dara.
"Boong banget! Udah deh, sini cerita sama gue." Davon menarik lengan Dara menuju ke suatu tempat. Dara hanya menurut karena dia sungguh sedang tak selera untuk membantah.
"Nah, gimana?" tanya Davon ketika mereka berdua sudah duduk di bangku taman.
"Gue rindu Keylan."
Davon tersenyum getir kala nama itu terucap. Davon sudah belajar ikhlas, namun tetap saja ia tak bisa. Selalu terselip kecemburuan kala Dara membicarakan tentang Keylan bahkan ketika laki-laki itu sudah menyakitinya. Namun, sesuai janjinya dulu, Davon menormalkan kembali wajahnya serta perasaannya. Dia tak boleh egois. Dia tak bisa menjadi pihak ketiga dari hubungan penuh pengorbanan itu. Bahkan, mungkin memang Keylan lah yang pantas bersanding dengan gadis cantik itu, bukan dirinya.
"Lo tau nggak selama ini Keylan kemana?" tanya Dara kepada Davon.
Davon menggeleng ragu. "Nggak tau. Udah kebiasaan alfa tu bocah. Jadi udah termasuk hal lumrah bagi guru." jawab laki-laki itu disertai helaan nafas yang berat.
"Gue balik ke kelas dulu ya,Von! Mau bel." Dara pergi meninggalakan Davon yang masih setia melihat punggung perempuan itu yang kian menjauh.
Laki-laki itu mendesah pelan lalu mengacak rambutnya frustasi. "Sorry Ra gue bohongin lo, lagi."
"Bohong karena nganggep hubungan kita cuma sekedar sahabat. Dan bohong tentang keberadaan Keylan." batin Davon dalam hati.
Balik lagiii
Mungkin dua part lagi ending ya gaess stay tune ajaaaa
Gimana sii pendapat kalian tentang cerita KeylanDara? Jangan lupa comment disini yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]
Teen FictionHighest rank : 3 in teenfiction (11 Mei 2018) •Keylan Zanuar Nugraha Cowok dingin tanpa perasaan. Paling anti jika barangnya disentuh oleh siapapun apalagi dirusak. Ia kira hidupnya akan hitam putih semenjak masalah itu terjadi. Namun, dengan datan...