#39

87.8K 6.3K 110
                                    

•BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

•TAP TO RECOMMENDATION•

"Sampai ketemu besok ya!" ucap Maya ketika bel pulang sekolah berbunyi.

Dara mengangkat tinggi jari jempolnya. "Sip! Ati-ati May!"

"Rencana lo pulang sekolah kemana Ra?" tanya Luna sambil memasukkan buku mata pelajaran terakhir, Biologi.

"Gue ke perpus kayaknya. Mau balikin buku."

Luna hanya ber-oh ria lalu berpamitan pergi meninggalkan Dara yang masih membereskan peralatan sekolah.

Setelah selesai, perempuan itu beranjak menuju lantai tiga, tempat paling sepi di SMA Garuda. Bagaimana tidak? Disana hanya berisi tiga ruangan. Yang pertama perpustakaan itu sendiri, lab kimia dan juga ruang BC yang hanya digunakan sebentar saja.

Dara buru-buru dengan langkahnya. Entah mengapa, ia menjadi parnoan ketika berada di tempat yang sepi. Bukan berarti apa-apa, ia hanya takut jika kejadian di kontrakannya terulang kembali. Dimana ayahnya mengikat dirinya layaknya seorang tahanan.

Untung saja, Bu Tari masih belum pulang sekolah. Membuat Dara bernafas lega. Wanita paruh baya itu tersenyum ramah kepada Dara. Memang tak dapat dipungkiri Dara memiliki daya tarik sendiri hingga siapapun yang melihatnya langsung tersenyum, seperti sekarang. Begitu melihat wajah polos Dara, dan juga senyum hangat seolah tanpa beban, pasti senyum itu akan menular dengan sendirinya.

"Makasih ya, Bu. Saya pamit pulang dulu." pamit Dara ketika ia sudah mengisi formulir pengembalian buku dan disambut anggukan dari Bu Tari.

Baru beberapa langkah Dara keluar dari perpustakaan, hujan tak tanggung-tanggung mengguyur bumi dengan begitu derasnya. Dara panik, ia segera berlari menuju lantai dasar. Hawa disini sungguh mencekam. Sepi dan hujan deras. Sungguh Dara pernah melihat keadaan seperti ini di salah satu film horror Jepang. Dan pada saat itu, lampu sekolah padam hingga memancing para hantu sekolah keluar dari tempat persembunyiannya. Bahkan membayangkannya sendiri sudah membuat Dara takut setengah mati.

Dara mengatur nafasnya yang tak beraturan. Lalu ia segera mangambil botol minum di dalam tasnya hingga

Jder!

Bunyi petir itu sangat nyaring. Bahkan kilatan bak sayatan itu terlihat jelas di teras SMA Garuda. Dara terkejut bukan main, bahkan botol minumnya terjatuh di lantai sehingga menimbulkan suara yang menggema karena disini sudah sepi. Mungkin, mereka semua sudah pulang dengan mobil mewah yang siap kapan saja menjemput. Tapi tidak untuk Dara.

"Nih!" seseorang mengulurkan botol minum Dara yang barusan jatuh. Dara yang masih terpejam membuka matanya perlahan. Lalu ia tersenyum. "Makasih, Von."

Davon ikut tersenyum. Ia sangat senang bertemu Dara hari ini. Mungkin inilah sebabnya Tuhan menurunkan hujan hari ini, agar ia bisa terjebak berdua dengan pujaan hatinya. Padahal sedari tadi laki-laki itu mengomel karena air hujan akan membasahi motor kinclongnya.

Dara menggosokkan tangannya berulang kali. Hal itu tak luput dari perhatian Davon. Sebagai laki-laki yang getlemen, Davon segera melepas jaket hitamnya dan menaruhnya di punggung Dara lembut. Tak apa jika ia kedinginan asal perempuan ini bisa merasakan kehangatan.

"Eh? Nggak usah. Entar lo kedinginan."

Davon kembali tersenyum. "Nggak apa. Lo aja yang pake. Lagian kulit gue sekeras badak kok."

Dara tertawa ketika Davon malah memameri dirinya lengannya yang berotot. Apalagi cengirannya yang khas membuat tawa Dara pecah seketika. Sungguh, bolehkah Dara tergoda dengan Davon sekarang?

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang