Part 3

5.8K 570 37
                                    

"Selamat pagi Mommy." Sapa Leticia kepada Brenda yang sedang mencuci piring. "Bibi Jeany kemana Mom ?" Tanya wanita itu saat tidak melihat Jeany, pelayan dirumah mereka.

"Jeany sedang keluar sayang. Membeli sesuatu katanya."

Leticia ber-oh-ria. "Aku langsung berangkat ke kantor saja ya Mom. Takut terlambat." Ucapnya seraya mengecup pipi kanan Brenda.

"Iya. Sana. Daddy sama Leo sudah berangkat duluan. Kalau nunggu kamu dulu kelamaan. Kamu tidak apa-apa kan kalo naik taxi ?"

Leticia mengangguk. "Tidak apa-apa, Mom. Aku kan sudah biasa naik taxi. Daah Mommy." Ucapnya seraya melambaikan tangan, lalu melangkah keluar rumah.

Sekarang pukul tujuh lewat dua puluh menit, dan itu berarti sepuluh menit lagi waktu bagi dirinya jika tidak ingin datang terlambat ke kantor dan berakhir dimarahi oleh Lukas.

Untunglah saat Leticia keluar dari rumah ada taxi yang lewat. Dia langsung memberhentikan taxi tersebut dan menyebutkan tempat yang ditujunya.

Dua puluh menit kemudian, taxi tersebut berhenti didepan lobi kantor. Membayar uang taxi kepada sopir, dia lalu keluar dan melangkah dengan tergesa-gesa.

"Aku benar-benar terlambat !" Ucapnya pelan.

Baru saja Leticia mendudukkan bokongnya dikursi, telepon dimeja wanita itu sudah berdering. Dan dia sudah bisa menebak siapa yang menelpon.

Siapa lagi kalau bukan Lukas.

"Ke ruanganku sekarang !" Ucap Lukas dengan nada perintah. Lalu mematikan sambungan telepon begitu saja.

Leticia menghembuskan napas pasrah. Menyiapkan mental sebelum masuk ke kandang macan.

Tok tok tok.

Leticia mengetuk pintu, lalu membukanya setelah ada perintah masuk dari dalam. Dia melangkah mendekati meja Lukas dengan langkah yang terlihat enggan. Dadanya berdebar kencang, bukan karena dia memang jatuh cinta kepada pria itu, namun karena dia harus siap menerima apapun yang akan disampaikan oleh pria yang berstatuskan atasannya ini.

"Maaf Tuan, saya terlambat." Ucap Leticia seraya menundukkan wajahnya.

"Kau tahu aku tidak suka bawahan yang terlambat bukan ?" Suara Lukas terdengar sangat tegas.

Leticia menelan salivanya dengan gugup. "Saya minta maaf."

"Apa alasanmu datang terlambat ?"

"Saya...ketiduran Tuan." Leticia lagi-lagi menelan salivanya.

Habislah dia sebentar lagi. Dia tidak akan tidur lewat dari tengah malam lagi jika akan berakhir bangun kesiangan lalu ditatap tajam seperti saat Lukas menatapnya sekarang.

"Kenapa kau menunduk terus ? Ada yang salah dengan wajahku ?"

Leticia sontak menegakkan kepalanya. Menatap Lukas dengan gugup. "Tidak ada yang salah dengan anda Tuan. Anda terlihat tampan seperti bi..." Leticia menghentikan pembicaraannya saat sadar dia telah keceplosan memuji ketampanan Lukas. Astaga ! Dia malu sekali sekarang. "Maaf, saya tidak bermaksud apa-apa." Ucap wanita itu lagi. Meminta maaf akan kelancangannya barusan.

"Kembali ke mejamu !"

"Hah ?"

Lukas menggeram. "Aku bilang kembali ke mejamu. Sekarang juga !" Ucapnya sedikit membentak.

Leticia mengangguk sekilas lalu melangkah dengan tergesa-gesa. Keluar dari ruangan yang auranya sangat menegangkan.

Seperginya Leticia, Lukas tersenyum geli sambil menyandarkan badan dikursi kebesarannya.

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang