Lukas menatap Leticia yang tertidur dengan lelap meskipun dengan posisi yang tidak nyaman. Pasti wanita itu kelelahan karena menunggu dirinya pulang. Harusnya dia tidak pulang selarut ini.
Lukas mengulurkan tangannya. Menyingkirkan helaian rambut Leticia yang menutupi sebagian wajah wanita itu. Dada Lukas semakin sesak saat melihat wajah pucat Leticia, ditambah lagi dengan mata sembab wanita itu. Leticia pasti menghabiskan banyak waktu dengan menangisi dirinya.
Tangan Lukas beralih menuju pipi Leticia. Dia mengelusnya dengan lembut, seolah pipi wanita itu adalah barang antik bernilai jual mahal dan gampang pecah.
"Biarkan aku tidur, Mom. Aku masih ingin tidur." Gumam Leticia didalam tidurnya.
Lukas mau tidak mau tersenyum mendengar gumaman wanita itu. Dia kembali mengelus pipi Leticia. Berharap wanita itu terbangun.
"Wake up baby." Bisiknya pelan.
Leticia mulai membuka mata saat mendengar suara pria yang dirindukannya. Dia sontak tersenyum lalu mengulurkan tangan, mengelus pipi kiri pria itu. "Kau sudah pulang ?" Tanyanya.
Lukas mengangguk pelan. "Kenapa menunggu hingga selarut ini ?"
"Aku sangat merindukanmu."
Lukas menghembuskan napas. Lalu menarik tangan Leticia untuk berdiri. "Kita bicara didalam saja." Ajaknya, lalu mulai membuka pintu apartemen miliknya.
Lukas menggandeng tangan Leticia menuju sofa. Menyuruh wanita itu untuk duduk, sementara dia memilih untuk beranjak menuju dapur. Mengambilkan segelas air minum untuk wanita itu.
"Minumlah." Perintah Lukas seraya menyodorkan segelas air ditangannya.
Leticia menurut. Lalu meminum segelas air itu hingga tandas tak bersisa. Setelah itu dia memberikan gelas yang telah kosong itu kembali pada Lukas.
"Sejak kapan kau berada di depan apartemenku ?" Tanya Lukas. Dia mengambil posisi duduk tepat disamping wanita itu.
Leticia mengedikkan bahu. "Sepertinya sejak pulang dari kantor." jawabnya santai.
Lukas sontak menyentil dahi Leticia yang membuat wanita itu langsung mengaduh seketika.
"Kenapa kau malah menyentilku ?" Protes Leticia seraya menggosok pelan dahinya.
"Kau ini benar-benar ceroboh. Bagaimana bisa kau tertidur di depan apartemenku ? Kalau ada orang berniat jahat kepadamu bagaimana ? Kau fikir aku akan baik-baik saja jika sesuatu yang buruk terjadi padamu ?" Omel Lukas, namun masih berusaha untuk tidak terlalu meluapkan emosinya.
Leticia menunduk. "Maaf." Ucapnya pelan. "Aku tidak memikirkan itu semua. Yang aku fikirkan hanya bagaimana caranya bisa bertemu denganmu." Ucapnya lagi. Leticia mendongakkan kepalanya. Menatap Lukas tepat di manik mata pria itu. "Aku sungguh mencintaimu, Luke. Percayalah, semua yang aku rasakan ini bukan obsesi. Aku tulus mencintaimu. Tidak apa-apa jika kau marah padaku, tapi setidaknya jangan menghilang dari pandanganku. Jangan menghindar seperti ini." mata Leticia berkaca-kaca saat wanita itu menyelesaikan kalimatnya.
Lukas terpaku. Dan tanpa membuang banyak waktu lagi dia langsung menarik Leticia kedalam pelukannya.
Sementara Leticia yang dipeluk tiba-tiba, sontak menangis karena akhirnya dia kembali merasakan pelukan hangat dari Lukas. Dia balas memeluk pria itu dengan erat. Berharap Lukas mengerti bahwa dia tidak bisa melalui hari dengan baik tanpa melihat pria itu.
"Aku minta maaf." Lukas berbisik di telinga Leticia, tanpa melepaskan pelukan mereka. "Aku egois. Harusnya aku mendengarkan penjelasanmu. Maaf karena telah membuatmu bersedih."
Leticia mengangguk. "Jangan pernah melakukannya lagi."
"Hm."
Lama mereka berpelukan. Membiarkan kenyamanan serta rasa hangat melingkupi hati mereka masing-masing. Hingga saat mengingat sesuatu Lukas langsung melepaskan pelukannya.
"Kau tidak apa-apa pulang selarut ini ? Astaga ! Ayo, aku antar pulang." Ucap Lukas tiba-tiba. Dia berdiri dan menarik tangan Leticia untuk ikut berdiri. Namun wanita itu menahannya. Lukas menaikkan satu alisnya. "Ada apa ?"
"Aku sudah ijin untuk tidak pulang malam ini."
Dahi Lukas semakin berkerut. Mengingat bagaimana keluarga Leticia, tidak mungkin rasanya jika wanita itu menginap diluar jika bukan karena alasan yang sangat masuk akal.
"Kau yakin ?" Tanya Lukas tidak percaya.
Leticia mengangguk.
"Bagaimana bisa ?" Tanya Lukas lagi.
Leticia menelan salivanya dengan gugup. "Aku...aku berbohong pada mommy. Aku ijin menginap dirumah Florence." Aku-nya dengan jujur.
"Baiklah, aku akan mengantarkanmu ke rumah Florence sekarang."
Leticia kembali menggeleng pelan. "Florence sedang berada diluar negeri bersama Dimitri."
Lukas menatap tidak percaya kepada Leticia. Lalu menggeleng dengan cepat saat wanita itu menatapnya dengan penuh harap. "Tidak Baby...Aku tidak akan mengijinkanmu untuk menginap disini. Aku tidak bisa mempercayai diriku sendiri jika berdua saja denganmu."
Leticia mengerucutkan bibirnya. "Kau tega mengusirku ?"
Lukas mengacak rambutnya. "Aku tidak mengusirmu. Aku akan mengantarkanmu ke hotel terdekat. Kau menginap di hotel saja malam ini. Besok pagi aku akan langsung menjemputmu."
"Aku tidak mau ! Aku tidak mau sendirian disana."
"Leti...."
"Apa ?"
Lukas menghela napas. "Aku antar ke hotel ya ?" Ucap Lukas pelan dengan nada yang membujuk.
Leticia menggeleng. "Aku tidak suka sendirian." ucapnya pelan lalu menatap Lukas dengan wajah cemberut. "Kau tidak suka aku disini ya ?"
Lukas mengeleng cepat. "Aku tidak keberatan sama sekali jika kau berada disini. Tapi, aku takut kalau terjadi hal-hal yang...ya kau tahu sendirilah." Lukas sengaja tidak menjelaskan secara jelas karena dia yakin Leticia mengerti maksudnya. "Aku sedang berjuang untuk mendapatkan restu kakakmu. Jika sampai dia tahu hal ini, dia pasti akan semakin membenciku. Memangnya kau mau seperti itu ?"
Leticia menggeleng. "Tapi aku sudah menghubungi Florence sebelumnya. Dia sudah berjanji untuk membantuku dalam kebohongan kali ini."
Lukas menyipitkan matanya. "Sejak kapan kau jadi pintar berbohong seperti ini ?"
Leticia tersenyum lebar. "Aku janji ini yang terakhir." ucapnya antusias serya mengangkat jari telunjuk serta jari tengahnya bersamaan.
Lukas menghela napas pasrah. "Baiklah. Hanya malam ini saja !" Tegas Lukas yang langsung diangguki antusias oleh Leticia.
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukas & Leticia
RomanceTiga tahun menjadi sekretarisnya membuatku mulai mengetahui satu hal. Dia yang terlihat santai dari luar menyimpan banyak kepedihan didalam hatinya. Dia adalah Lukas Benyamin. Pria yang menolongku lima tahun yang lalu. -Leticia Briana- *** Dia canti...