Part 14

4K 474 63
                                    

Leticia menghela napas berat lalu mulai menyantap sarapannya dengan tidak semangat. Sudah hari kelima sejak pertengkarannya dengan Lukas. Dan sejak itu pula dia tidak melihat pria itu. Lukas seperti sengaja menghindarinya. Pria itu tidak pernah muncul dikantor. Dia menyuruh Leticia mengirim jadwalnya via email saja. Bahkan jika ada laporan yang butuh tanda tangannya, dia akan menyuruh seseorang untuk menjemput laporan tersebut ke kantor.

"Leti, kau baik-baik saja ? Kau terlihat pucat sekali sayang. Tidak usah ke kantor jika kau merasa tidak enak badan." Ucap Brenda yang khawatir melihat keadaan putrinya

Sebagai seorang Ibu dia tahu sekali ada yang tidak beres dengan anaknya. Namun dia memilih diam untuk sementara waktu. Membiarkan putrinya itu melakukan apapun yang bisa membuatnya merasa lebih baik. Hanya saja, sekarang sudah lima hari, dan Leticia masih saja bungkam. Terlihat tidak berniat menceritakan apapun padanya.

Leticia menoleh, lalu memberikan senyum manisnya. "Aku baik-baik saja, Mom. Jangan khawatir."

Brenda menghembuskan napas. "Baiklah. Mommy akan berhenti mengkhawatirkanmu jika kau makan dengan lahap. Jangan malas-malasan seperti itu. Kalau Daddymu dirumah, dia pasti akan memarahimu, sayang." Canda Brenda, berusaha menghibur Leticia.

Leticia terkekeh pelan. "Sepertinya kali ini aku bersyukur Daddy berada diluar kota."

"Hari ini kau tidak usah bawa mobil kak. Aku akan mengantarkanmu ke kantor." Celetuk Leo yang sedari tadi diam saja. Dia juga merasa kondisi kakaknya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Dan membiarkan wanita itu mengendarai saat kondisinya seperti itu bukanlah hal yang baik. Dia tidak akan bisa tenang. Jadi dia memutuskan untuk mengantarkan wanita itu ke kantor.

Leticia tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut Leo. "how sweet !" ucapnya dramatis.

"Kau selalu saja berlebihan !" Sungut Leo yang selalu merasa diperlakukan seperti anak kecil saat Leticia mengacak rambutnya.

Leticia tertawa, kali ini lebih keras. Walaupun nanti dia akan kembali murung karena mengingat Lukas, setidaknya dia masih bisa tertawa di depan keluarganya. Dia tidak mau terlalu membuat mereka khawatir. Dia akan merasa sangat bersalah sekali.

***

Leticia melangkahkan kaki keluar dari lift dengan pelan. Kakinya terasa berat untuk melangkah menuju meja kerja. Meletakkan tas di atas meja, dia lalu melangkah menuju ruangan Lukas. Berharap pria itu berada disana.

Lagi-lagi Leticia harus menerima kekecewaan karena Lukas tidak berada disana. Ruangan itu masih sama sejak lima hari yang lalu. Terasa sangat dingin karena tidak berpenghuni.

"Sampai kapan dia menghindariku seperti ini ?" Bisik Leticia.

Dia menghidupkan ponsel yang sedari tadi dipegangnya. Lalu mengetikkan pesan yang ditujukan kepada Lukas.

Leticia Brianna : Kau tidak ke kantor lagi hari ini ? Aku merindukanmu.

Satu menit, Sepuluh menit, bahkan hingga satu jam berlalu, Lukas tidak kunjung membalas pesan dari Leticia. Dia merasa kesal sekali karena pria itu terlihat sangat kekanak-kanakan.

"Tidak bisakah dia membedakan masalah pribadi dengan urusan kantor ?" Omel Leticia, berbicara sendiri. "Awas saja kalau sampai dia menyalahkanku saat perusahaannya menjadi bangkrut !" Ucapnya lagi.

***

"Uncle, kau akan menginap disini kan ?" Tanya Vando antusias. Dia senang sekali sejak kedatangan Lukas dua jam yang lalu. Dan dia langsung mengajak paman kesayangannya itu bermain.

"Uncle tidak bisa menginap disini sayang."

"Kenapa tidak bisa ?" Tanya Vando lagi, tanpa menutupi rasa kecewanya.

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang