Part 5

5.9K 546 55
                                    

"Siapa yang kau sebut sialan ?"

Deg.

Leticia sontak membalikkan badan kearah asal suara. Wajahnya langsung pucat. Matilah dia setelah ini. Bagaimana tidak, Lukas, pria yang barusan dia sebut sialan, tengah memandanginya dengan tajam.

Pria itu berdiri tegap seraya meletakkan kedua tangannya didada.

"Kenapa diam ? Tanyanya lagi. Dia menaikkan sebelah alisnya.

Leticia mengerjapkan mata lalu menelan salivanya dengan gugup. "Aku...aku tidak mengucapkan kata sialan tadi. Kau pasti salah dengar." Elaknya, namun tidak berani menatap mata Lukas.

"Salah dengar ? Pendengaranku masih berfungsi dengan baik jika kau ingin tahu. Dan aku jelas-jelas mendengar kata sialan dari bibirmu itu." Ucap Lukas, lalu melangkah satu langkah. Membuat jarak diantara mereka semakin tipis.

"Benarkah ? Astaga ! Aku pasti asal bicara saja tadi. Aku merasa kesal karena belum mendapatkan taxi. Itu saja. Ya aku kesal karena itu." Lagi-lagi Leticia mengelak.

Lukas menundukkan wajahnya, mendekatkan bibirnya ke telinga Leticia. "Kau yakin ?" Bisiknya pelan. Dia sedikit menghembuskan napas disana. Lalu kembali menegakkan kepalanya. Menatap tepat ke manik mata wanita itu. "Jadi, Aku sialan ? Sungguh ?" Lukas berdecak. "Harusnya kau tidak mengumpat dibelakangku. Itu terlihat seperti seorang pengecut." Ucapnya lagi.

"Aku...aku tidak..." Leticia diam sebentar, mencoba mencari alasan yang tepat. "Maaf." Namun yang keluar dari bibirnya justru permintaan maaf. Dan itu berarti dia baru saja mengakui kesalahannya.

"Hanya maaf ?"

Leticia mendongakkan kepalanya, menatap Lukas yang lebih tinggi darinya. "Aku tidak bermaksud apa-apa. Sungguh. Aku minta maaf."

Lukas berdecak. "Dasar wanita ! Selalu saja bertindak sesukanya lalu meminta maaf sesukanya juga."

Leticia menundukkan wajah, merasa bersalah karena tidak bisa mengontrol ucapannya. "Aku minta maaf."

"Kalau aku bilang aku tidak memaafkanmu bagaimana ?" Ucap Lukas, mencoba menantang Leticia. Dia ingin tahu seberapa besar nyali wanita itu.

"Aku akan melakukan apapun asalkan kau memaafkanku, dan juga..." Leticia sengaja menggantung kalimatnya.

"Dan juga...?" Tanya Lukas, dengan nada menggantung juga.

"Dan juga jangan memecatku karena permasalahan ini." Jawab Leticia dengan pelan.

Lukas mengerutkan dahi dengan ekspresi heran yang tidak mampu ditutupinya. Kenapa wanita itu malah mengatakan bahwa Lukas akan memecatnya. Setau dirinya, dia tidak menyinggung masalah itu sama sekali. "Kau mengira aku akan memecatmu karena ini ?"

Leticia mengangguk.

"Ya Tuhan ! Aku benar-benar tidak bisa mengerti jalan fikiran wanita." Ucapnya sedikit dramatis. Lalu kembali menatap Leticia. "Kau yakin akan melakukan apapun asal aku memaafkanmu ?"

Leticia kembali mengangguk. Kali ini dengan antusias.

Lukas berfikir sebentar. "Aku belum menginginkan apapun sekarang. Jadi anggap saja kau punya satu hutang permintaan maaf padaku."

"Tapi..."

"Kau tidak terima ? Kenapa aku merasa kau tidak merasa menyesal sama lagi !" Ucap Lukas lagi, sengaja membuat Leticia semakin gugup. Karena dengan melihat wanita itu gugup, membuatnya merasa terhibur.

Leticia menggeleng. "Aku sungguh menyesal. Aku tidak berbohong."

Lukas mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan mempercayainya. Nanti jika aku sudah menginginkan sesuatu, aku akan mengatakannya kepadamu. Sekarang, ayo ikut aku, aku akan mengantarkanmu pulang."

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang