Part 31

2.6K 328 17
                                    

"Aku sudah menyangka kau akan sangat cantik saat memakai gaun ini." Puji Florence saat Leticia menggunakan gaun khusus yang ia rancang sendiri untuk pernikahan sahabatnya itu.

Florence dan Leticia sedang berada di butik milik Florence. Pernikahan Leticia tinggal dua minggu lagi. Dan Florence juga ikut sibuk menyiapkan kebutuhan Leticia.

"Kau berlebihan sekali, Flo."

Florence menggeleng. "Aku tidak berlebihan sayang. Kau memang sangat cantik !" Pujinya lagi. "Lukas pasti akan sangat menyukainya."

"Kau benar sekali Flo, aku sangat menyukainya."

Florence dan Letica menoleh, lalu mendapati Lukas yang melangkah mendekati mereka. Pria itu tersenyum sumringah. "Kau cantik sekali." Pujinya lalu mengecup pelipis Leticia.

Pipi Leticia sontak bersemu. "Bukankah kau bilang kau ada rapat siang ini ?" Tanyanya. Seingat wanita itu, Lukas ada jadwal siang ini.

"Aku sudah meminta sekretarisku untuk meng-handlenya."

Leticia berdecak. "Kau ini !"

"Itu pekerjaannya sayang. Kau tidak perlu khawatir."

"Aku kasian dengan sekretarismu."

"Kalau begitu kau kembali saja menjadi sekretarisku. Jadi aku bisa betah lama-lama dikantor. Kalau perlu kita buat ruangan khusus saja disana."

Leticia memukul lengan Lukas. "Imajinasimu !"

Lukas tergelak. Lalu kembali mengecup pelipis Leticia. "I Love you."

"ehem."

Suasa nan romantis itu hilang seketika saat mendengar Florence berdeham

"Jangan bermesraan didepanku. Ini bukan waktunya bermesraan" Omel Florence lalu melirik Lukas dengan tajam. "Tuxedomu ada disebelah sana Luke. Jadi berhenti menggangguku dan Leti." Perintahnya, dengan nada galak.

Lukas berdecak. "Kau galak sekali Flo ! Tidak bisakah kau memberikan kami waktu untuk bermesraan sebentar saja ?"

Florence menggeleng tegas. "Tidak bisa ! Kau mengerti ?"

Lukas mendengus. Lalu berbisik ditelinga Leticia. "Sahabatmu tidak pengertian sekali."

Leticia tertawa pelan. "Sudah sana. Daripada Flo mengomel terus." Usirnya yang langsung membuat Lukas memberengut.

Lukas menyerah, lalu beranjak menuju tempat yang diarahkan oleh Florence.

***

"Jadi kau benar akan menikah dengan Leticia ternyata." Ucap Orlando, lalu membolak-balik undangan yang bertuliskan nama lengkap Lukas dengan Leticia. Lengkap dengan tempat serta tanggal acaranya berlangsung.

"Aku kira kau bercanda saat itu." Tristan ikut menimpali.

"Aku malah mengira dia benar-benar sudah gila karena hubungannya dengan Leticia tidak berhasil." Ucap Danis setelahnya.

Lukas tersenyum bangga melihat reaksi para sahabatnya. Ia sengaja mengajak ketiga sahabatnya berkumpul malam ini untuk membuktikan bahwa ia benar-benar akan menikah dengan Leticia. Dan dilihat dari reaksi sahabatnya, dia bisa memamerkan keangkuhannya sekarang.

"Bukankah sudah kubilang sebelumnya ? Kalian saja yang tidak percaya padaku." Ucapnya dengan nada bangga yang terselip dalam kalimatnya.

Tristan merebut undangan yang sebelumnya dipegang oleh Orlando. Membaca nama yang tertulis disana lalu menatap Lukas penuh selidik. "Apa yang kau lakukan hingga Tuan Haris merestuimu ?"

Lukas mengedikkan bahunya. "Aku hanya mengatakan apa yang seharusnya dikatakan oleh seorang pria kepada seorang ayah saat ingin melamar putrinya."

"Hanya itu ?" Orlando ikut bertanya.

Lukas mengangguk. "Hanya itu." Ucapnya dengan tegas.

"Wah ! benar-benar sulit dipercaya. Bagaimana bisa Tuan Haris mempercayakan putri satu-satunya kepada pria yang terlibat dengan banyak wanita di masa lalu." Ucap Tristan. Ia takjub dengan situasi saat ini.

"Kau tidak menggunakan hal-hal mistis kan Luke ?" Tany Danis. Ia juga sangsi dengan Lukas.

"Kalian ini benar-benar menguji kesabaranku ya. Terserah kalian saja. Yang jelas aku akan menikah dua minggu lagi. Dan itu dengan Leticia bukan wanita lain."

***

"Jadi kau benar-benar tidak menganggapku sahabat Leti ?" Dimmy menatap undangan yang berada ditangannya. Membaca nama yang tertulis disana lalu menghela napas berat. "Aku kecewa sekali padamu."

"Bukan begitu Dimmy."

"Ini buktinya." Dimmy mengangkat undangan itu. Membiarkan Leticia melihatnya dengan jelas. "Kau baru memberitahuku sekarang ? dengan cara memberikan undangan ini ?" Dimmy berdecak. "Kau hanya mengingatku saat dia membuatmu terluka saja. Jadi aku tidak berarti apa-apa saat kau sudah bahagia , begitu ?"

Leticia menggeleng tegas. "Aku minta maaf Dim. Please, Jangan marah." Ucapnya memelas.

"Aku tidak hanya marah padamu. Aku kecewa. Kau..." Dimmy menggeleng, tidak melanjutkan kata-katanya. "Aah. Sudahlah. Semua juga sudah terjadi. Percuma saja aku memarahimu."

Leticia mengerucutkan bibirnya. "Jadi kau tidak memaafkanku ?"

Dimmy menyipitkan matanya. "Berhenti menggunakan wajah memelasmu untuk membuatku luluh."

Leticia semakin mengerucutkan bibirnya. Lalu mengedipkan matanya berkali-kali.

Dimmy berdecak. "Iya-iya, kumaafkan. Kau puas sekarang ?"

Leticia mengangguk antusias. "Terima kasih Dimmyy." Ucapnya dengan nada riang. "Kau harus datang ya, jangan lupa bawa kado yang mahal."

"Enak saja ! Sejak kapan kado bisa ditargetkan harus mahal begitu?"

"Sejak kau menjadi sahabatku."

"Sahabat yang tidak kau anggap."

Leticia kembali memberengut. "Kau ini ! Kau bilang sudah memafkanku. Tapi masih saja diungkit-ungkit."

Dimmy tergelak. Ia mengacak rambut Leticia. "Aahhh aku tidak menyangka kau akhirnya menikah."

***

Bersambung

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang