Part 9

6K 561 76
                                    

"Selamat pagi..." Sapa Leticia, lalu duduk disalah satu kursi yang ada dimeja makan.

Disana sudah ada Brenda, Haris dan Leo.

"Selamat pagi sayang. Kau kelihatan bahagia sekali pagi ini." Balas Brenda.

Leticia tersenyum sumringah. "Aku memang selalu bahagia mom." Ucapnya dengan bangga.

Leo mencibir. Namun tidak mengucapkan kata sindiran apapun. Dia sebenarnya sudah mengetahui alasan kenapa kakaknya itu terlihat bahagia. Karena semalam dia tidak sengaja melihat Leticia memasuki mobil Lukas.

"Daddy jadi penasaran. Apa yang membuat princess Daddy ini terlihat lebih bersinar." Ucap Haris, menatap jahil ke arah Leticia.

"Rahasia Daddy."

Haris berdecak. "Sejak kapan kau menutup-nutupi dari Daddy begini. Biar Daddy tebak, pasti ini berhubungan dengan seorang pria. Apa ini karena Dimmy ?"

Leticia mengerutkan dahi. "Dimmy ? Kenapa jadi membahas dia Dad ?"

"Bukankah kau menjalin hubungan dengannya sayang ? Mommy setuju sekali jika kau menikah dengannya. Kami juga sudah lama mengenal Dimmy. Dia anak yang baik sayang." Sela Brenda.

Leticia menggeleng. "Aku hanya berteman dengannya Mom. Tidak lebih. Jadi kita hentikan saja pembahasan tentang Dimmy."

"Hanya teman ? Lalu siapa pria yang membuatmu menjadi seperti ini ?" Haris kembali bertanya.

Leticia tersenyum, pipinya sontak bersemu mengingat pertemuannya dengan Lukas semalam. "Sudah kubilang rahasia Dad. Aku akan mengenalkannya kepada kalian jika sudah waktunya."

"Baiklah princess. Dad harap kau memilih pria yang tepat."

***

Lukas memasuki lift seraya bersiul. Suasana hatinya sedang baik sekali. Dan dia tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Ck. Dia seperti bocah yang baru mengenal cinta saja.

Begitu lift terbuka, senyumnya langsung mengembang. Karena wanita yang daritadi ingin dilihatnya sedang duduk manis di kursi miliknya. Wanita itu sedang fokus menulis. Entah apa yang dikerjakan wanita itu pagi-pagi begini.

"Selamat pagi, sayang." Sapa Lukas seraya tersenyum sumringah.

Leticia terkejut. "Astaga ! Kau mengejutkanku ! Kenapa aku tidak mendengar suara langkah kakimu." Ucapnya sambil mengelus dada.

Lukas terkekeh. "Karena kau terlihat sangat fokus. Apa yang kau kerjakan pagi-pagi begini ?" Tanya Lukas.

"Hanya memeriksa beberapa berkas sebelum kau tanda tangani."

Lukas menatap Leticia dengan kagum. "Kau semakin membuatku terpesona saja. Ini untukmu." Lukas menyerahkan sesuatu yang baru saja diambil dari saku jasnya.

"Coklat !" Seru Leticia dengan mata berbinar. Dia mengambil coklat itu dari tangan Lukas. "Terimakasih, Luke."

"Luke ? Aku memanggilmu dengan panggilan sayang dan kau memanggilku dengan menyebut namaku ? Itu tidak adil sayang."

Leticia memberengut. "Aku harus memanggilmu dengan kata itu juga ?" Tanyanya, sedikit ragu.

"Kata apa ?" Goda Lukas. "Ucapkan dengan benar, baby."

"Kata sa..." Leticia menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aku tidak bisa mengatakannya. Aku malu..."

Lukas tertawa. "Kenapa harus malu ?" Dia menarik tangan Leticia yang menutupi wajah wanita itu, lalu menatapnya seraya tersenyum. "Kita coba pelan-pelan, okay ? Aku tidak akan memaksamu. Lakukan apapun yang membuatmu nyaman. Karena yang aku inginkan adalah kenyamanan serta kebahagianmu. Mengerti ?"

Leticia mengangguk. Dan tanpa canggung lagi langsung memeluk Lukas. "Tidak apa-apa kan jika aku memelukmu begini ?" Ucapnya, tanpa melihat Lukas.

"Tidak apa-apa sayang. Sudah kubilang untuk melakukan semaumu." Ucapnya, membalas pelukan Leticia dengan erat.

***

Leticia meregangkan badan.
Lalu melirik jam yang ada dipergelangan tangannya. Disana tertera pukul sebelas lewat dua puluh menit. Dan itu berarti empat puluh menit lagi sebelum jam makan siang. Dia berniat untuk mengajak Lukas makan siang bersama. Astaga, baru memikirkannya saja, debaran dijantungnya sudah menggila.

Leticia mengerutkan dahi saat melihat seorang wanita dengan pakaian lumayan sexy melangkah mendekati mejanya. Kalau dia tidak salah, wanita itu pernah datang menemui Lukas.

"Selamat siang. Lukas ada ?" Tanya wanita itu.

Leticia mengangguk. "Ada. Anda sudah buat janji sebelumnya ?"

Wanita itu mengibaskan tangannya. "Tidak perlu buat janji apa-apa. Dia sendiri yang mengatakan bahwa aku bisa menemuinya kapan saja." Ucap wanita itu dengan bangga. "Saya akan menemuinya sekarang." Wanita itu lalu melangkah menuju ruangan Lukas.

Leticia menatap kesal kearah wanita itu. Apa-apaan ini. Baru sehari, hubungannya dengan Lukas sudah diterpa cobaan saja. Memangnya tidak boleh ya dia berbahagia tanpa gangguan darimanapun ?

Leticia berdecak. Lalu menghempaskan badannya dikursi. "Menyebalkan !" Kesalnya seraya menghembuskan napas.

Leticia kembali menegakkan duduknya dengan tergesa-gesa saat mendengar pintu ruangan Lukas terbuka. Disusul dengan munculnya Lukas yang diikuti oleh wanita sexy itu. Lukas memberi kode kepada Leticia untuk mendekatinya.

Leticia menurut. Dia bangkit dari duduknya lalu melangkah mendekati Lukas.

Tadinya, Leticia akan memanggil Lukas dengan panggilan formal seperti dulu, namun tidak jadi. Karena tiba-tiba saja, pria itu melingkarkan tangannya dipinggang Leticia.

"Sayang, kenapa kau mengizinkan wanita ini memasuki ruanganku ?" Tanya Lukas padanya.

"Apa maksudmu Lukas ? Bukankah kau dulu yang bilang bahwa aku bisa mengunjungimu kapanpun aku mau ?" Tanya wanita itu dengan raut wajah tidak suka.

Lukas berdecak. "Sepertinya kau sudah salah memahami Aleysia. Aku mengatakan hal itu karena kau sedang bersama Ayahmu. Dan kebetulan sekali saat itu Ayahmu yang menjadi klienku. Jadi, itu hanya sebatas keramahtamahan saja."

Wanita bernama Aleysia itu menatap garang kearah Lukas. "Sialan kau Lukas !"

Lukas mengedikkan bahu. "Aku sudah tahu itu. Kau tidak perlu mengingatkanku." Ucapnya santai. "Ah ya, satu lagi. Wanita disampingku ini adalah kekasihku. Jadi lebih baik kau buang semua harapan-harapanmu untuk bersamaku."

Aleysia mengepalkan kedua tangan disisi tubuhnya. "Kau akan menyesal Lukas ! Lihat saja !" Ucapnya, dengan penuh nada ancaman. Setelah itu dia langsung meninggalkan Lukas dan Leticia yang terlihat bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kenapa kau kaku sekali ?" Tanya Lukas, mengelus punggung Leticia dengan tangannya. "

Leticia menghembuskan napasnya. "Kenapa kau bersikap seperti itu kepadanya. Dia pasti marah sekali padamu."

Lukas mengerutkan dahi. "Kenapa harus memikirkannya. Lagian aku juga sudah muak karena dia menggangguku terus. Untung saja kerja sama antara aku dan ayahnya telah selesai."

"Kau memanfaatkannya ?" Tanya Leticia, dengan nada kesal.

Lukas menggeleng. "Tanpa dia kerja sama itu akan tetap berjalan sayang. Sudahlah, tidak usah memikirkannya. Lain kali jangan biarkan dia memasuki ruanganku seperti tadi." Dia berdecak. "Kau ini tidak cemburu sama sekali ya. Bisa-bisanya kau membiarkannya masuk."

Leticia memukul pelan lengan Lukas. "Salah sendiri dulu kau sering membiarkan wanita-wanita sexy itu masuk. Aku jadi terbiasa membiarkannya."

Lukas tertawa. Lalu mengecup kilat pipi Leticia. "Maafkan buat yang lalu-lalu. Okay ? Aku tidak bisa merubah masalalu. Tapi aku bisa pastikan bahwa kejadian-kejadian itu tidak akan terulang lagi."

"Kau janji ?"

"Janji !"

***

Bersambung

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang