"Boleh aku bertanya sekarang ?" Tanya Lukas kepada Leticia yang masih berada dipelukannya. Mereka berdua duduk dilantai dengan posisi Leticia yang menyandar ke dada Lukas. Wanita itu sudah menghabiskan waktu selama lima belas menit untuk menangis. Dan sekarang Leticia sudah terlihat lebih tenang. "Apa yang terjadi denganmu ?" Tanya Lukas lagi.
Leticia menghapus air mata yang masih keluar dari sudut matanya. Hidungnya berarir. Namun tidak masalah, setidaknya dia sudah merasa lebih lega. Meski masih merasa kesal dengan isi email yang dilihatnya beberapa saat yang lalu.
Leticia mendongak, menatap Lukas dengan sendu. "Kenapa kau mendorongku ? Kau tidak mau melakukannya denganku ?"
Lukas mengernyitkan dahi. Dia diam. Mencoba memilih kata-kata yang tepat. Namun sebelum itu dia ingin bertanya lebih dulu. "Kenapa kau seperti ini ? Aku tahu ini sama sekali bukan dirimu."
"Aku ingin melakukannya denganmu."
"Tapi kenapa tiba-tiba ? Kau menyembunyikan sesuatu dariku ?" Lukas memberikan tatapan menyelidik. Dia merasa ada yang tidak beres dengan Leticia. Namun dia juga tidak bisa menebak-nebak.
Leticia menunduk. Lalu menggeleng pelan. "Sudahlah. Lupakan saja." Ucapnya lalu mencoba untuk berdiri. Namun tidak bisa, karena Lukas menahan lengannya. Ia kembali terduduk. Dan sekarang posisi mereka duduk berhadap-hadapan.
"Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu." Ucap Lukas, tegas. "Kau harus jujur kepadaku Leti. Diammu tidak akan membuat perasaanmu menjadi lebih baik. Biarkan aku tahu. Kita bisa membicarakannya bersama-sama."
"Aku...aku..." Leticia ingin memulainya. Namun dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia mengambil ponselnya lalu membuka email yang menjadi penyebab semua ini terjadi, setelah itu memberikan ponsel tersebut kepada Lukas.
"Aleisya !!!" Lukas geram. Terlihat ingin mengumpat namun menahannya. Ia langsung menghapus email tersebut lalu menatap Leticia dengan raut wajah bersalah. "Maafkan aku, Leti. Aku tidak tahu kalau dia mengambil foto saat aku tertidur dan kau jadi bisa melihatnya seperti ini. Tapi sungguh, ini adalah foto lama. Aku bahkan tidak ingat kapan ini terjadi. Aku sudah berubah Leti, aku bukan lagi Lukas yang dulu." Lukas menjelaskan.
Leticia mengangguk. "Aku tahu kau sudah berubah. Aku hanya kesal dengan fikiranku sendiri. Membayangkanmu bersama wanita itu. Tanpa busana dan..."
Lukas membungkam Leticia dengan bibirnya. Ia megecup bibir wanita itu lalu melumatnya pelan. Mereka berdua kembali larut dalam kegiatan tersebut. Hingga beberapa saat kemudian Lukas kembali melepaskan diri. "Aku minta maaf Leti. Aku mencintaimu. Aku mohon, jangan membayangkan apapun lagi yang hanya akan membuatmu bersedih."
Dan Leticia mengangguk begitu saja. Lupa dengan kekesalannya. Lalu sibuk menenangkan jantungnya yang berdetak dengan cepat.
***
Pukul 23.15, Leticia dan Lukas kembali berdebat. Padahal baru saja beberapa saat yang lalu mereka bermesraan pasca menyelesaikan masalah yang sebelumnya. Perdebatan ini dipicu dengan kekeras kepalaan Leticia yang tidak ingin pulang ke rumah dan lebih memilih untuk menginap di apartemen Lukas. Sementara Lukas ingin mengantarkan wanita itu pulang ke rumahnya.
Lukas tidak ingin Haris semakin tidak menyetujui hubungannya dengan Leticia.
"Ayolah Leti. Kau tidak bisa menginap disini. Kau harus pulang."
"Aku tidak mau pulang Luke. Aku ingin disini."
Lukas menggeleng tegas. "Aku tidak akan mengizinkan kau untuk menginap disini."
Leticia mengerucutkan bibirnya. "Kau tega sekali padaku."
Lukas menghela napasnya. "Bukan begitu baby. Aku sedang berusaha untuk mendapatkan restu dari orangtuamu. Jika kita seperti ini, jangankan restu. Aku bisa dibunuh oleh ayahmu jika mengetahui kau menginap disini." Lukas mencoba menjelaskan. Jika ia bisa memilih, ia lebih senang Leticia menginap disini. Karena ia sangat merindukan wanita itu. Namun dia tidak punya pilihan apapun selain mengantarkan wanita itu pulang.
"Baiklah. Aku akan pulang."
***
Hampir tengah malam, Lukas memberhentikan mobilnya didepan rumah Leticia. Ia bersikeras untuk mengantarkan Leticia sampai ke depan pintu. Bahkan ia ingin meminta maaf kepada Haris karena membiarkan Leticia pulang ditengah malam seperti ini.
"Kau tidak perlu turun Luke. Aku bisa masuk dengan mengendap-ngendap. Ayah tidak akan mengetahuinya." Ucap Leticia.
Lukas menggeleng. "Aku bukan pria seperti itu baby. Aku akan tetap turun. Memastikan kau masuk rumah dengan aman."
"Apa yang akan kau bilang pada ayahku nanti ?" Tanya Leticia, khawatir.
Lukas tersenyum. "Kau lihat saja nanti. Jangan mencoba mengatakan apapun, okay ?"
Leticia mengangguk ragu, namun tetap menuruti pria itu. Mereka berdua melangah menuju pintu. Lukas memencet bel, lalu mengacak rambut Leticia dengan pelan.
Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. Harislah yang membuka pintu tersebut. Wajah pria itu langsung menegang, menahan amarah.
"Selamat malam Tuan." Lukas menyapa Haris seraya menundukan sedikit badannya. "Maafkan kelancangan saya karena telah mengajak Leticia bertemu padahal anda sudah melarangnya. Saya juga minta maaf karena mengantarkan Leticia tengah malam seperti ini."
Lukas tersungkur saat Haris tiba-tiba saja memukulnya tepat dirahang pria itu. Pukulan yang sangat keras hingga mampu membuat sudut bibir Lukas berdarah.
"Daddy !!!" Pekik Leticia. "Apa yang Daddy lakukan ?"
Leticia berniat untuk membantu Lukas berdiri namun suara bariton ayahnya menghentikan langkahnya untuk membantu pria itu. "Jangan coba-coba membantunya Leti. Masuk sekarang juga !" Perintah Haris, dengan nada membentak.
Leticia menatap Lukas. Ia khawatir. Air matanya jatuh begitu saja saat melihat Lukas yang masih bisa tersenyum seraya mengangguk pelan. Seolah menyuruhnya untuk mematuhi perintah ayahnya.
Leticia menurut, ia lalu masuk kedalam rumah. Berlari kedalam kamarnya sambil menahan tangis.
"Berani-beraninya kau melakukannya !" Ucap Haris, menatap Lukas dengan tajam.
Lukas berdiri. Memegang sudut bibirnya yang berdarah lalu kembali membungkuk pelan. "Saya minta maaf. Anda tidak perlu khawatir. Saya tidak melakukan apapun yang sekarang anda fikirkan terhadap Leticia karena saya mencintainya. Saya sangat menghormatinya."
Haris membuang muka. "Keluar dari rumahku. Sekarang juga !" Usirnya.
Lukas mengangguk. "Saya mohon jangan memarahi Leticia. Sayalah yang salah dalam hal ini. Saya yang memintanya untuk menemui saya. Jika anda ingin melampiaskan amarah anda. Silahkan lakukan apapun yang ingin anda lakukan terhadap saya sekarang juga. Tapi, jangan meminta saya untuk meninggalkan Leticia. Karena saya tidak bisa. Saya tidak bisa kehilangan Leticia."
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukas & Leticia
RomanceTiga tahun menjadi sekretarisnya membuatku mulai mengetahui satu hal. Dia yang terlihat santai dari luar menyimpan banyak kepedihan didalam hatinya. Dia adalah Lukas Benyamin. Pria yang menolongku lima tahun yang lalu. -Leticia Briana- *** Dia canti...