Part 30

2.5K 376 46
                                    

Group chat the brothers

Lukas Benyamin : Aku punya berita bagus

Orlando Arsenio : Dan perasaanku seketika tidak enak.

Tristan Alaric : Aku juga.

Danis Hansel : Aku boleh pura-pura tidak membuka grup ini ?

Lukas Benyamin : Sialan kalian semua !!!

Orlando Arsenio : Terimakasih atas pujiannya.

Tristan Alaric : Aku tersanjung sekali.

Danis Hansel : Aku sampai meneteskan air mata saking terharunya.

Lukas Benyamin : Ya Tuhan. Kenapa aku bisa berada ditengah orang-orang konyol seperti mereka ini.

Tristan Alaric : Ada yang merasa konyol disini ?

Orlando Arsenio : Aku tidak merasa sama sekali. Bagaimana dnegan kau Danis ?

Danis Hansel : aku bahkan tidak bisa menemukan bagian mana yang bisa disebut konyol.

Lukas Benyamin : AKU AKAN MENIKAH.

Orlando Arsenio : Teruskan saja imajinasimu. Kau sebegitu frustasinya ya hingga memutuskan untuk menikahi wanita lain. Bukankah kau ingin menikahi Leticia ?

Lukas Benyamin : yang bilang aku menikahi wanita lain siapa ? kau sendiri yang berimajinasi ! aku akan menikah dengan LETICIA.

Tristan Alaric : Dia tidak tertolong lagi. Kau ingin kita berkumpul dimana Luke ? kita bisa cari solusinya bersama-sama.

Danis Hansel : Meski kau menyebalkan, aku tidak setega itu untuk membiarkanmu menjadi gila Luke.

Lukas Benyamin : Kalian semua yang gila. Tunggu sampai aku melemparkan undangan ke wajah kalian !

Lukas berdecak sebal membaca percakapan bersama sahabat-sahabatnya. Tidak ada satupun dari mereka yang percaya bahwa ia akan menikahi Leticia. Memangnya hubungan dia dan Leticia separah itu hingga tidak ada harapan sama sekali untuk bersama ?

Lukas tersenyum. Mengingat ia akan menikah dnegan Letica membuat hatinya menghangat. Dia bahagia tentu saja. Benar kata pepatah, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Dia telah melakukan yang terbaik untuk memperjuangkan hubungannya dengan Leticia.dan sekarang dia telah mendapatkan hasil yang baik juga.

Suara ketukan dipintu menghentikan khayalan Lukas tentang hubungannya dengan Leticia. Ia menoleh ke arah pintu, lalu sontak berdiri saat melihat Haris masuk dengan langkah tegapnya.

Lukas menunduk. "Selamat pagi, Tuan Haris." Sapanya dengan sopan. "Silahkan duduk." Ia mempersilahkan Haris untuk duduk di salah satu sofa yang ada didalam ruangannya.

"Selamat pagi. Terimakasih. Kau kelihatan sibuk." Haris menatap berkas-berkas yang ada diatas meja Lukas, lalu memperhatikan sekeliling ruangan pria yang akan menjadi menantunya itu.

"Aku bisa menyelesaikannya nanti." Jawab Lukas. Ia terlihat sedikit canggung. Bagaimana tidak, meski Haris telah menerima lamarannya. Pria itu sama sekali belum menjelaskan dengan jelas alasannya menerima Lukas untuk menikah dengan putrinya. "Anda ingin minum kopi atau teh ?"

Haris menggeleng. "Tidak usah Luke. Aku hanya mampir sebentar."

Lukas mengangguk paham. Ia lalu diam, membiarkan pria itu memulai apapun yang menjadi tujuannya untuk datang menemuinya di pagi hari seperti ini.

"Tolong jaga Leticia dengan baik mulai sekarang."

Lukas mengangguk. "Aku sudah berjanji untuk menjaga dan membuatnya bahagia. Bukan hanya kepada anda, tapi juga kepada diri saya sendiri."

Haris tersenyum. "Aku tahu bahwa kau laki-laki yang bertanggung jawab. Kau ingat saat aku memukulimu setelah mengantarkan Leticia pulang ?"

Lukas ingat sekali kapan itu terjadi. Bahkan ia harus menahan nyeri setiap kali membuka mulutnya selama beberapa hari. Pukulan Haris benar-benar kuat meski usia pria itu tidak lagi muda.

"Aku masih mengingatnya. Itu pertama kalinya aku membiarkan orang memukulku tanpa balas memukulnya." Ungkapnya dengan jujur.

Haris terkekeh pelan. "Aku meminta maaf kepadamu. Sejujurnya aku tidak kesal kepadamu, melainkan aku kesal kepada diriku sendiri."

Lukas mengerutkan dahi. Tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Haris. Jelas-jelas pria itu memukulnya dengan keras. Dan sekarang dia bilang tidak kesal kepada Lukas melainkan kepada dirinya sendiri ?

Lelucon macam apa ini ?

"Saat itu aku melihat Leticia keluar dari kamarnya dengan mengendap-ngendap. Aku melihat wajahnya. Ia terlihat gusar dan seperti menahan tangis. Aku berfikir, ia pasti sedang tidak baik saat itu. Ada sesuatu yang mengganggu fikirannya. Dan sesuatu itu pasti hal yang sangat penting. Karena dia dengan berani melanggar perintahku lalu menyelinap keluar rumah disaat aku melarangnya. Aku bisa saja memarahinya saat itu. Entah kenapa aku membiarkannya pergi. Dan setelah itu aku merutuki keputusanku. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. aku menungguinya pulang. Dan saat aku melihatmu mengantarkannya pulang, aku merasa sangat lega. Namun entah kenapa aku memukulmu. Mungkin aku hanya gengsi mengakui bahwa kau adalah pria yang baik untuk Leticia. Kau benar-benar menghormati putriku."

Lukas masih diam. Ia tahu bahwa Haris belum selesai dengan kata-katanya.

"Terima kasih Luke. Terima kasih karena telah mencintai putriku begitu dalam. Aku selalu khawatir tentangnya. Khawatir jika tidak ada pria yang bisa membuatnya bahagia seperti yang kuusahakan selama ini. Tapi ternyata aku salah. Dia justru sangat bahagia saat bersamamu."

Lukas menggeleng. "Anda salah Tuan. Leticia sangat mencintai anda. Baginya, anda adalah cinta pertamanya. Mungkin anda benar jika dia sangat bahagia bersama saya. Namun itu dalam artian yang berbeda. Sementara dengan anda ? anda adalah segalanya bagi Leticia. Bahkan dengan adanya saya pun, tidak akan pernah menggantikan posisi anda dihati Leticia. Percayalah itu."

Haris terkekeh. "aku tidak percaya bahwa aku akan digurui olehmu. Tapi kau benar lagi kali ini."

"Saya hanya mengatakan faktanya."

Haris menganguk paham. "Luke..."

"Ya ?"

"Mulai sekarang kau bisa memanggilku Daddy, seperti Leticia memanggilku."

***

Besambung

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang