Part 21

2.5K 339 13
                                    

Lukas melangkahkan kakinya dengan mantap memasuki kantor seseorang yang mungkin akan mengusirnya langsung jika melihat ia datang. Orang itu adalah Jimmy, kakak Leticia. Semalam, setelah menyatakan perasaannya kepada wanita itu, ia sudah bertekad untuk mulai menunjukan kepada Leticia bahwa ia sungguh-sungguh. Dan kesungguhannya akan dimulai dari meyakinkan Jimmy.

Mengetuk pintu ruangan Jimmy, Lukas lalu melangkah masuk setelah ada perintah masuk dari dalam.

"Apa yang kau lakukan disini ?" Tanya Jimmy dengan nada tidak bersahabat saat melihat Lukas memasuki ruangannya.

"Boleh aku duduk dulu ?" Tanya Lukas, dengan nada datar. Ia lalu duduk begitu saja saat Jimmy tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

"aku tidak ingin membuang waktu berbicara hal yang tidak penting. Bukankah sudah kubilang kalau aku tidak akan mengizinkan kau untuk menjalin hubungan dengan Leticia."

"Bukankah aku juga sudah bilang bahwa aku tidak akan melakukannya ?" Balas Lukas, tidak ingin merasa terintimidasi.

Jimmy mendengus. "Apa yang kau inginkan sekarang ?"

"Aku ingin menikahi Leticia."

Jimmy membelalakkan matanya. "Kau cari mati ya ?"

Lukas menggeleng tegas. "Aku ingin meminta izin kepadamu dengan tulus. Apapun yang kau ketahui tentang masalaluku, tidak akan kubantah sama sekali. Tapi aku ingin kau tahu, bahwa aku telah lama berubah. Sejak meminta Leticia untuk menjalin hubungan denganku, lebih tepatnya." Lukas terdiam sebentar. Lalu kembali melanjutkan. "Aku mencintai Leticia, sungguh. Ini pertama kalinya aku jatuh cinta kepada seorang wanita. Seharusnya kau tahu itu karena kau tahu bagaimana kehidupanku selama ini."

"Leticia adalah adikku yang paling kusayangi. Dan aku tidak ingin ia menjalin hubungan dengan orang sepertimu."

"Dia juga orang yang paling kucintai."

"Kau hanya buang-buang waktu kesini. Pergilah, kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan. Kuingatkan sekali lagi, akhiri sekarang juga. Sebelum ayahku mengetahuinya."

Lukas tersenyum tipis. "Sepertinya kau tidak mencari tahu semua tentangku dengan detail. Aku bukan orang yang akan menyerah begitu saja. Kau bilang sebelum ayahmu tahu ?" Lukas tertawa pelan. "Aku yang akan memberitahukannya sendiri kepada ayahmu. Karena aku ingin meminta izin kepadanya untuk menikahi adikmu yang kucintai itu."

Lukas berdiri dari duduknya "Baiklah, aku rasa aku harus pergi sekarang. Maaf telah mengganggumu di jam kerja seperti ini. Permisi." Ucapnya lalu beranjak, meninggalkan Jimmy yang terdiam melihat kepergiannya.

***

Lukas Benyamin : Kau sedang apa ? Sudah makan siang ?

Leticia Briana : Melamun ? Kau lupa bahwa aku pengangguran sekarang ? Aku belum makan siang. Kau sudah makan ?

Lukas Benyamin : Ayo kita makan bersama. Aku didepan rumahmu.

Leticia Briana : Kau bercanda ?

Lukas Benyamin : Tidak sayang, aku sedang melangkah menuju pintu rumahmu. Dan sepertinya aku telah memencet bel.

Leticia membelalakkan matanya, lalu beranjak, berlari secepat yang ia bisa menuju pintu. Jangan sampai Ibunya yang membukakan pintu untuk pria itu.

Leticia hanya bisa menahan napasnya sejenak saat melihat Lukas tersenyum seraya melambaikan tangan kearahnya.

"Baru saja mommy mau memanggilmu." Ucap Brenda, dengan nada hangat seperti biasanya.

Leticia gelagapan. "Mom, bisa ikut aku kekamar. Ada yang mau aku bilang sama mommy."

Brenda tersenyum. "Tentang hubunganmu dengan Lukas ?"

"Mommy tahu ?"

Brenda mengangguk. "Lukas baru saja mengatakannya. Dan ia bilang ingin mengajakmu makan siang bersama."

Leticia beralih menatap Lukas. Dan bukannya menjelaskan, pria itu malah mengedipkan sebelah matanya.

"Sana siap-siap. Jangan membuat Lukas menunggu terlalu lama." Ucap Brenda yang langsung diangguki oleh Leticia.

***

Leticia berkali-kali melirik Lukas yang sedang menyetir. Dia ingin mengomeli pria itu karena telah berada dirumahnya tanpa mengabari Leticia terlebih dahulu. Dia belum siap ayahnya mengetahui hubungannya bersama Lukas. Namun sekarang Ibunya sudah tahu. Bagaimana kalau Ibunya mengatakan semuanya kepada ayahnya ?

Leticia menghembuskan napas kesal lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Lukas tersenyum, mengulurkan tangannya lalu menggenggam jemari Leticia. "Jangan terlalu banyak berfikir sayang. Aku sudah bilang kalau aku akan membuatmu percaya kan ?"

Leticia menoleh. Lalu menyipitkan matanya. "Kau sedang merencanakan sesuatu kan ?"

Lukas tertawa. Merencanakan untuk menikahimu ? Tentu saja, baby."

"Luke..."

"hm..."

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika ayahku tahu tentang hubungan kita." Ungkap Leticia. Dia sangat khawatir tentang bagaimana tanggapan ayahnya.

Selama ini, pria yang pernah ia kenalkan kepada ayahnya hanya Dimmy, dan itupun ia kenalkan sebagai teman saja. Dia tidak pernah mengenalkan pria sebagai kekasihnya kepada kedua orangtuanya.

Lukas mengelus jemari Leticia yang ia genggam dari tadi. "Tidak perlu membayangkan apapun. Cepat atau lambat, ayahmu akan mengetahuinya. Kau tidak perlu khawatir. Biar aku yang mengurusnya."

"Entahlah. Aku hanya merasa bahwa semua ini tdiak akan mudah."

"Aku tidak pernah menginginkan semua ini akan mudah, Leti. Karena aku ingin kau melihat kesungguhanku kali ini."

Leticia tersenyum lalu mengecup pipi Lukas sekilas.

"Apa ini ?" Goda Lukas.

"Itu hadiah dariku."

Lukas tertawa. "Kau menggemaskan."

***

Leticia kembali dikejutkan dengan kedatangan Florence dan Damian saat ia sedang menunggu pesanan untuk makan siangnya bersama Lukas.

"Kau tidak suka aku datang ?" Tanya Florence. Ia memasang wajah pura-pura kesal lalu mengambil posisi duduk disamping Leticia.

Leticia menggeleng. "Aku hanya bingung sekarang." Ia menatap Lukas. Meminta penjelasan.

"Lukas tersenyum. "Aku sengaja mengundang sahabatmu. Aku ingin meminta izin langsung kepadanya untuk membuatmu bahagia."

Leticia terdiam. Terlalu bahagia saat ini.

"Dia romantis kan ?" Florence berbisik ditelinga Leticia.

Leticia tersenyum bangga. "Aku tidak salah pilih pria kan ?"

Florence mengangguk. "Aku mengakuinya kali ini."

"Sepertinya kalian banyak membicarakanku selama ini." Celetuk Lukas.

"Jika kau ingin mengetahui apa yang mereka bicarakan, kau bisa menghubungiku, Luke." Damian turut menyela.

Lalu mereka tertawa bersama.

***

Bersambung

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang