Part 23

2.2K 323 18
                                    

Lukas menarik napas pelan, lalu menghembuskan kembali. Ia melakukannya berulang-ulang. Berharap kegugupannya berkurang. Namun tidak berhasil, ia justru semakin gugup.

Dia berada didepan pintu sebuah ruangan. Ruangan tersebut adalah ruangan Haris, ayah Leticia. Dan dia sudah berdiri disana sejak sepuluh menit yang lalu.

Memberi semangat untuk dirinya didalam hati, ia lalu mengetuk pintu tersebut.

Lukas masuk saat ada perintah masuk dari dalam. Bahkan mendengar suara Haris saja sudah mampu membuatnya goyah. Sial. Dia tidak pernah merasa terintimidasi seperti ini bahkan sebelum bertemu pria tersebut.

"Selamat pagi, Tuan." Lukas menundukkan sedikit wajahnya saat menyapa Haris.

Sementara Haris merasa heran dengan kedatangan Lukas. Yang ia tahu, pria didepannya ini adalah mantan atasan putrinya, Leticia. Meski begitu ia tetap membalas sapaan Lukas. "Selamat pagi. Silahkan duduk."

Lukas mengangguk pelan, lalu mengambil posisi duduk tepat didepan Haris. Mereka hanya dipisahkan oleh sebuah meja dengan jarak sekitar dua meter saja.

"Maaf mengganggu anda di pagi hari seperti ini, Tuan."

Haris menggeleng. "Tidak masalah Tuan Lukas. Apa yang membuat anda datang kemari pagi-pagi begini ? Apa...putri saya membuat masalah dikantor anda sebelum dia mengundurkan diri ?" Tanya Haris dengan nada ragu. Dia merasa penasaran dengan kedatangan Lukas. Dan hal yang mungkin terjadi baginya adalah bisa saja putrinya telah membuat masalah selama bekerja dikantor pria itu.

Lukas menggeleng. "Tidak sama sekali Tuan. Leticia tidak membuat masalah sama sekali. Saya justru salut dengan cara bekerjanya."

Haris mengangguk paham. "Baguslah kalau begitu. Jadi apa alasan anda datang kemari ?"

Lukas diam sejenak. Menatap pria yang usianya jauh lebih tua darinya itu dengan datar lalu mulai mengucapkan apa yang menjadi alasannya datang menemui pria itu. "Begini Tuan...Kedatangan saya kemari adalah karena saya ingin meminta izin anda untuk menikahi putri anda, Leticia." Lukas mengucapkannya dengan lugas, tanpa terbata-bata sama sekali. Dia harus mengapresiasi dirinya sendiri nanti, setelah pertemuan ini.

Haris menatap Lukas dengan tajam. Ia tidak menyangka pria didepannya ini akan meminta izin untuk menikahi putrinya. Sejujurnya ia sempat mencari tahu tentang Lukas saat Leticia diterima bekerja sebagai sekretaris pria itu. Dan semua informasi yang ia dapat membuatnya khawatir jika nanti putrinya akan berakhir seperti wanita-wanita yang berada dihidup pria itu. Bahkan Haris juga mengetahui bagaimana hubungan Lukas dengan kedua orangtuanya.

Namun meskipun begitu, ia juga bukan seseorang yang akan mengadili orang lain karena kehidupan yang dijalani oleh orang tersebut. Jadi selama putrinya baik-baik saja dan bahagia dengan pekerjaan yang dipilihnya, dia tidak akan melarang putrinya tersebut.

"Apa alasan anda ingin menikahi putri saya ?"

"Karena saya mencintai putri anda."

Haris tertawa pelan. "saya mengagumi keberanian anda karena datang kemari dan meminta izin untuk menikahi Leticia. Tapi, sepertinya anda belum mengenal saya dengan baik."

"Saya memang belum mengenal anda dengan baik. Karena itu saya kemari. Saya hanya tahu tentang anda dari orang lain. Dan sekarang saya ingin lebih tahu tentang anda. Dan juga, saya berharap sekali anda mau mengizinkan saya menikahi putri anda." Lukas diam sebentar, menimbang haruskah dia menjelaskan perihal hubungannya dengan Leticia atau tidak. Dan sepertinya keputusan pria itu adalah dia akan memberi tahu Haris. "Saya dan Leticia sedang menjalin hubungan sekarang. Oleh karena itu saya ingin menikahinya. Saya tidak pernah berniat untuk menyakiti Leticia. Bagi saya, kebahagiaan Leticia adalah kebahagiaan saya juga."

"Menurut anda, mungkinkah saya memberi izin jika saya mengetahui kelakuan anda selama ini ?"

Lukas menghela napas. Dia benci membahas ini. Karena bagaimanapun juga dia tidak bisa mengubah masalalunya. Dia hanya bisa menyesali semua kelakuan bejatnya selama ini. "Saya tahu dengan baik bagaimana kelakuan saya selama ini. Saya juga tidak akan membela diri akan hal itu. Hanya saja, sejak saya menjalin hubungan dengan Leticia, saya telah berjanji kepada diri saya sendiri untuk tidak menyakitinya. Saya juga telah meninggalkan semua kebiasaan-kebiasaan buruk saya. Anda bisa membunuh saya jika saya ketahuan berbohong.

"Bagaimana saya bisa percaya dengan kata-kata anda ? Leticia adalah putri saya satu-satunya. Saya membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Anda tahu apa yang tidak ingin saya lihat darinya ?"

Lukas menggeleng.

"air matanya." Jawab Haris. "Setiap kali dia menangis, hati saya menjadi sakit. Dan selama ini saya selalu berusaha untuk tidak membuat air matanya keluar."

"saya paham Tuan. Saya juga tidak berniat untuk membuatnya menangis."

"Bukan itu masalahnya. Saya hanya tidak bisa membiarkan putri saya menjalin hubungan dengan anda. Saya tidak akan tenang melepaskan putri saya untuk menjadi istri anda. Saya harap anda mengerti."

"Bisakah anda memberi saya kesempatan ?"

Haris menggeleng tegas. "Maafkan saya. Saya tidak bisa melakukannya."

"Bagaimana jika sayalah kebahagiaan putri anda ? sayalah pria yang ia cintai. Apakah anda tega membuat putri anda bersedih kehilangan saya ?" Lukas masih berusaha untuk meyakinkan Haris. Dia tidak bisa menyerah begitu saja.

"Apa maksud anda ?"

Lukas tersenyum. "Sepertinya anda tidak mengenal putri anda dengan baik Tuan. Saya dan Leticia saling mencintai. Kami sudah sepakat untuk tetap mempertahankan hubungan ini, apapun yang terjadi." Lukas terpaksa menggunakan cara ini, bukan karena dia tidak percaya diri. Hanya saja dia ingin Haris tahu bahwa Leticia juga sangat mencintainya.

Haris terdiam. Hanya beberapa saat. Lalu tersenyum. Dan entah kenapa Lukas merasa senyum pria didepannya ini akan membunuhnya sebentar lagi.

"Mungkin anda benar, saya tidak mengenal putri saya dengan baik. Tapi paling tidak, putri saya tahu bahwa saya sangat mencintainya. Saya rasa dia akan tetap menuruti saya karena saya orangtuanya. Lalu bagaimana dengan anda Tuan Lukas ? Bagaimana hubungan anda dengan orangtua anda ? atau apakah orangtua anda juga mengenal anda dengan baik ? Setahu saya, anda tidak memiliki hubungan yang baik dengan orangtua anda. Bagaimana bisa saya mempercayakan putri saya kepada seseorang yang bahkan tidak menghormati orangtuanya ?"

Lukas kalah telak.

Dia tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Bukan karena Haris benar. Hanya saja karena Haris mengatakan seolah-olah pria itu tahu apa yang telah ia lalui selama ini. Bukan dia yang tidak menghormati orangtuanya. Justru orangtuanya lah yang telah membuatnya seperti ini.

Haruskah dia menjelaskan kepada Haris betapa ia juga terluka selama ini ?

Tidak !

Dia tidak akan menjelaskan apapun.

Alih-alih menjelaskan, dia lebih memilih untuk meninggalkan ruangan Haris.

***

Bersambung

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang