Part 6

6K 576 70
                                    

Siang yang cerah. Leticia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun alasan dia bekerja disini adalah karena Lukas. Namun dia juga tidak ingin menghabiskan waktu hanya dengan memandangi atau memikirkan pria itu.

Baginya, jika dia memang mencintai Lukas. Maka dia akan sebisa mungkin membantu mengurangi pekerjaan pria itu.

"Selamat siang, Leti..." Sapa seorang wanita paruh baya.

Leticia mendongakkan wajahnya. "Siang Nyonya. Maaf saya tidak melihat anda." Ucapnya seraya menundukkan badan, merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa Leti. Kau terlihat sedang sibuk." Ucap wanita itu lagi.

Dia adalah Haralda, ibu kandung  Lukas.

"Begitulah Nyonya. Anda mau bertemu Tuan Lukas ?" Tanya Leticia, dengan nada enggan.

Haralda mengangguk. Dan tiba-tiba saja wajahnya menjadi sendu. "Aku merindukannya. Jika tidak mendatanginya seperti ini, maka aku tidak akan bisa melepaskan kerinduanku."

Leticia memasang wajah prihatinnya. Sedikit-sedikit dia mulai mengetahui bagaimana kehidupan Lukas selama ini. Dan bagaimana hubungan pria itu dengan keluarganya.

"Tuan Lukas ada didalam. Mau saya antar Nyonya ?" Ujar Leticia, menawarkan diri.

Haralda menggeleng. "Tidak usah, Leti. Kau lanjutkan saja perkerjaanmu."

Leticia mengangguk. Lalu membiarkan Haralda melangkah menuju ruangan Lukas.

Diam-diam, dia berdoa didalam hati, berharap kedatangan Haralda tidak membuat pria yang dicintainya kembali bersedih. Seperti yang sudah-sudah.

***

Lukas duduk dikursi kebesaran miliknya seraya memandangi pemandangan kota dari kaca besar yang menjadi dinding penghalang diruangannya.

Ceklek.

Dia sontak berbalik saat mendengar pintu terbuka. Awalnya dia mengira itu adalah Leticia, dan dia sudah bersiap untuk memarahi wanita itu. Tunggu, mungkin pura-pura marah lebih tepatnya. Namun tidak jadi. Karena yang berdiri didepannya sekarang bukannya Leticia, melainkan seorang wanita paruh baya yang selalu mampu membuat emosinya menjadi tidak terkontrol.

"Lukas..." Panggil Haralda, dengan lirih.

Lukas memasang wajah datar, mengambil berkas diatas meja lalu membacanya. Seolah tidak melihat kedatangan Haralda.

"Mommy senang melihat kau terlihat baik-baik saja." Ucap Haralda lagi, kali ini dengan nada haru.

Lukas berdecak. "Sejak kapan kau jadi peduli begini padaku ?" Dia meletakkan kembali berkas itu, dengan sedikit melemparnya. Lalu menatap Haralda dengan tajam. "Harus berapa kali kubilang, jangan pernah menemuiku lagi. Pergilah bersenang-senang, kemanapun kau mau. Tidak usah memperdulikan aku. Lagipula, aku memang tidak pernah terbiasa bersamamu."

Mata Haralda berkaca-kaca. Hatinya sakit mendengar anak semata wayangnya mengatakan kalimat yang dilontarkan Lukas barusan. Namun dia tidak bisa marah atau melakukan apapun untuk menghentikannya.

Lukas benar. Dia tidak pernah terbiasa bersama pria itu. Karena dulu dia terlalu sibuk dengan urusan kerjaan, jalan-jalan bersama teman arisannya hingga perjalanan bisnis keluar negeri.

Begitupula dengan Haris, suaminya. Pria itu tidak jauh berbeda dengan Haralda. Dia juga sibuk dengan pekerjaannya. Hingga tanpa mereka sadari, mereka telah menyia-nyiakan dan menyakiti Lukas dengan dalam.

Lukas harus tumbuh tanpa kasih sayang langsung dari orangtuanya. Bagi Haris ataupun Haralda, materi yang berlimpah cukup membuat Lukas bahagia.

Tapi tidak. Bukan itu yang Lukas inginkan. Dia hanya ingin Ibunya ada dirumah, memasakkannya sesuatu, menjemput kesekolah. Makan malam bersama, dan dia juga ingin ayahnya membacakan dongeng sebelum dia tidur.

Lukas & LeticiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang