"Kau yakin tidak ingin beli apapun lagi ?" Tanya Lukas pada Leticia.
Mereka, Lukas dan Leticia sedang berada disebuah pusat perbelanjaan. Dan hampir dua jam menghabiskan waktu disini, Leticia hanya membeli satu baju dan satu aksesoris saja. Tidak ada yang lain lagi.
Leticia mengangguk. "Aku hanya menginginkan ini."
Lukas berdecak. "Kau berkencan dengan pria tampan dan kaya. Tapi kau hanya membeli itu saja. Aku merasa gagal jadi pasanganmu." Ucapnya dengan nada dramatis.
Leticia menyelipkan tangannya dilengan Lukas lalu menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. "Kau tidak perlu menghabiskan banyak uang jika ingin membuatku bahagia. Cukup berjalan disampingku dan berjanji tidak akan meninggalkanku. Itu saja sudah cukup."
Lukas tersenyum. Wanita itu selalu tahu bagaimana membuatnya tersenyum bodoh seperti ABG yang baru belajar jatuh cinta. "Aku baru tahu kau pintar merayu."
Leticia memukul dada Lukas. "Itu tulus dari hatiku !"
Lukas terkekeh. "Aku tahu baby. Kau membuatku semakin gila karenamu saja."
"Tentu saja ! Kau harus terus menjadi gila karenaku. Kau mengerti ?"
"Apa kau baru saja memerintahku ?"
Leticia mengangguk antusias. "Ya, aku memerintahmu Lukas ! Jika di kantor kau memang atasanku. Tapi sekarang, kau harus menurutiku."
Lukas tertawa, lalu mengacak rambut Leticia.
Mereka menyusuri pusat perbelanjaan seraya mengobrol dan sesekali bercanda. Saking asyiknya , mereka tidak sadar bahwa dari tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan raut wajah datar.
***
"Kenapa kau mengamati mereka terus. Kalau kau memang merasa tidak tenang, hampiri saja mereka. Itu lebih baik daripada terus mengikuti mereka diam-diam seperti ini. Lagipula aku juga merasa lelah karena ikut-ikutan mengikutimu."
Jimmy menghela napas, lalu menatap Raya, istrinya yang terlihat lelah. Dia mengelus kepala Raya. "Aku minta maaf. Kau ingin kita pulang ?"
Raya menggeleng. "Aku tahu kau penasaran dengan hubungan mereka. Jadi, mari kita hampiri saja mereka." Ucap Raya seraya tersenyum tipis.
Melihat cara Jimmy memandangi adik perempuannya itu, Raya tahu bahwa pria itu ingin tahu apa hubungan adiknya dengan pria yang jelas-jelas mereka ketahui adalah atasan Leticia dikantor.
"Aku takut tidak bisa menahan diri."
Raya mengelus lengan Jimmy. "Aku kan bersamamu. Kenapa harus takut ?"
Jimmy tersenyum. "Kau benar. Aku juga tidak mau mati penasaran karena hal ini. Ayo, kita hampiri mereka." Ajak Jimmy seraya menggandeng tangan istrinya.
Mereka melangkah menuju dua sejoli yang sedang di mabuk cinta itu, kedua sejoli itu bahkan tidak menyadari kehadiran mereka.
"ehem." Jimmy berdeham, sedikit keras.
Langkah Leticia terhenti seketika melihat Jimmy yang berdiri tidak jauh darinya. Dia sontak melepaskan tangannya yang sedari tadi melingkar di lengan Lukas. "Kak Jimmy..." Sapanya pelan.
Jimmy mengangguk sekilas, lalu melangkah mendekati Leticia. Dia menaikkan satu alisnya, menatap datar namun penuh tanda tanya kepada Leticia. Setelah itu dia mengalihkan pandangannya kearah Lukas. Yang dibalas dengan tatapan datar juga oleh Lukas, namun pria itu menyempatkan mengangguk sekilas kepada Jimmy.
"Ada yang ingin kau jelaskan ?" Tanya Jimmy pada Leticia.
Leticia menelan salivanya dengan gugup. Berfikir dalam hati bagaimana cara menjelaskannya kepada Jimmy. Sama seperti Leo, adiknya. Jimmy juga sering mengingatkannya untuk tidak memiliki hubungan lebih dari sekedar atasan dan bawahan dengan Lukas.
"Kak..."
Lukas memegang pelan lengan Leticia. Mencegah apapun yang akan disampaikan oleh wanita itu. Dia menatap Leticia sambil tersenyum. Senyum yang entah mengapa membuat Leticia merasa sedikit lebih tenang. Setelah itu dia menatap Jimmy lalu mengulurkan tangannya.
"Selamat malam. Perkenalkan saya Lukas. Kekasih Leticia." Ucap Lukas dengan mantap.
Jimmy mengeratkan rahangnya. Merasa marah mendengar kata kekasih yang keluar dari pria yang jelas-jelas memiliki reputasi buruk yang berhubungan dengan banyak wanita. Dia menatap Lukas dengan tajam. Tidak berniat untuk menjabat tangan pria itu. Namun tatapan serta elusan dilengannya yang dilakukan oleh Raya, membuatnya luluh dan mau tidak mau menjabat tangan Lukas.
"Jimmy, Kakak Leticia." Ucap Jimmy, datar.
Lukas tersenyum. "Senang bertemu denganmu. Aku sangat menyesal karena harus memperkenalkan diri di tempat seperti ini. Harusnya aku datang menemuimu baik-baik."
"Kalau begitu, kau pasti tidak keberatan jika lain kali menemuiku secara baik-baik bukan ? Ada yang ingin kusampaikan padamu."
"Tentu saja. Aku akan menemuimu besok."
Jimmy mengangguk sekilas. "Baguslah. Lebih cepat lebih baik. Aku akan menunggumu." Jimmy menatap Leticia. "Telpon kakak setelah kau sampai dirumah." Ucapnya tegas.
Leticia mengangguk. "Iya kak."
"Bisa kau antarkan adikku pulang sekarang ? Aku tidak suka dia keluyuran di jam segini." Ucap Jimmy kepada Lukas.
Lukas mengangguk. Lalu membiarkan Jimmy pergi begitu saja, tanpa basa-basi.
Dia berdecak lalu menatap Leticia dengan alis berkerut. "Apa kakakmu selalu menyebalkan seperti itu ?"
Leticia mengedikkan bahu. "Dia terlalu sayang padaku."
Lukas tertawa pelan.
"Kenapa kau tertawa ?" Tanya Leticia bingung.
"Sepertinya ujian pertama kita dimulai dari kakakmu. Jika kakakmu saja sudah semenyebalkan itu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi orangtuamu." Ucapnya, masih dengan tawa dibibirnya.
Leticia memberengut, lalu memukul pelan lengan Lukas. "Kau ini ! Ini bukan hal yang bisa kau tertawakan. Aku sudah hampir mati rasanya saat melihat kak Jimmy tadi. Bagaimana ini ? Aku pasti akan dimarahi nanti."
Lukas tersenyum, lalu memegang kedua bahu Leticia. "Tatap aku." Perintahnya yang langsung dituruti oleh Leticia. "Aku tahu pasti bagaimana reputasiku selama ini. Aku sangat yakin pasti keluargamu sudah mendengar semua hal buruk itu. Dan aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena penolakan keluargamu. Aku akan berjuang."
Leticia mengerjapkan matanya. "Kau...kau yakin ?"
Lukas mengangguk. "Aku memang tidak percaya dengan cinta. Tapi sungguh, aku hanya ingin bersamamu."
Leticia tersenyum sumringah, lalu mengecup kilat pipi Lukas. "Aku akan membuatmu mengucapkan kata cinta padaku."
Lukas menarik pelan hidung Leticia. "Kau percaya diri sekali." Ejeknya.
"Lihat saja nanti." Balas Leticia seraya menjulurkan lidahnya.
Lukas tertawa lalu menarik Leticia kedalam pelukannya. Mengabaikan orang-orang yang memperhatikan mereka.
***
Bersambung ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukas & Leticia
RomanceTiga tahun menjadi sekretarisnya membuatku mulai mengetahui satu hal. Dia yang terlihat santai dari luar menyimpan banyak kepedihan didalam hatinya. Dia adalah Lukas Benyamin. Pria yang menolongku lima tahun yang lalu. -Leticia Briana- *** Dia canti...