Leticia menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri, mengusir rasa pegal yang mendera. Sekarang pukul sebelas siang, berarti sudah hampir empat jam dia menekuni berkas-berkas seraya sesekali menatap layar komputer.
Dia meregangkan tangan lalu menghempaskan badan ke kursi yang didudukinya. "Aah. Lelah sekali !" Keluhnya.
Telepon yang berada di atas meja Leticia berbunyi. Kembali menegakkan badannya, wanita itu lalu mengangkat telepon tersebut.
"Ke ruanganku sekarang." Perintah Lukas tanpa basa-basi. Bahkan pria itu tidak membiarkan Leticia membantah atau menjawab, karena sambungan telepon langsung diputus begitu saja.
"Makin lama kau makin menyebalkan !" Maki Leticia, memandangi telepon yang digenggam erat olehnya. Seolah telepon itu adalah Lukas.
Berhubung dia tidak bisa melampiaskan kekesalannya langsung kepada pria itu, jadi dia sering melampiaskan kepada benda-benda mati yang bahkan tidak akan mendengarnya.
Ironis sekali !
Leticia mengangkat bokongnya dari kursi, lalu melangkah menuju ruangan Lukas.
Tok tok tok.
Dia mengetuk pintu seperti biasa. Lalu membukanya setelah ada perintah masuk dari dalam.
"Ada perlu apa, Tuan ?" Tanya Leticia dengan sopan, dia menundukkan sedikit badannya.
"Kau ikut aku untuk menemui pemilik J&J Group. Dia meminta jadwal pertemuan diundur menjadi jam tujuh malam sekalian makan malam bersama."
"Saya ? Malam ?" Tanya Leticia dengan heran. Tidak biasanya Lukas mengajak dirinya untuk menemani pria itu bertemu dengan relasi bisnisnya. Apalagi di malam hari.
"Kenapa ? Kau ingin membantah ?" Lukas menaikkan sebelah alisnya.
Leticia menggelengkan kepala dengan gugup. "Tidak Tuan. Saya tidak akan membantah."
"Bagus. Aku akan mengirimkan alamat pertemuannya lewat email. Ingat, jangan terlambat."
Leticia mengangguk. "Saya mengerti. Ada lagi Tuan ?"
Lukas menggeleng. "Kau boleh kembali ke mejamu."
Leticia kembali mengangguk. "Baiklah, saya permisi." Ucap Leticia lalu bersiap-siap untuk melangkah keluar dari ruangan Lukas, namun pria itu lebih dulu mencegahnya.
"Tunggu !"
Leticia mematap Lukas, dengan heran. "Ada apa Tuan ?"
Lukas berdeham. "Berhenti menggunakan kata saya-anda. Itu terlalu formal. Kau mengerti ?"
Leticia mengerutkan dahinya. "Tapi...apa tidak apa-apa ?" Tanyanya dengan ragu.
"Itu perintah. Bukankah kau bekerja sesuai dengan perintahku ?"
Leticia mengangguk. "Tapi tetap saja saya merasa tidak enak."
Lukas menatap Leticia dengan tajam. "Aku tidak suka dibantah, Leticia..."
Leticia menekan salivanya dengan susah payah. Debaran jantungnya semakin menggila. Lukas jarang sekali menyebut namanya. Dan saat pria itu menyebut nama Leticia, dia merasa jutaan kupu-kupu berterbangan diperutnya. Menghantarkan gelenyar aneh hingga samar-samar membuat rona merah dipipi wanita itu.
Astaga !
Pria itu hanya menyebut namanya, dan reaksi tubuhnya menjadi sangat berlebihan. Sungguh sulit dipercaya !
"Baiklah. A...aku permisi." Ucap wanita itu dengan gugup yang semakin menjadi-jadi. Dia bahkan langsung beranjak keluar tanpa melihat Lukas. Dia merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukas & Leticia
RomanceTiga tahun menjadi sekretarisnya membuatku mulai mengetahui satu hal. Dia yang terlihat santai dari luar menyimpan banyak kepedihan didalam hatinya. Dia adalah Lukas Benyamin. Pria yang menolongku lima tahun yang lalu. -Leticia Briana- *** Dia canti...