Dua minggu berlalu sejak Leticia memutuskan untuk mengundurkan diri menjadi sekretaris Lukas. Dan sejak itu pula Lukas menjadi orang yang berbeda. Semua kekonyolan hingga celetukan-celetukan yang biasanya ia keluarkan hilang entah kemana. Pria itu menjadi pendiam dan seringkali terlihat memarahi karyawannya.
Seperti sekarang ini, ia sedang memarahi Natasha, wanita yang baru saja direkrutnya untuk menjadi sekretaris menggantikan Leticia.
"Sudah berapa kali kuingatkan untuk mencatat semuanya dengan jelas ?" Ucap Lukas dengan tatapan mata yang tajam.
Natasha menunduk, jantungnya berdebar kencang, dan dahinya mulai basah karena keringat. "Maaf Pak, saya tidak akan mengulanginya lagi." ucapnya pelan, nyaris tidak terdengar.
Lukas berdecak. "Selalu itu yang kau ucapkan ! Ini peringatan terakhir untukmu."
Natasha mengangguk. "Ba...baik Pak." Ucapnya gugup.
"Kembali ketempatmu." perintah Lukas dengan nada kesal.
Natasha kembali mengangguk, lalu tergesa-gesa menuju pintu. Dia tidak sanggup berada lama-lama diruangan Lukas. Aura dingin yang terasa serasa mencekiknya. Dia sulit bernapas saat berada disana.
***
"Masih belum sadar juga ?" Tanya Tristan yang sengaja mampir untuk membuat Lukas sadar bahwa pria itu mencintai Leticia.
Lukas diam. Tidak menanggapi omongan Tristan.
Tristan berdecak kesal. Mengeluarkan ponsel dari kantong celananya lalu menghubungi seseorang yang ia yakin akan membuat Lukas menjadi kesal kepadanya.
"Halo." Sapa seseorang diujung sana.
"Halo Robert. Kau dimana ?" Tanya Tristan.
Robert adalah sepupu Tristan. Pria itu pernah bilang bahwa ia menyukai Leticia. Dan Lukas tidak menyukai pria itu.
"Dikantor. Ada apa ?"
Tristan melirik sekilas kearah Lukas. "Kau masih ingat Leticia kan ? Aku dengar dia sedang single sekarang. Kau mau kukenalkan padanya ?" Tanyanya, sengaja menyulut emosi Lukas.
"Kau serius ? Tentu sa..."
Lukas merampas ponsel Tristan lalu membantingnya begitu saja. Membuat benda persegi panjang itu tergeletak dilantai dengan kondisi mengkhawatirkan.
"Shit !!! What are u doing ?" Tanya Tristan kesal. Dia memang sengaja memancing emosi Lukas. Namun dia tidak berharap pria itu membanting ponselnya seperti ini.
Lukas diam. Lalu melangkah keluar tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Tristan.
***
Leticia menatap jalanan yang dilewatinya. Ia sedang berada didalam sebuah taksi yang melaju menuju rumahnya. Dia merasa lelah setelah seharian jalan-jalan, dimulai dari mall hingga berakhir menikmati matahari terbenam dipantai. Dan sekarang dia lelah, dia butuh berendam air hangat untuk merilekskan tubuh serta fikirannya.
Tiga puluh menit kemudian, taksi yang ditumpangi Leticia berhenti di depan rumahnya, membayar tarif taksi, ia lalu keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi tersebut.
Leticia terpaku saat melihat ada Lukas yang bersandar dimobilnya. Pria itu menatap Leticia dengan datar. Jantung Leticia seketika berdegup dengan kencang. Ia merindukan pria itu.
Leticia masih terpaku, kakinya tidak sanggup untuk melangkah. Ia takut kalau ia mendekati pria itu, maka ia akan bertingkah bodoh dengan memeluk Lukas dengan erat.
Lukas melangkah mendekati Leticia, masih dengan menatap wanita itu. "Ada yang ingin kukatakan. Pilihanmu hanya dua. Pertama, masuk ke mobil dan ikut aku untuk mencari tempat lain, atau aku akan mengatakannya sekarang, dengan resiko orangtuamu akan mengetahui apa yang terjadi diantara kita." Ucapnya tenang. "Dan kalau boleh jujur, aku lebih senang jika kau memilih pilihan kedua."
Leticia berdecak didalam hati. Merutuki sikap pria itu yang masih saja menyebalkan. Namun meski begitu, ia memilih opsi yang pertama. Ia belum siap orangtuanya mengetahui apa yang telah terjadi.
Leticia duduk dibangku samping kemudi seraya menatap jalanan. Ia lebih suka menatap jalanan ketimbang Lukas, karena efeknya masih berbahaya bagi jantungnya. Apalagi pria itu sejak tadi masih mencuri-curi pandang kearahnya. Namun Leticia memilih untuk pura-pura tidak tahu.
Leticia mengernyitkan dahi saat Lukas memarkirkan mobil di parkiran apartemen pria itu. Meski heran, ia tetap mengikuti Lukas yang berjalan didepannya. Ternyata pria itu mengajaknya ke lantai paling atas apartemen, sama seperti dulu.
"Kau masih ingin diam ?" Lukas menatap Leticia yang berdiri disampingnya. Wanita itu sedang menikmati indahnya pemandangan kota.
Leticia menoleh sekilas, lalu kembali menikmati pemandangan kota. "Bukankah kau yang ingin berbicara padaku ?"
Lukas diam. "Kalau begitu bisa kau lihat aku sekarang ? Aku benci melihat kau mengabaikanku !" ucap Lukas, tanpa menutupi kekesalannya.
Leticia menyipitkan matanya. "Mengabaikanmu ? Bukannya kau yang menginginkan semua ini ? Atau kau baru saja mengalami kecelakaan dan kau kehilangan ingatanmu ?" ucapnya kesal.
Lukas menghela napas berat. Leticia benar, dialah yang membuat wanita itu bersikap dingin. Ya, dialah penyebab hancurnya hubungan mereka.
"Aku mencintaimu." Ucap Lukas tiba-tiba. Dia tidak ingin mengulur-ngulur waktu lagi. Dia sudah menyadarinya sekarang.
Sejak Leticia mengajukan surat pengunduran diri, ia merasa hampa. Dia tidak bisa lagi melihat wajah ceria wanita itu meski ia seringkali bersikap dingin. Dan dia juga tidak bisa lagi melihat wajah kesal Leticia saat ia menggodanya. Bagitu banyak hal tentang Leticia yang selama ini ia perhatikan secara diam-diam. Dan kepergian wanita itu membuat ia menyadari perasaannya. Ia mencintai wanita itu. Itulah kesimpulannya.
Leticia terkejut, namun mencoba menutupinya. "Apa yang sedang coba kau mainkan sekarang ?"
Lukas menggeleng. "Aku mencintaimu, Leticia." Ucapnya sekali lagi.
Leticia menatap mata Lukas beberapa detik, lalu mengalihkan pandangannya. "Aku lelah Luke. Sungguh. Aku sudah lelah dengan semua ini."
Lukas mendekat, mengikis jarak antara dirinya dengan Leticia lalu memeluk wanita itu dari belakang. "Maaf karena aku terlambat menyadarinya. Aku bodoh."
"Tiga tahun aku berjuang Luke. Dan selama itu kau selalu menyakitiku. Bahkan kau mengajakku menjalin hubungan yang tidak jelas. Aku menerima semuanya. Dan sekarang kau datang dengan mengatakan kau mencintaiku ? kau fikir aku akan percaya semudah itu ?" Leticia menyeka air mata yang jatuh dipipinya. "meski aku begitu mencintaimu. Aku tidak bisa percaya begitu saja."
Lukas menghela napasnya. "Aku tahu. Aku sudah banyak menyakitimu. Walaupun begitu, aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Aku akan membuatmu percaya, Leti. Percaya bahwa aku yang akan berjuang kali ini. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Apapun yang terjadi."
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukas & Leticia
RomanceTiga tahun menjadi sekretarisnya membuatku mulai mengetahui satu hal. Dia yang terlihat santai dari luar menyimpan banyak kepedihan didalam hatinya. Dia adalah Lukas Benyamin. Pria yang menolongku lima tahun yang lalu. -Leticia Briana- *** Dia canti...