Kalian pernah denger "Nona Teh dan Tuan Kopi" gak? Nah, kali ini kita kedatangan penulisnya nih! Novel Trilogi karya Crowdstroia ini sudah bisa kalian dapatkan di toko buku. Eitss! Tapi masih volume satu alias masih yang bagian Parak. Buat kalian yang penasaran sama novelnya kalian bisa review story-nya di facebook kak Crowdstroia ini. Novel bergenre romance ini pasti bakal bikin kalian baper sendiri. Mau lebih baper lagi? Kunjungi akun nya di wattpad dan facebook. So, what are you waiting for? Simak trus sharing bersama kak Crowdstroia ini sampai habis.
Q: Kak aku mau nanya, td habis liat liat facebook kakak. Trus aku kagum bgt sama feednya, banyak jg video tentang triloginya. Susah gak sih kak selama ini ngerjain gituan?
A: susah. haha. krn aku pake windows movie maker. aku bikin pakai gambar2 .gif, tapi gambar gif ini biar bisa "kebaca" di WMM harus diubah dulu jd .avi . aku convert dulu gambarnya satu2, baru bisa bikin video LOL
Q: Apa yang membuat kakak berpikir untuk membuat cerita bergenre romance? Lalu, apa yang membuat kakak tertarik untuk terjun di dunia kepenulisan? Terima kasih dan salam kenal kak eheheh
A: nulis cerita romance krn gak nemu cerita romance yg kumau. like, aku mau baca cerita romance tp yg gak "mendewakan" cinta gitu. aku mau yg realistis. jarang bat nemuin cerita romance yg realistis tapi ada tema2 yg bahasannya mendalam gitu. Jadi, yaudah, kubikin sendiri saja walau mungkin skill nulisku masih payah.
yg bikin aku pertama kali tertarik terjun ke dunia kepenulisan karena alasan di atas. Kalau ditanya knp bertahan, karena aku punya pesan atau pemikiran yg selalu ingin kusampaikan dan cara yg paling efektif untuk menyampaikannya adl lewat bercerita.
Q: Dari yang saya pernah baca nona teh dan tuan kopi kakak mendapatkan inspirasi dari mana? Atau diangkat dengan kisah nyata?
A: Inspirasi dari mana aja dek. Mainly sih karena aku concern dg wanita2 karier yg belom nikah tapi dinyinyirin mulu. Dibilang pemilih lah, dibilang sok liberal lah, itulah, anulah, padahal nikah itu pilihan, bukan kewajiban. Dan kalau emg belom nemu yg cocok knp harus maksain nikah demi memuaskan 'standar' masyarakat yang menganggap bahwa "menikah = bahagia" dan "tidak menikah = tidak bahagia"?
Q: Dari sekian banyak yang kakak tulis, menurut kakak mana yang paling realistis? Dan yang bisa dikatakan tidak happy ending? Gomawo
A: Yang paling realistis buatku itu Dwilogi Nona Teh dan Tuan Kopi, Seri Disiden, dan Seri Relevansi. Nggak ada ceritaku yg sad ending. semuanya happy. walau Seri Relevansi udh kutulis bahwa dua tokoh utamanya tidak bersama pun juga buatku itu happy ending karena para tokoh bisa mengambil hikmahnya. Banyak cerita yg dua tokoh utama gak bersatu tapi yaudah, cuma diakhiri dengan tidak bersatu hanya dg landasan "karena dunia ini emg nggak seindah novel". Padahal selalu ada alasan kenapa manusia nggak bisa bersatu sama org yg mereka cintai. Dan alasan inilah yg jarang dilansir
Q: Punya penulis favorite nggak kak? Kalau ada namanya siapa? Dan minta rekomendasi novel yang menurut kakak bagus banget ceritanya. Terima kasih
A: dunia nyata: Dee Lestari, Leigh Bardugo, dan Tere Liye (khusus action)
Wattpad: @hepburnettes, @ellechanel
Rekomendasi kalian tinggal cari cerita2 di reading list ku di Wattpad aja (kalau mau Wattpad). kalau rekomen novel cetak, tergantung kamu sukanya genre apa, dan contoh tulisan yg masuk seleramu itu kayak gaya nulisnya siapa
Q: Halo saras salken. saras kan sudah jadi penulis sekarang, selama jadi penulis pasti banyak sekali rintangannya ntah mood yang buruk, stuck dan lain sebagainya. pertanyaan saya apa sih yang melatar belakangi sehingga saras menjadi seorang penulis, apakah memang sudah jadi hoby atau sekedar mengisi waktu luang? terus klo misalnya nih karya sarad di plagiat orang lain apa yang akan saras lakukan? krn setau saya plagiat itu salah satu pelanggaran hak cipta, apakah saras tetap membiarkan atau justru mengambil langkah hukum?
Q: pertanyaan pertama jawabannya sama kayak jawabanku ke pertanyaan sebelumnya.
Tegur aja dulu. Kalau gak mempan, report aja. Setahuku di Wattpad mah tinggal di report gitu selama ada bukti mah gampang. Tapi kalau semisal dia plagiasi dan dikomersialkan (dijualin dalam bentuk buku/ebook), ambil langkah hukum.
Sama aja kalau misal diplagiat tapi hasil plagiarismenya dipost di Fb misalnya, tegur aja dulu, omongin baik2. Siapa tahu masih waras anaknya.
Q: Pas pertama baca blurb NTTK tuh aku udah jatuh cinta sama kata2nya. Puitis banget. Dan ternyata, isinya tuh lebih menarik lagi. Kerenn pokoknya. Nah, cara kakak buat kata2 kayak gitu gimana sih kak? Tips dong buat cerita aku yg terlihat datar2 aja alias kurang ngefeel 😂. Makasih. maaf nanyanya belibet nih keknya wkwk.
A: Sering2 baca aja sih dek buat memperluas kosa kata. Kalau masalah feel itu jujur aku nggak pernah mempermasalahkan kalau ada yg nganggep tulisanku nggak nge-feel. Feel itu adalah salah satu hal paling absurd yg pernah kutemui. Like, you see, lo pasti pernahlah minimal liat temen lo baca novel/nonton drama nangis, tapi lo enggak nangis pas baca novel/nonton drama yg sama. Yang penting itu dari lo sendiri udah ngerasain apa yg karakternya rasakan. Gmn cara biar lo bisa merasakan apa yg karakternya rasakan? lo harus bayangin seandainya lo ada di posisi karakter lo. Ya intinya lo harus baper sama tokoh lo sendiri
aku rekomen tulisan Dee Lestari buat memperluas kosa kata. Novel dia yg Supernova mungkin terlalu 'berat' buat sebagan orang (walau aku suka banget dari awal baca, tapi kata bbrp org berat). Coba aja baca karya dia yg Rectoverso, Filosofi Kopi, atau Perahu Kertas atau Madre juga bagus. aku baca semua sih dan semuanya aku suka
Q: Bagaimana tanggapan saras jika seandainya menemukan karya saras di perjualbelikan namun dalam bentuk fotocopy atau di KW in tnpa sepengetahuan saras.
A: Kaget. Ternyata cerita saya seterkenal itu.
keberatan udh pasti. siapa pun pasti demikian
Q: Hai kak Saras, aku mau tanya, rata-rata karakter di cerita kakak terinspirasi darimana sih? Trus cara mempertahankan feel saat menulis banyak karakter gimana ya? Kakak kan udah menulis banyak cerita dengan karakter yang berbeda. Pasti kalo gak mempertahankan feel itu, setiap tokoh akan sama karakternya. Jadi gimana caranya?
A: Kata 'feel' ini gue berasa rancu bat asli. Gue nangkepnya ini kepribadian karakter ya. Salah satu cara gue buat konsisten ya dengan mempelajari kepribadian manusia. gue udh bahas ini di writing tips gue. sebagai contoh, gue di NTdTK ada karakter namanya Regen. Dia ini kalau ngomong pakai "Saya-Kamu" ke semua org kecuali ke adik dia. Dan dia emg orangnya kalem, ngomong seperlunya tapi juga gabisa dibilang dingin, dan agak kaku. Terus bertahun2 setelah itu, gue bikin cerita dg tokoh yg kalau ngomong pakai "Saya-Kamu" juga, keliatannya cool juga, ngomong to the point. Kalau diperdalam, gue biasanya bayangin karakter ini kalau diberi rangsangan yang sama, bakal memberi respons spt apa. Kalau ditawarin makanan, Hizraka bakal langsung bilang "Mau" tanpa ada babibu. Sementara Regen, dia palingan bilang, "Ya, ntar dulu." kalau dia ditawarin pas dia lagi sibuk. Trus Regen itu lebih banyak mikir kalau harus mengambil keputusan, sementara Hizraka itu quick to judge, dan cenderung lebih tempramen. Semua hal ini kupelajari dari sering2 observasi manusia
Q: Saras kan kalo nulis kebanyakan pov 3. Ada tips gak misalkan si tokoh lagi kumpul sama temennya, biar semua tokoh terkesan hidup semua. Bukan cuma tokoh tertentu.
A: Bikin mereka kasih respons. Coba perhatikan kalau temen2 kalian lagi pada ngumpul. Apakah udah pasti semuanya nyahutin apa yg salah satu temanmu bilang? Enggak selalu. Biasanya ada bbrp orang yg emg lebih suka menyimak sebelum berbicara, atau emg lebih suka nyimak aja terus dari awal sampai akhir. Ada yg cuma iyain, ada juga yg sibuk sama hape tapi intinya ikut2 aja apa yg direncanakan temenmu, ada yg berisik ikut ngerencanain, dsb. Ketika ada satu karakter berbicara, kamu nggak harus membuat semua tokoh di sana ikut merespons. Tapi SEPANJANG pembicaraan, at least kamu harus bikin karakter2 itu beneran berinteraksi, entah itu hanya mengangguk, atau kamu cuma nulis "Tokoh A dan B diam untuk menyimak dengan baik" dsb.
jadi maksudnya, kalau satu karakter lagi ngomong satu dialog, gak harus semua karakter respons. tapi di sepanjang pembicaraan (batasnya adalah sampai adegan selanjutnya) itu semua karakter harus keliatan memberi respons, entah peduli atau tidak
Like, "Tokoh A terlihat mendengarkan sementara di sebelahnya, tokoh B asyik dengan ponsel, terlihat tidak peduli sekitar."
bukan respons sih ini. apa ya bahasa indonesianya. ya pokoknya kalian menunjukkan tanggapanlah.
Q: Terakhir pesan dan kesan selama sharing di rebel ya kak saras.
A: Kondusif sekali. terima kasih atas kekondusifannya haha. semoga sharing ini bermanfaat.
YOU ARE READING
Sharing With The Writers
Non-FictionIni kumpulan hasil sharing member rebel dan beberapa penulis. Cover by @andieeeeer