0.4

15.3K 1.2K 28
                                    

"Ketika lo mengecewakan gue, di situ rasa cinta gue menghilang"

⚫⚫⚫⚫

Semilir angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambut Disa. Gadis itu terdiam sambil menatap lurus ke arah taman bermain. Sedangkan Lerent, pria itu masih dengan senyumannya, menoleh ke arah Disa.

Mantan pacarnya itu makin cantik. Jika di tanya menyesal atau tidak, Lerent sangat menyesal sudah menyia-nyiakan gadis secantik dan setulus Disa.

"Udah lama ya gak jalan berdua gini" ujar Lerent sambil tersenyum. Disa hanya tersenyum canggung.

"Lo ngapain sih balik ke sini lagi? Bukannya Diasya ada di Australi?" tanya Disa.

Lerent tersenyum kecut. "Diasya nyelingkuhin gue"

Disa terkekeh. "Gimana rasanya, Rent? Sakit?"

Lerent mengangguk lesu.

Disa bangkit berdiri. Entah mengapa, tiba-tiba emosinya naik, ketika mengingat kejadian beberapa tahun silam.

"Rasa sakit itu yang juga gue alamin saat lo ninggalin gue, Rent! Lo gak pernah mikirin betapa hancurnya dunia gue, ketika lo mutusin gue di hari anniv kita, dan lo nembak Diasya di depan gue!"

"Gue kira, lo itu jodoh gue! Lo selalu baik sama gue, memperlakukan gue dengan sangat baik, seolah hanya gue gadis yang lo cinta. Tapi apa? Lo hancurin kepercayaan gue, Rent!"

Lerent bangkit berdiri, lalu memegang pergelangan tangan Disa.

"Karna itu Dis, karna itu gue balik ke sini! Buat minta maaf sama lo, buat ulang semuanya dari awal lagi."

Disa menahan sebisa mungkin, agar air matanya tak tumpah.
"Maaf, tapi gue gak bisa. Gue udah punya pacar, dan gue gak akan selingkuhin pacar gue"

Perlahan, Disa menarik tangannya, lalu tersenyum ke arah Lerent.

"Mending, lo balik aja ke Australi, gak ada gunanya lo ke sini. Semuanya udah terlambat" ujar Disa sambil berlalu.

Sepeninggal Disa, Lerent kembali duduk sambil menjambak rambutnya. Kali ini, pria itu sangat menyesal, melepas sebuah berlian, demi sebuah batu kali.

****

Dave menyipitkan matanya saat melihat Disa berjalan dari arah taman kota. Tanpa pikir panjang, Dave langsung berlari mengejar langkah Disa.

"Disa!"

Disa menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya. Gadis itu terkejut setengah mati melihat kehadiran pacarnya

"Dave?"

"Kamu kenapa nangis?"

Pertanyaan Dave membuat Disa terdiam.

"Kok masih pakai seragam?"

Disa makin terpojok dengan segala pertanyaan Dave.

"Jawab, Dis!"

"Hm, itu.. Tadi abis ketemu sama Natasya" alibi Disa. Tidak mungkin Disa mengatakan yang sebenarnya. Ia tak ingin Dave kecewa, apalagi salah sangka.

"Kok nangis?"

Disa terkekeh. "Siapa yang nangis? Tadi kelilipan doang."

Dave mengangguk. "Mau main ke rumah gak? Laura nyariin kamu" ajak Dave. Laura sendiri adalah adik perempuan Dave yang berusia 6 tahun. Gadis lucu yang menjadi teman main Disa.
Disa tersenyum.

"Ayo"

****

"Yey! Kaka Disa datang lagi!" teriak Laura heboh sambil berlari dan merentangkan tangannya untuk memeluk Disa.

Disa langsung membungkuk untuk memeluk Laura. "Kaka juga kangen sama Rara."

Laura melepaskan pelukannya sambil tersenyum bahagia. "Kok kaka jarang ke sini?"

"Soalnya, kakak banyak kerjaan. Tapi, lupakan saja ya. Yang penting, sekarang, ayo kita main" ajak Disa.

"Ayo" ujar Laura sambil menarik tangan Disa. Sedangkan Dave tersenyum. Hanya seorang Disa lah yang mampu mengerti dirinya, dan yang pasti membuat hidup seorang Dave lebih berwarna.

****

Pukul 8 malam, Disa berpamitan pada Lesti, ibunda Dave untuk pulang.

"Ya sudah, hati-hati ya Dis. Makasih sudah nemenin Laura" ujar Lesti senang. Disa tersenyum manis.

"Sama-sama Tan. Disa pamit ya"

Setelah menyalim Lesti, Disa keluar bersama Dave. Pria itu menyodorkan jaketnya untuk Disa.

"Pake, udah malem"

Disa tersenyum, lalu memakai jaket dari Dave. Setelah itu, Disa naik ke atas motor Dave. Dan motor Dave segera melaju, meninggalkan halaman rumahnya.

Di perjalanan, Dave dan Disa sama- sama terdiam. Hingga Dave memarkirkan motornya di pinggir jalan.

"Makan bakso dulu yuk" ajak Dave. Disa hanya menurut, lalu ikut turun dan duduk di samping Dave.

"Pak, baksonya dua ya" pesan Dave. Pria paruh baya itu mengangguk.

"Ngeliatin apaan sih?" tanya Dave saat Disa terus menatap ke arah langit.

"Bintang. Bintangnya bagus, mereka selalu bareng-bareng gitu" ujar Disa yang membuat Dave ikut mendongak dan melihat bintang itu.

"Kita akan selalu bareng-bareng gak ya, Dave?"

Pertanyaan Disa membuat Dave menoleh dengan cepat ke arah gadis itu.

"Kenapa nanya gitu?" tanya Dave sarkastis.

Disa menggelengkan kepalanya. "Gak pa-pa. Lupain aja. Mending kita makan baksonya" ujar Disa.

Keduanya kembali hening dan mulai menyantap bakso pesanan mereka. Setelah selesai makan, Disa mengecek ponselnya.

"Udah jam setengah sembilan, pulang yuk Dave" ajak Disa. Dave mengangguk. Namun baru saja Disa bangkit berdiri, Dave mencekalnya.

"Kenapa?"

"Kita akan selalu sama-sama, karna aku cinta kamu"

⚫💠⚫💠⚫💠⚫

Yo di vote dan di comment ya! Thank uu💜

ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang