"Aku ingin kau tau satu hal, jika nanti aku memang harus pergi dari hidupmu, aku akan tetap menjagamu, dan sedia menghajar siapapun yang melukai dirimu"
****
"Beruntung, darah kamu cocok dengan darah Dave"
Disa tersenyum senang mendengar perkataan dokter. "Kapan saya bisa mendonorkan darah saya, dok?"
"Secepatnya. Pasien juga membutuhkan darah itu secepatnya. Sekarang, ayo ikuti saya, kita lakukan transfusi darah secepatnya"
Disa mengangguk cepat dan langsung berjalan mengikuti sang dokter.
Disa harus sadar satu hal, perjuangannya masih panjang. Gadis itu harus benar-benar bisa menebus kesalahannya, dan tentunya membuat Dave sadar.
Entah apa yang ada di pikiran gadis itu, tapi rasanya Disa itu akan memutuskan untuk serius mengakhiri hubungannya. Satu hal yang sudah di yakini oleh Disa adalah,
Dave bisa mendapatkan gadis yang lebih mencintainya dan mampu membuatnya senang, tidak kekanak-kanakan seperti dirinya. Walaupun sakit, namun Disa yakin.
Mengakhiri hubungannya bukan karna sudah tidak cinta lagi, namun karna Disa hanya ingin melihat Dave bahagia, dan Disa sadar dengan sikap kekanak-kanakannya tidak akan pernah membuat pria dingin itu bahagia.
****
Sudah hampir sejam setelah transfusi darah, kini Disa tengah duduk di samping brankar Dave. Gadis itu tidak tidur semalaman, bahkan sekarang saja gadis itu memilih untuk bolos.
Gadis itu ingin menjadi gadis yang pertama ada di saat Dave membuka matanya.
Hingga tak lama, tangan Dave yang tertusuk jarum suntik itu pun bergerak, hingga pria itu membuka matanya perlahan. Disa tersenyum senang dan langsung menyeka air matanya.
Gadis itu menekan tombol yang ada di sisi brankar, berguna untuk memanggil dokter. Tak lama, dokter datang dan langsung mengecek kondisi Dave, sedangkan Disa harus kembali menunggu di luar.
"Disaa"
Lesti berlari kecil ke arah Disa. Wanita paruh baya itu tampak kelelahan, namun juga tersirat senyum bahagia di wajahnya.
"Dave sudah sadar?"
Disa mengangguk, dan tangis Lesti langsung pecah. Disa memilih untuk merengkuh tubuh Lestin ke dalam pelukannya. Disa mengusap punggung Lesti, berusaha menenangkannya.
"Tante jangan nangis, tante harusnya bersyukur, Dave udah siuman. Dave sudah sadar."
Lesti mengangguk pelan. "Makasih banyak ya Dis. Berkat kamu, Dave bisa tertolong"
Disa mengangguk. Tak lama, Dokter pun keluar.
"Pasien mencari gadis yang bernama Disa. Apakah ada?"
Disa langsung menegakkan tubuhnya. "Saya dok."
"Silahkan masuk. Keadaan pasien juga sudah lumayan membaik, hanya perlu sedikit perawatan lagi."
Disa mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan. Sedangkan Lesti menunggu di luar. Wanita itu tau jika Disa dan Dave, keduanya butuh waktu untuk saling bicara. Dan Lesti ingin hubungan keduanya membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback
Teen FictionApa yang akan kau lakukan ketika rasa ini tak lagi sama? Ketika kita yang sudah lama bersama, harus menjauh karna rasa yang salah, rasa yang harusnya tidak terjadi. Kita, pernah mengukir banyak kenangan indah, bukankah itu terlalu sakit untuk mengha...