Dan hari-hari yang aku lalui tanpa kamu itu bagaikan makan sayur tanpa garam. Hambar.
-Dave-
****
Hampir seminggu.
Sudah hampir seminggu hubungan Dave dan Disa berakhir. Dan sudah seminggu pula, baik Dave dan Disa tidak saling sapa. Jika melihat satu sama lain hanya bisa menatap canggung, lalu berjalan begitu saja.
Dave juga mulai mendekatkan diri dengan Sherina. Dave tau jika putus itu bukan pilihan Disa, tapi itu semua dilakukan Disa semata-mata hanya untuk menebus rasa bersalahnya atas kecelakaan yang menimpa Dave.
Sedangkan Disa, gadis itu berubah total. Yang dulunya anggun dan ramah, kini telah berubah. Jangankan penampilannya, selama seminggu ini juga nilainya menurun.
Natasya sudah lelah menasehati sahabatnya itu, namun apalah daya. Disa tetap saja begitu. Terkadang gadis itu bengong di jam pelajaran, dan itu bukan Disa sekali.
Semuanya terasa hambar bagi Disa. Tidak ada lagi yang bisa menemaninya berpergian kemanapun, tidak ada yang bisa ia jahili, tidak ada lagi yang bisa gadis itu spam chatnya.
Bukan hanya Dave. Rasanya hari-hari Dave tak kalah hambar. Tak ada lagi gadis yang biasanya mengusik hidupnya dengan cerewetan panjang, tak ada lagi gadis yang biasa menjahilinya, tak ada lagi gadis yang peduli dan mengerti dirinya. Ponselnya juga sudah hening. Tidak ada lagi notif dari gadis itu.
Dave dan Disa. Keduanya masih saling mencintai, namun seakan cobaan tak memberi jeda mereka. Hingga kini mereka harus berpisah dengan rasa yang masih terikat satu sama lain.
Masih saling mencintai namun tak bisa melakukan apapun.
****
"Bengong aja terus, Dis. Lama-lama lo kesambet setan tau gak!" ketus Natasya yang sudah tak sabar lagi melihat kondisi Disa.
Disa hanya melirik sekilas ke arah Natasya, lalu asik dengan dunianya sendiri lagi. Natasya memutar matanya jengah.
"Dis, kimia lo dapet 46. Lo gila ya? Biasanya yang begini-begini itu cepek ama lo, sekarang? Kenapa nurun drastis gini?" ujar Natasya sambil duduk di sampig Disa.
"Gak niat"
Oh iya, jangan lupakan juga jika sekarang Disa sudah hampir sama dengan Dave. Irit bicara.
Natasya hanya bisa menghela nafasnya. "Kan gue bilang, kalau masih cinta ngapain di putusin sih, Dis? Akibatnya berdampak ke nilai lo. Bu Anjani aja sampai harus pertimbangin lo buat ikut olimpiade bulan depan"
Disa hanya diam.
"Diss.."
"...."
"Ardisa"
"....."
Natasya mencebikkan bibirnya kesal. Gadis itu memukul meja, membuat Disa kini betul-betul menatapnya.
"Ya?"
"Lo gue panggilin dari tadi baru ngeh sekarang? Astaga nagaaa!!" Natasya berteriak frustasi. Tak habis fikir dengan sikap Disa.
Disa hanya bisa menatap datar Natasya.
"Sumpah ya Dis, gue yakin lo bisa gak naik kelas kalau gini caranya. Lo bilang ini jalan terbaik buat lo berdua? Mana buktinya? Bikin lo ancur yang ada!" gerutu Natasya.
"Udah seminggu loh, Dis. Kalau lo cinta lo kejar lagi. Gue gak mau liat lo kayak orang depresi gini"
Disa hanya berdecak sebal. "Lebay"
"Lebay lo bilang? Nilai lo jelek, hidup lo udah hambar, kaga pernah senyum, pulang malem trus, terlambat juga udah mulai sering. Itu berubah drastis, Dis. Mana Disa yang dulu?" ujar Natasya kesal.
Disa bangkit berdiri. "Bawel ah"
Natasya hanya bisa menatap gadis itu dengan pandangan cengo. Sudah di jelaskan mati-matian balasannya hanya 'bawel ah'?
Natasya hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Terangkanlah pikiran Ardisa ya Tuhan.."
****
"Dave?"
"Iya, Dis?"
Dave langsung tersadar ketika mengucapkan kata tadi. Sedangkan lawan bicaranya-Sherina- hanya tersenyum pahit.
Sherina senang Dave putus dengan Disa. Namun Sherina tidak bodoh untuk tau jika Dave masih sangat mencintai Disa, dan sebaliknya. Sherina sudah bisa menyimpulkan itu semua sejak awal Dave bercerita tentang hubungannya dengan Disa.
"Masih kepikiran?" tanya Sherina sambil duduk di samping Dave. Dave hanya tersenyum canggung.
"Pasti"
Sherina menghela nafasnya. Untuk kali ini, ia harus berdamai dengan perasaan bencinya. Gadis itu tidak boleh egois.
"Kalau lo tau alasan Disa putusin lo, kenapa lo gak kejar dia lagi,Dave? Gue perhatiin kalian berdua sama-sama cinta" ujar Sherina.
Dave menggeleng. "Gue gak tau harus mulai gimana, Rin. Lo tau, Disa itu kepala batu. Mau gue jelasin dari segi manapun, dia bakalan nganggep kalau dia penyebab kecelakaan gue."
"Lo harusnya gak boleh nyerah, Dave. Kalau lo cinta, lo harusnya bisa jelasin ke Disa semuanya. Apapun nanti jadinya, lo harus bisa yakinin dia." ujar Sherina.
"Disa mutusin lo karena dia merasa bersalah. Disa mutusin lo karena dia merasa kalau dia penyebab kecelakaan lo. Jadi itu gak menutup kemungkinan kalau dia itu masih cinta sama lo kan, Dave?" lanjut Sherina.
Dave menoleh setelah mendengar penjelasan Sherina. Sherina bangkit berdiri lalu menepuk pundak Dave dua kali.
"Kejar dia lagi, Dave. Buat dia kembali lagi sama lo. Buat dia cinta lagi sama lo. Kalian itu saling cinta, sayang kalau gak di perjuangin"
Setelah mengatakan hal itu, Sherina tersenyum dan berjalan menjauh. Rasanya tak kuat jika harus berlama-lama di sana.
Sedangkan Dave, pria itu terdiam. Mencerna kata-kata Sherina lalu akhirnya tersenyum.
"Gue bakalan berjuang, Dis. Gue bakalan buat lo jadi milik gue lagi. I'll make you comeback to me"
****
BALIKAN ITU SUSAY SAYY :(
kita tunggu moment mereka aja ya.
Btw saran dong visualisasi nya si Disa ama Dave, gue belum dapet ni. Yang cocok gitu...
Oke deh sekian.
Salam,
Negita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback
Teen FictionApa yang akan kau lakukan ketika rasa ini tak lagi sama? Ketika kita yang sudah lama bersama, harus menjauh karna rasa yang salah, rasa yang harusnya tidak terjadi. Kita, pernah mengukir banyak kenangan indah, bukankah itu terlalu sakit untuk mengha...