Buat yang vote sama comment di AUTOPHILE, makasih! Aku tepatin ya janjinya!
Happy Reading!
***
Langkah pelan dari seorang Disa tak luput dari pendengaran Natasya. Gadis itu langsung menoleh, membuat Disa sedikit tersentak, padahal gadis itu sudah berjalan dengan perlahan.
Keduanya terdiam cukup lama, hingga Natasya berdehem, memecahkan keheningan.
"Maaf"
Rasanya, Disa paling benci di posisi ini. Saat dimana ia harus mendengarkan pernyatan pahit yang keluar dari mulut sahabatnya. Namun teringat kata Dave yang harus bersifat dewasa, mau tak mau, Disa harus belajar bijaksana.
Disa menghembuskan nafasnya pelan, "Jelasin, gue mau buru-buru pulang"
Natasya meneguk salivanya, lalu terdiam sejenak, merangkai kata-katanya yang cocok, agar Disa tak semakin salah paham.
"Mungkin gue memang salah udah ngebohongin lo masalah ini. Tapi gue punya alasan untuk itu" ujar Natasya.
"Gue memang sepupuan sama Sherina. Gue deket sama dia dari kecil. Tapi dia sempet pindah ke Bandung pas SMP, lalu balik lagi ke Jakarta pas SMA" jelas Natasya.
"Hubungan gue setelah dia datang memang gak sedekat dulu, tapi kita masih saling bicara. Tapi setelah gue tau dia berusaha untuk mengusik hubungan lo sama Dave, disitu gue mulai jauhin dia. Gue gak deket lagi sama dia"
Disa terdiam.
"Bahkan gue gak pernah nyapa dia lagi, Dis. Lo tau malam di saat gue marah-marah gak jelas? Malam di saat lo pergi sama Lerent ke rumah sakit? Di malam itu gue sedih, Dis. Sherina itu bisa di bilang cuma punya gue yang deket sama dia, tapi di hari dia ulang tahun, gue justru gak bisa sama dia"
Disa menahan air matanya.
"Lo tau kenapa? Karna gue di pihak lo, Dis. Lo tau, demi menjaga persahabatan kita, gue rela gak ngucapin selamat ulang tahun sama Sherina, padahal gue tau, di hari itu dia sangat hancur. Dia gak bisa ketemu sama orang tuanya. Dan sekali lagi, itu demi lo"
Kini Disa tak bisa menahan air matanya. Setetes dua tetes, hingga kini air itu semakin deras mengalir.
Natasya mencoba tersenyum, "Gue bisa menjamin seratus persen kalau gue gak pernah sedikit pun bantu Sherina untuk misahin lo. Gue memang saudaraan sama dia, tapi gue gak selicik itu, Dis"
Natasya terdiam sejenak, sedangkan Disa menahan isakannya agar tak terdengar.
"Kalau lo tau hidup Sherina, mungkin lo gak akan kuat, apa lagi dengan sikap lo. Gue akui, Sherina memang salah. Dia selalu berusaha ngerebut Dave, tapi di balik itu semua, Sherina cuma sosok rapuh yang berusaha kuat di luar, Dis."
"Gue gak sedang memuji Sherina karna dia sepupu gue, tapi memang itu kenyataannya. Dan yang harus lo sadari, dia udah berubah sekarang. Dia udah iklasin lo bahagia sama Dave" lanjut Natasya.
Disa makin terisak.
Natasya tersenyum, "Udah. Itu doang penjelasan gue. Maaf kalau bagi lo masih menyakitkan, setidaknya gue udah berusaha untuk jujur, iyakan?"
Disa terdiam, masih asik dengan tangis dan fikirannya yang bercabang. Bingung harus melakukan apa. Otaknya secara tiba-tiba blank total.
"Ya sudah, gue pergi dulu. Lo bisa mikir dua kali juga kok, seandainya lo memang ragu buat sahabatan sama—" Natasya menahan nafasnya sejenak.
"—Pembohong ini" lanjut Natasya dengan senyumannya. Disa menoleh ke arah Natasya.
Natasya tersenyum lalu menepuk pundak gadis itu dua kali, dan meninggalkan Disa seorang diri.
Kepergian Natasya makin membuat Disa bingung. Perlahan, gadis itu menjatuhkan tubuhnya. Bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
"Udah dengerin penjelasan Natasya?"
Suara Dave tak membuat Disa menoleh. Gadis itu masih menangis dengan telapak tangannya yang menutupi sebagian wajahnya.
Dave berjongkok, menyamakan posisinya dengan Disa yang masih menangis sendu. Dave tau ini sulit. Disa belum pernah bertengkar sehebat ini dengan Natasya, wajar jika gadis itu sedikit berlebihan.
Dave mengambil anak rambut Disa yang menutupi wajah gadis itu, dan menyelipkannya di belakang telinga.
"Setidaknya, lo udah tau alasan Natasya. Sekarang lo tinggal memilih. Masih mau melanjutkan persahabatan lo, apa enggak?"
Gelengan seorang Disa menjadi jawaban atas kebingungan gadis itu sekarang. Dave menghembuskan nafasnya.
"Gue paham, ini sulit. Tapi coba lo di posisi Natasya, ini akan jadi hal menyakitkan juga, Dis. Lo berdua sama-sama terluka. Maka lebih baik saling memaafkan"
"Apa.. Gue bisa?"
"Di dalam persahabatan, pasti selalu ada rintangan, Dis. Tapi jika lo bersikap dewasa menyikapi semuanya, masalah itu gak akan terasa berat. Percaya deh" hibur Dave.
Disa mengangguk pasrah.
"Yaudah, ayo sekarang pulang. Besok lagi aja bahas masalah Natasya. Lo perlu nenangin diri juga." lanjut Dave.
Disa mengangguk. Dengan bantuan Dave, gadis itu bangkit berdiri. Perlahan, kedua sejoli itu meninggalkan kelas.
***
Kepulangan Natasya dari sekolah di sambut oleh Sherina yang tengah duduk di bangku halaman rumah gadis itu.
"Sherina?"
Sherina berdiri, lalu segera memeluk sepupunya itu. Rasanya, rindu. Walau bagaimanapun juga, Sherina masih dalam keadaan rapuh. Gadis itu bersyukur sekarang, ia telah bisa mendapatkan kembali sepupunya.
"Maafin semua kesalahan gue, Sya. Gue janji mau berubah" isak Sherina.
Natasya membalas pelukan itu dengan senyumannya. "Iya. Gue juga minta maaf."
Setelah berpelukan cukup lama, Sherina melepaskan pelukan itu. Gadis itu tersenyum dan menyeka air matanya.
"Gimana sama Disa? Lo jadi jelasin semuanya ke dia kan?" tanya Sherina.
Natasya mengangguk.
"Berarti kalian udah baikan kan?"
Natasya terdiam sejenak, "Untuk itu gue gak yakin, Rin. Mungkin enggak akan kembali seperti dulu lagi"
"Kenapa?"
"Disa udah kecewa. Dan gue merasa gak pantas jadi sahabat jika sudah mengecewakan perasaan sahabat gue"
***
Hey hey! Ini adalah janji ku, karena kalian sudah berbaik hati membaca dan me voment AUTOPHILE.
Hehe:)
Oiya, Kamis gue UPRAK. Doain lancar y kawan-kawan. Hehehe:)
Jangan lupa Vote+comment. Baca AUTOPHILE juga, soalnya abis COMEBACK aku akan lanjut nulis di sana.
Salam,
Negita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback
Teen FictionApa yang akan kau lakukan ketika rasa ini tak lagi sama? Ketika kita yang sudah lama bersama, harus menjauh karna rasa yang salah, rasa yang harusnya tidak terjadi. Kita, pernah mengukir banyak kenangan indah, bukankah itu terlalu sakit untuk mengha...