2.2

9.7K 819 44
                                    

"Cinta. Cuma 5 kata yang bisa buat lo merana."

*****

"Dis, gimana? Udah dapat pencerahan dari penjelasan Dave yang menohok hati tadi?" ujar seorang gadis sambil duduk di sebelah Disa.

Disa hanya melirik sekilas, "Bacot lo, Sya. Gue lagi gak mood buat bahas masalah tadi. Gue lagi belajar"

Natasya berdecak sebal, "Kayak tu pelajaran bakalan nyangkut bae di otak lo. Otak lo udah terisi sama Dave mana muat lagi buat naro rumus kimia"

"Bisa diem gak?" ujar Disa kesal.

Natasya hanya mengangkat bahunya. "Gue sih udah dari jauh-jauh hari bilang. Bego jangan kelamaan."

Disa menoleh ke arah Natasya dan memberikan tatapan tajamnya—menandakan bahwa gadis itu memang sedang tidak dalam mood yang baik untuk membahas masalah tadi pagi.

Sedangkan Natasya hanya bisa menatap balik Disa dengan tatapan yang tidak takut sama sekali.

"Gue setuju sama pendapat Dave. Maaf Dis, tapi kali ini gue di pihaknya Dave. Gue gak bisa terus-terusan memihak lo dis—"

"LO TAU APA SIH TENTANG HATI GUE?!"

Teriakan Disa cukup membuat Natasya terkejut. Namun setelahnya, Natasya sadar dan tersenyum miris.

"Bahkan lo bukan seperti Disa yang gue kenal. Berhenti nyakitin diri lo sendiri dan belajar untuk menerima takdir. Kalau lo terus-terusan begini, bukan hanya gue atau Dave. Tapi semuanya" jeda Natasya sambil gadis itu menepuk pundak Disa.

"—Lo bakalan kehilangan semuanya. Lo bakalan tau rasanya, dan itu gak enak, Dis. Berubah atau lo bakalan kehilangan sesuatu yang memang lo sayang" lanjut Natasya sambil bangkit berdiri.

Natasya menatap Disa yang terdiam dan tersenyum, "Jangan sampai hal itu terjadi. Gue yakin lo masih cukup pintar dalam memilih"

Setelah mengatakan hal itu, Natasya langsung berjalan meninggalkan Disa. Sedangkan Disa sendiri hanya duduk dan membeku di tempatnya. Merasa semua omongan Natasya ada betulnya.

Disa merasa sungguh sangat berubah ketika Dave meninggalkan dirinya. Dan Disa harus memperbaiki hal itu sekarang.

Dia tidak mau menjadi bodoh untuk kedua kalinya.

****

"Hasil kameranya masih jelek, Dave. Coba lo fokusin dulu deh ke arah air pancur" ujar Sherina sambil sesekali mengipasi tubuhnya yang berkeringat di karenakan harus menjalani project pemotretan di siang bolong.

Dave mengangguk, lalu kembali mengarahkan kameranya ke arah air mancur. Namun sedetik kemudian, Dave menurunkan kameranya dan mulai menatap mata yang kini sudah ada di depannya, menghalangi air mancur yang menjadi sasaran fotonya.

"Dave udah bel—" ucapan Sherina terputus ketika melihat Dave tengah berdiam sambil menatap Disa yang berada di depannya.

"—gue tinggal dulu. Nanti kalau udah kelar, kasih tau gue." lanjut Sherina gugup sambil berjalan mundur, dan menjauh. Memberikan ruang untuk Disa dan Dave berbicara.

Cukup lama suasana menjadi hening. Hingga Dave memutuskan untuk melangkahkan kakinya mendekat ke arah Disa yang masih saja menatap matanya.

Hingga tinggal satu langkah lagi, Dave memutuskan untuk berhenti. Tatapan keduanya masih menyatu, namun tidak ada suara. Seakan masih berusaha menahan gejolak emosi satu sama lain.

Sinar matahari yang terik seakan tak membuat keduanya merasa terbakar. Entah si gadis yang menahan air matanya, atau si pria yang sibuk menahan dirinya untuk tidak memeluk gadis yang ada di hadapannya.

Tak tahan dengan kediaman, Dave berdehem. Membuka pembicaraan, "Ngapain ke sini?"

Disa tidak menjawab. Gadis itu masih menatap dalam mata Dave. Setelah menghembuskan nafasnya untuk menetralkan dirinya, Disa kini menunduk.

"Maaf"

Dave terdiam sejenak, "Buat apa? Ini juga salah gue. Gu—"

"Ketika lo nyalahin diri lo sendiri, itu akan buat gue semakin menderita. Jadi jangan pernah salahin diri lo sendiri atas kejadian yang udah buat hubungan kita hancur. Gue yang salah. Gue yang belum dewasa, gue yang belum bisa mikir, gue yang..."

Sedikit demi sedikit, air mata Disa kembali turun. Mengalir membasahi pipi gadis itu.

"Gue udah berusaha untuk menyadarkan lo, kalau sikap orang bisa saja berubah. Gue yakin, lo akan berubah menjadi lebih dewasa dengan setiap kejadian yang ada." tutur Dave sambil melangkah mendekat.

Dave menyelipkan anak rambut Disa yang berterbangan di tiup angin, lalu mengangkat dagu gadis itu hingga kini manik mata kedua insan itu kembali menyatu.

"Kalau memang kita masih ingin bersama, mengapa harus di persulit? Selagi kita bisa melalu semuanya bersama, kenapa harus ragu? Kita sudah dipersatukan dengan cinta, dan lo harus percaya itu" ujar Dave tegas.

Ucapan Dave membuat Disa makin keras menitikan air matanya.

Dave tersenyum, "Kalau kita ulang semuanya dari awal lagi, lo gak akan nolak untuk kedua kalinya kan?"

****

Heyy!! Aku kembali!

Ayo di vote and di comment ya cayankk. Aku sudah buat moment indah mereka nieh...

Salam,

Negita

ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang