"Tetaplah berjuang, semoga waktu dan rindu kembali membawamu pulang"
-Boy Candra-
¤¤¤¤
Hari sudah menjelang sore, seharusnya Disa sudah bisa beristirahat di rumahnya. Namun kini, gadis itu harus duduk berhadapan dengan guru kimianya, Bu Anjani.
Memang bu Anjani memanggilnya di karenakan wanita paruh baya itu sudah bingung mau memilih siapa lagi untuk mewakili sekolah ikut olimpiade. Biasanya Disa yang akan di suruh mewakili, tapi melihat keadaan Disa dan nilai yang turun drastis membuat bu Anjani sedikit ragu untuk memilihnya.
"Kamu sedang ada masalah di rumah, Dis?" tanya Bu Anjani membuka pembicaraan.
"Tidak, bu"
Bu Anjani menghela nafasnya, "Lalu mengapa nilai kamu bisa turun drastis begini? Ibu sudah cari anak lain untuk mewakilkan sekolah, tapi ibu gak percaya sama mereka. Sikap mereka terlalu berlebihan. Lagi pula, ibu hanya percaya sama kamu, karna kamu sudah sering memenangkan olimpiade"
Disa terdiam.
"Tapi jujur, melihat nilai kamu yang turun drastis dan sikap kamu yang gak semangat sekolah itu, membuat ibu harus mempertimbangkan dua kali." lanjut bu Anjani.
"Maaf sebelumnya, bu. Tapi untuk kali ini sepertinya saya tidak bisa ikut olimpiade. Saya juga gak yakin sama diri saya sendiri" ujar Disa sambil menatap ujung sepatunya.
"Iya, tapi kenapa? Kamu taukan, ini acara penting. Ini demi nama baik sekolah. Ibu yakin kamu bisa, hanya saja kamu sedang tidak di dalam masa yang baik. Dan itu ada alasannya" ujar bu Anjani.
"Tolong katakan sama ibu, apa masalahnya?" lanjut bu Anjani sambil menaikan kaca matanya.
Disa terdiam sejenak, "Masalah yang saya hadapi ini gak bisa ibu selesaikan. Ini urusan saya sendiri bu"
"Dis-"
"Bu maaf, tapi saya benar-benar gak berniat. Percuma ibu paksa juga, saya akan tetap begini. Lebih baik saya tidak ikut dari pada membuat jelek nama sekolah"
Bu Anjani hanya bisa melongo melihat perlakuan Disa. Ini pertama kalinya wanita paruh baya itu melihat murid kesayangannya bersikap seperti ini.
"Saya permisi pulang bu"
Setelah mengatakan hal itu, Disa bangkit berdiri, memakai tas nya lalu pergi meninggalkan ruang bu Anjani.
Setelah menutup pintu ruang guru kimia itu, Disa menghembuskan nafasnya perlahan. Memang benar, pikirannya tidak bisa fokus akhir-akhir ini, dan itu semua karna Dave. Pria itu selalu saja ada di benaknya.
Apalagi sudah akhir-akhir ini Disa sering melihat Dave dekat dengan Sherina. Rasanya sesak melihat kedekatan mereka. Rasanya masih sulit jika harus menyadari jika mereka sudah tidak ada hubungan. Masih sulit untuk menerima kenyataan jika Dave sudah menemukan pengganti.
Semuanya terasa sulit bagi seorang Disa.
Disa mulai melangkahkan kakinya menjauhi ruangan bu Anjani. Langkahnya lambat, seakan kembali mengingatkan betapa berat rindu yang ia pendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback
Teen FictionApa yang akan kau lakukan ketika rasa ini tak lagi sama? Ketika kita yang sudah lama bersama, harus menjauh karna rasa yang salah, rasa yang harusnya tidak terjadi. Kita, pernah mengukir banyak kenangan indah, bukankah itu terlalu sakit untuk mengha...