Yeri berjalan kearah dapur untuk membuat makan malam untuknya dan June. Iya, mereka cuma berdua karena orangtua mereka lagi pergi ke rumah orangtuanya Dara yang lagi sakit. Mereka perginya nggak cuma berdua, tapi ngebawa Bibi yang ada dirumah buat bantu-bantu disana. Cuma satu malam sih, tapi Dara takut kerepotan karena dia pengen fokus ngurusin orangtuanya.
Untungnya, Yeri bisa masak. Jadi mereka nggak perlu keluar uang lagi buat jajan.
Ini udah jam 6, dan June masih les. Kalau prediksi Yeri nggak salah, setengah jam lagi June nyampe. Dan biasanya begitu nyampe rumah, June bakalan langsung mandi dan makan malam. Yeri nggak mau kalau kakak angkatnya itu kelaperan setiba dirumah nanti, makanya dia mau masak sesuatu yang gampang dan cepat aja.
Yeri memilih menggoreng ayam dan membuat sup sebagai menu makan malam mereka karena menurut Yeri menu itu lumayan cepat untuk dimasak. Yeri fokus pada acara masak-memasaknya. Memotong sayur-sayuran untuk dimasukkan kedalam panci berisi air mendidih untuk membuat sup. Sangking fokusnya pada kegiatannya itu, Yeri benar-benar nggak sadar kalau June udah berdiri di depan pintu rumah sambil mencetin bel.
Tiga detik setelahnya, Yeri terkejut sendiri hingga tanpa sadar pisau yang dia gunakan untuk memotong wortel malah ikut memotong jari telunjuk kirinya.
"Awww!!!" ringis Yeri sambil memegangi jarinya yang mengeluarkan darah yang cukup banyak, karena pisau yang dia gunakan sangat tajam.
Yeri menoleh ke arah ruang tengah begitu mendengar suara bel berbunyi lagi. Karena takut membuat June menunggu, Yeri langsung berlari ke pintu depan dan membukakannya.
Dan saat pintu terbuka pun, muka June udah keliatan kesal karena Yeri ngebukain pintunya lumayan lama.
"Lo ngapain aja sih? Lama banget. Kuping lo masih berfungsi nggak?"
Yeri menundukkan kepalanya. "Maaf Kak, aku tadi lagi di dapur buat masak makan ma—"
"Jari lo kenapa?"
"Hah?"
Yeri mengangkat kepalanya ketika tangan kirinya ditarik June dengan paksa. June memperhatikan darah yang keluar dari jari telunjuk Yeri, lalu dengan cepat menarik tangan Yeri menuju dapur. Yeri hanya mengikuti June dari belakang, bahkan ketika June membersihkan darah di jarinya di wastafel dapur.
"Kotak P3K dimana?" tanya June yang masih sibuk membersihkan darah di jari Yeri.
"Di— ruang tengah, Kak."
Dan tanpa menjawab apapun, June langsung menarik Yeri lagi menuju ruang tengah. June mendorong tubuh Yeri agar duduk di sofa, lalu June langsung ngambil kotak P3K yang ada di nakas samping TV. June duduk disebelah Yeri sambil memangku kotak P3K yang tadi dia ambil.
"A—aduh, Kak—"
"Tahan bentar, jangan berisik. Ini harus diobatin,"
Yeri mengangguk. "Iya Kak,"
Keduanya nggak bersuara lagi. June yang biasanya langsung mandi begitu nyampe rumah, ini malah betah dengan seragam sekolahnya duduk buat ngobatin jarinya Yeri. Setelah jari Yeri terbungkus dengan perban kecil yang June buat, June langsung menyentil kening Yeri yang spontan meringis.
"Awww!!!"
"Bego."
Yeri menatap June sambil mengernyit. Tadi aja baik, sekarang malah nyentil sambil ngatain bego. June tuh kesambet setan apa sih?
"Teledor banget sih lo jadi orang? Untung jari lo nggak kepotong,"
Yeri menundukkan kepalanya. "Nggak sengaja, Kak. Kan buru-buru,"
"Buru-buru buat apa coba?"
"Bentar lagi Kakak pulang, aku nggak mau Kakak kelaperan." Dan sekali lagi, June menyentil kening Yeri yang lagi-lagi meringis tertahan. "Sakit Kak,"
"Nggak usah sok fokus masak, lo bukan chef." June berdiri dari duduknya. "Kita makan diluar aja, buruan siap-siap."
"Nggak usah, Kak. Aku masak aja—"
"Jari lo laki kayak gitu, nggak usah sok bisa masak. Buruan tanpa ngoceh, karena gue laper."
Dan setelah tiu, June berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Ditempatnya tadi, Yeri menghela nafasnya pelan.
Iya, June itu nggak sejahat apa yang orang bayangkan kok. June itu baik, Yeri tau banget tentang itu. Makanya, Yeri nggak pernah bisa benci sama June karena Yeri tau, June cuma butuh waktu buat nerima kehadiran Yeri di keluarga ini.
To Be Continue___
Maju luh yang ngatain June jahat mulu di chapter sebelumnya :(
Kasian ayang gue dikatain jahat mulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspeakble Heart [Junhoe X Yeri] ✅
Short Story'Mungkin, mati adalah pilihan terbaik' -Kim Yerim.