PROLOG

60.9K 2.6K 14
                                    

 Sekitar dua tahun yang lalu...

Nicholaa membuka matanya yang terasa sangat berat. Kepalanya seolah dihantam oleh palu karena nyeri dan pusing. Ia tidak bisa melihat segala sesuatu dengan jelas dan segalanya berbayang. Nicholaa menutup dan membukanya lagi. Penglihatannya sudah mulai membaik, begitu juga dengan indera penciumannya. Ia bisa mencium wangi alkohol yang kuat begitu juga dengan parfum pria. Nicholaa langsung tersadar ia berada di ranjang yang asing.

Ia terlonjak kaget dan beranjak duduk. Kamar itu, dipenuhi dengan warna abu abu. Di depannya terdapat jendela yang besar dan menampilkan pemandangan taman yang luas. Nicholaa menyukai suasana nyaman dalam kamar tersebut, tetapi, rasa nyamannya kalah dari paniknya. Ia mengecek semua bajunya dan mendapati Nicholaa hanya mengenakan kimono satin. Tangannya bergetar hebat saking takutnya.

Apa yang telah ia lakukan?

"Sudah bangun?" Suara hangat dan ramah seorang pria mengagetkan Nicholaa. Pria jakung itu membawa nampan yang berisi roti dan susu ke arahnya. Nicholaa terus melemparkan tatapan curiga pada pria itu.

Pria itu hanya terkekeh pelan menyadari pandangan curiga Nicholaa yang terang-terangan. "Saya tidak menyentuh kamu semalam. Tenang saja."

"Te-terus siapa yang menggantikan baju saya?" jawab Nicholaa mencoba berani namun lidahnya tidak bisa diajak kerja sama.

"Saya punya pelayan." Pria itu meletakkan nampan di atas pangkuan Nicholaa dan menatapnya dengan hangat. Nicholaa menjadi salting karena ditatapi dengan intens oleh pria itu.

"Nama saya Pieter Alexander Natadikusuma." Pria itu memperkenalkan dirinya dengan sopan. Nicholaa menyukai Pieter. Pria itu baik dan tampak seperti pria yang bertanggung jawab. "Seharusnya kamu mengenal saya. Seharusnya..."

"Nicholaa Antonetta Djatmika," jawab Nicholaa sopan sambil mengerutkan kening bingung mencoba mengingat wajah Pieter yang tampak familiar namun ia lupa di mana. "Saya tidak ingat apa-apa tentang kamu."

Pieter hanya mengangguk kecil sembari tersenyum maklum.

"Semalam kamu mabuk berat." Pieter menjelaskannya tanpa rasa sungkan hingga membuat Nicholaa terbatuk batuk sekaligus malu. "Saya sampai tahu semua tentang kamu hanya dalam semalam."

"Maksud kamu?" tanya Nicholaa dengan muka memerah namun penuh rasa ingin tahu.

"Kamu iri sama kakakmu. Kamu baru saja di drop out dari universitas karena nilaimu yang tidak pernah meningkat dan orang tuamu lebih menyayangi Natasya daripada kamu. Lalu, kamu dilarang untuk bersekolah di jurusan fashion karena orang tuamu ingin kamu jadi dokter." Pieter menjelaskannya dengan sangat lancar hingga membuat Nicholaa tersedak. Ia benar benar mabuk hingga lupa pernah mengatakan hal itu.

Ini benar benar memalukan!

"Saya sampai hafal dengan keluhan kamu." Pieter terkekeh pelan dan hal itu membuat Nicholaa terpana untuk sesaat.

"Begitu ya?" Hanya itu yang bisa dikatakan Nicholaa karena ia benar-benar malu dan salah tingkah.

"Saya bisa memberi kamu pekerjaan," tawar Pieter yang membuat mata Nicholaa berbinar-binar karenanya. "Dan ini berkaitan dengan dunia fashion."

Bibir Nicholaa melengkung ke atas saking senangnya. "Apa itu?"

"Sekretaris saya." Jawab Pieter santai dan mulai menjelaskan hubungan menjadi sekretarisnya dengan dunia fashion. "Kamu bisa belajar langsung seperti apa bisnis mode di perusahaan saya. Dan kamu bisa menghadiri Jakarta Fashion Week atau bahkan New York Fashion Week secara gratis. Bagaimana?"

Nicholaa mengangguk hingga kepalanya terasa ingin lepas. Ia ingin menangis saking senangnya. Pria di depannya adalah seorang malaikat yang dikirim Tuhan untuk menolong orang malang sepertinya.

"Tapi dengan syarat," lanjut pria itu tanpa menghilangkan senyuman miringnya.

Nicholaa mengangkat sebelah alisnya dengan jantung yang berdebar-debar. Pikirannya mulai bercabang ke mana-mana. Tiba tiba saja pria itu ingin menidurinya sebagai ganti pekerjaan tadi. Tapi, hal itu tidak mungkin terjadi. Pria yang ingin tidur dengannya mungkin sudah buta hingga ke retinanya.

"Kamu harus bekerja selama yang saya mau," tambah pria itu dengan nada santai. "... mengingat aku susah sekali mendapat pegawai yang ingin menjadi sekretarisku."

Jelas, Nicholaa tidak keberatan mengenai hal itu. Bahkan saat dia sudah menjadi arwah pun ia akan tetap setia pada perusahaan itu.

"Dengan senang hati, tanpa paksaan dan puji Tuhan, saya akan bekerja sebagai sekretaris Bapak selamanya. Terima kasih banyak, Pak. Bapak adalah malaikat saya," jawab Nicholaa sambil tersenyum senang.

Nicholaa tidak menyadari bahwa kejadian satu malam seperti itu dapat mengubah seluruh hidupnya seperti sekarang.

Dan ia menyesal pernah terlibat dalam hidup Pieter.

WIN-LOSE SOLUTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang