"Nicholaa! Nicholaa!"
Panggilan itu membuat Nicholaa tersentak kaget hingga membuatnya hampir menjatuhkan semua laporan dari pabrik. Ia membalikkan tubuhnya yang sudah stabil dan mendapati Karina tengah tersenyum lebar ke arahnya. Saking lebarnya hingga membuat Nicholaa khawatir kalau-kalau ada serangga yang masuk.
"Lo mau ke atas kan?" tanya Karina misterius.
Nicholaa hanya mengangguk bingung.
"Sini gue bantu bawahan," tawar Karina kemudian tanpa persetujuan Nicholaa, ia langsung merampas sebagian tumpukan berkas tersebut.
"Kenapa lo tiba-tiba jadi baik?" Nicholaa mulai curiga dengan sikap Karina. Selama ini, Karina hanya tertawa saat melihat Nicholaa kesusahan tanpa mau membantunya.
"Selama ini emangnya gue nggak baik?" Karina kembali tersenyum misterius dan masuk ke dalam lift. Sebenarnya, Nicholaa agak curiga dengan sikap Karina yang tiba-tiba seperti ini, tetapi ia tidak ingin bertanya lebih lanjut karena Nicholaa tidak ingin mengganggu privasi orang.
Saat lift terbuka, Karina menghampiri meja Nicholaa yang berada tepat di samping pintu ruang kerja Pieter. Wanita itu tampak sedang mencari-cari dan Nicholaa masih tidak mengerti dengan Karina. Karena merasa terganggu, Nicholaa bertanya, "Lo cari apa sih?"
"Nggak ada," jawab Karina dengan mata menerawangnya. Entah mengapa tiba-tiba saja Nicholaa kesal karena sikap Karina yang menurutnya sangat mengganggu.
Baru saja Nicholaa ingin bertanya lagi, sampai pintu tersebut berayun terbuka. Pieter keluar dengan kemejanya yang sudah berantakan. Pria itu tidak memakai dasi dan menggulung lengan kemejanya hingga ke sikut. Hal itu membuat Nicholaa salah fokus. Pieter menatap Nicholaa kemudian beralih pada Karina yang berada di samping gadis itu.
"Saya mau berterima kasih sama Bapak soal tadi pagi," ucap Karina sambil tersenyum malu. Sepertinya wanita itu juga salah tingkah. "Kalau nggak ada Bapak, saya nggak tahu harus tidur di mana."
Pieter tersenyum dan lagi-lagi membuat Nicholaa tidak fokus hingga ia mengalihkan pandangannya.
"The pleasure is mine," jawab Pieter sopan. Entah mengapa Nicholaa kesal karena pria itu baik pada orang lain, tetapi tidak padanya. Dasar pria bermuka dua!
"Kamu udah makan?" tanya Pieter pada Karina dan mengabaikan Nicholaa.
"Belum."
"Mau temani saya makan?" tawar Pieter yang membuat Karina berbinar senang. Dan hal itu tidak luput dari penglihatan Nicholaa. Sekarang ia tahu kenapa Karina terlihat senang sepanjang hari. Wanita itu sudah jatuh dalam pesona Pieter. Nicholaa tidak menyangka Karina bisa secepat itu terjebak dalam permainan pria setan itu.
Ia hanya menghela nafas kasar dan duduk di meja kerjanya.
"Anton," panggil Pieter. Nicholaa mendongak dan sudah tahu apa yang akan diucapkan pria itu selanjutnya. Pasti pria itu ingin ia ikut bersama mereka. Jelas, Pieter tidak bisa hidup tanpanya.
Siapa yang akan mengingatkan pria itu tentang jadwal dan barang-barangnya?
Tidak ada.
Hanya Nicholaa
"Dasi saya hilang. Saya ingin benda itu sudah ada di atas meja saat saya pulang makan siang. Mengerti?" pinta Pieter begitu santainya.
Nicholaa terkejut sekaligus marah. "Saya juga belum makan siang."
"Nanti gue beliin lo." Sergah Karina cepat.
Setelah berkata demikian, Pieter langsung mengajak Karina pergi meninggalkan Nicholas dengan ekspresi tidak percaya.
***
"ANTON!"
Nicholaa hampir menjatuhkan I-Pad di tangannya saat mendengar teriakan itu. Ia langsung menoleh ke arah sumber teriakan mengganggu itu dan mendapati Pieter tengah berdiri dengan senyum tanpa dosa. Nicholaa mengerutkan keningnya kesal kemudian mengeluh.
"Telinga saya masih nempel, Pak. Nggak usah pake teriak."
"Lagi pengen teriak aja," jawab Pieter santai. Saking santainya membuat Nicholaa ingin menjambak pria itu sekarang.
"Terserah, Bapak." Nicholaa memutar bola matanya malas dan kembali fokus pada I-Padnya. Ia masih melihat-lihat koleksi terbaru dari Fashion Nova sekaligus mencuci matanya dengan berbagai pakaian yang kece abis.
"Kamu kok tiba tiba ketus?" tanya Pieter dengan senyum khas yang masih melekat di wajahnya. "Cemburu ya karena saya ninggalin kamu tadi."
"Selama ini saya ketus sama Bapak."
"Kamu sih PMS setiap hari."
"Semua cewek pasti PMS kalau di dekat Bapak." Nicholaa mendongak lagi dan mendapati Pieter sudah berdiri di samping meja kerjanya.
"Karina nggak tuh. Dia jelas lebih menyenangkan daripada kamu," timpal Pieter.
Nicholaa menaikkan alisnya. "Bapak mau gantiin saya?"
"Nggak," jawab Pieter mantap.
"Terus?"
"Ya wes." Tiba-tiba saja Pieter menirukan gaya bahasa Nicholaa yang kedaerahan.
"Edan, Pak." Nicholaa tersenyum mendengar percakapan mereka yang konyol. Setelah diterawang lagi, selama ini mereka selalu bertengkar karena hal sepele.
"Dari dulu, sebenarnya saya udah mau gantiin kamu dengan yang lain," ucap Pieter membuat Nicholas terdiam seribu bahasa. "Kamu jelas bukan sekretaris yang baik. Kamu sekretaris pertama yang kesukaannya nyolot."
"Bapak boleh pecat saya sekarang," timpal Nicholaa. Sebenarnya Nicholaa senang karena ia bisa terbebas dari Pieter, tetapi entah mengapa hatinya tidak tenang.
Ia merasa ganjal.
"Saya nggak bisa pecat kamu. Saya sudah terlanjur nyaman sama kamu." Pieter tersenyum lagi.
Pria itu berhasil membuatnya baper. Lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIN-LOSE SOLUTION ✔
RomanceMay contain some mature scenes (Tamat) Hidup Nicholaa Antonetta Djatmika benar benar sudah berada di ujung tanduk. Masa depannya kini suram semenjak ia di drop out dari universitasnya. Ia menutup rapat rapat hal itu, sebab keluarganya tidak akan sen...