Nicholaa mengetuk pintu ruang kerja Pieter dengan perasaan sumringah, sebab untuk pertama kalinya ia akan menjalani yang namanya kencan buta. Ia sangat bersemagat, apalagi pria yang akan ditemuinya ini ternyata alumni dari SMA yang sama dengannya. Setahu Nicholaa, setelah saling berkirim pesan selama seminggu, pria itu berasal dari angkatan yang lebih tua dua tahun darinya. Dari foto profil sih kelihatan oke. Waktu berkirim pesan orangnya juga terlihat sopan dan santun. Harusnya bisa nih, dibuat kelinci percobaan untuk kencan buta. Namanya terdengar keren di telinga orang awam yaitu Antonius Putra Dirgantara. Dari semua itu, yang membuat Nicholaa klepek-klepek adalah pekerjaannya. Pekerjaannya si Dirga ini ternyata arsitek.
Perfect banget....
Nicholaa melangkah masuk ketika Pieter memberikan izin padanya. Matanya mendapati Pieter tengah membereskan barangnya yang berserakan di atas meja. Entah mimpi apa bosnya semalam hingga pulang lebih cepat hari ini. Biasanya, bosnya akan lembur, bila perlu sampai menginap di kantor. Kalau lagi sial, Nicholaa juga kena imbas manjanya si Pieter yang minta ditemani lembur.
"Saya pulang dulu ya, Pak," pamit Nicholaa sopan. Untungnya pria itu tidak mencari gara-gara dengannya hingga Nicholaa tidak perlu mengibarkan bendera perang di antara mereka.
"Tungguin saya, Anton. Saya juga mau ke bawah. Kita barengan aja," ucap Pieter yang terlihat buru-buru memasukkan barangnya ke dalam tas.
"Ngapain?" tanya Nicholaa heran dengan sikap Pieter yang agak ganjil akhir-akhir ini.
"Saya nggak mau turun sendirian. Maunya sama kamu," jawab Pieter sambil tersenyum modus.
Nicholaa memutar bola matanya malas kemudian menjawab, "Sesukanya Bapak deh."
"Apa sih yang nggak saya suka dari kamu, Anton."
Jawaban Pieter sukses membuat Nicholaa merinding. Bosnya yang sekarang senang sekali melemparkan gombalan maut yang terkadang membuat Nicholaa ngeri sendiri. Pieter seperti pedofil yang tengah merayu anak-anak untuk menjadi korbannya. Nicholaa tidak habis pikir apa yang sudah membuat otak bosnya dicuci hingga Pieter senang menggombal cheesy sekarang.
"Stop, Pak. Saya geli sendiri," sergah Nicholaa kesal kemudian menutup pintu ruang kerja Pieter. Ia mengambil tasnya dan bergegas menuju ke toilet perempuan. Di sana, Nicholaa mengganti pakaian kantornya dengan gaun yang ia curi semalam dari kamar Natasya. Untuk sekedar informasi, Nicholaa tidak memiliki satu rok ataupun gaun yang bisa ia pakai untuk kencan buta ini. Hanya lemari Natasya yang bisa ia harapkan. Itu pun, Nicholaa asal mengambil gaun yang ia lihat di lemari Natasya tanpa mencobanya terlebih dahulu, sebab ia takut ketahuan orang rumah.
Di sisi lain, Nicholaa tidak memiliki waktu untuk bersiap-siap di rumah, sebab kencannya akan dimulai pukul 6.30 sore. Dan sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 06.01 sore. Ia harus bergegas agar tidak membuat Dirga menunggu terlalu lama.
Setelah memakai gaun hitam tersebut, Nicholaa mematut dirinya di cermin toilet wanita. Gaun itu memeluk pas tubuhnya hingga menampilkan lekuk pinggang yang tidak pernah ia sadari sebelumnya. Gaun tersebut pendeknya hingga beberapa sentimeter di atas lutut. Selain itu, potongan leher gaun itu cukup rendah hingga menampilkan sebagian belahan dada Nicholaa . Ia yakin sekali dirinya telihat seperti ingin clubbing malam itu daripada kencan buta.
Tidak, tidak, gaun itu terlalu provokatif.
Nicholaa meringis kecil di depan cermin dan memikirkan untuk memakai pakaian kantornya lagi dan membiarkan Dirga melihat dirinya dalam wujud pembantu. Itu akan jauh lebih baik daripada Dirga melihatnya dalam wujud pelacur seperti ini. Untuk sesaat, Nicholaa yakin mengganti pakaian adalah keputusan yang tepat, namun kemudian ia berubah pikiran lagi. Setidaknya, Nicholaa harus mencoba sesuatu yang baru. Nicholaa harus menjadi perempuan yang berani tampil berbeda dan bukan old-fashioned lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIN-LOSE SOLUTION ✔
RomanceMay contain some mature scenes (Tamat) Hidup Nicholaa Antonetta Djatmika benar benar sudah berada di ujung tanduk. Masa depannya kini suram semenjak ia di drop out dari universitasnya. Ia menutup rapat rapat hal itu, sebab keluarganya tidak akan sen...