ONE - WELCOME TO HELL

31.1K 2.3K 48
                                    

Nicholaa Antonetta Djatmika tengah berlari-lari di lobi seperti orang gila saat ponselnya berbunyi. Bukan tanpa alasan ia berlari lari seperti orang gila di lobi. Sebagai sekretaris yang profesional, ia harus mengambil laporan dari pabrik yang jauhnya kebangetan. Mana, waktu terus berjalan dan ia menghabiskan waktunya mencari mobil perusahaan yang dari tadi tidak tampak. Selain itu, permintaan aneh bosnya yang membuatnya menggila.

Nicholaa mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dengan panik kemudian menempelkan benda itu ke telinganya. Suara berat seorang pria terdengar dan kembali membuat Nicholaa menghela nafas kasar untuk yang kesekian kalinya hari itu.

"Saya mau teh dengan susu 25 persen, gulanya nggak boleh kemanisan," ucap pria itu dengan nada santai. Kelewat santai untuk memerintah orang yang tengah kerepotan seperti Nicholaa.

"Katanya tadi Bapak mau coffe latte tanpa cream foam dan gulanya hanya 1 setengah sendok teh. Jadi, sekarang Bapak mau yang mana?" tanya Nicholaa mulai kesal. Hampir setiap hari ia diperlakukan seperti ini oleh bosnya sendiri. Nicholaa merasa menjadi seperti babu daripada sekretaris. Atau mungkin sekretaris adalah bahasa elegannya dari babu.

"Kamu suka yang mana?" tanya bosnya lagi yang membuat Nicholaa menggaruk kepalanya gemas.

Edan.

Nicholaa tidak bersikap kurang ajar, ia hanya lelah dipermainkan oleh bosnya sendiri. Ingin sekali mengirimkan nuklir pada rumah pria itu, tetapi ia akan kehilangan pekerjaan terhormatnya sebagai sekretaris, atau dalam kata lain babu elegan.

"Halo? Kamu kenapa nggak jawab saya?" tanya bosnya lagi.

Pria itu masih sempat bercanda di saat seperti ini. Nicholaa menghela nafas lagi. "Pak, saya sibuk. Saya harus ambil laundry Bapak terus saya juga harus kasih sampel ke divisi desain. Belum lagi laporan dari pabrik. Sekarang, bapak suruh saya beli minuman yang tidak akan Bapak minum. Bapak pikir saya pengangguran?" gerutu Nicholaa.

"Kamu nggak pengangguran. Jelas-jelas kamu kerja di perusahaan saya sebagai sekretaris," jawab bosnya santai.

"Bapak-"

"Pokoknya, saya nggak peduli, bagaimanapun caranya dua minuman tersebut harus ada di meja saya jam 3 sore ini. Titik nggak ada koma," potong pria itu kemudian mematikan ponsel.

***

Nicholaa tidak mengerti dua hal dalam hidupnya. Yang pertama, kenapa bumi berbentuk bulat dan yang kedua kenapa ia bisa menerima tawaran kerja dari pria aneh di depannya sekarang. Sungguh mukjizat yang besar, ia berada di depan spesies teraneh yang pernah ia temui dalam kehidupannya.

Bosnya sendiri.

Pieter Alexander Natadikusuma menengok ke dalam dua cangkir tesebut. Ia menghirup wangi kedua minuman tersebut kemudian mengangguk sebentar. Pria itu seperti tengah membandingkan kedua minuman tersebut.

Nicholaa masih tidak mengerti mengapa ia berdiri di sana memandangi tingkah tidak normal bosnya sendiri.

Untung ganteng...

Sejujurnya, menurut Nicholaa tampang bosnya lebih dari rata-rata. Pria itu memiliki lesung pipi dan kedua alis mata yang tebal. Matanya juga hangat dam terkesan ramah saat pertama kali bertemu. Nicholaa mengakui pria itu tampan secara fisik tapi tidak dengan tingkahnya yang tidak mampu dicerna orang biasa.

"Saya boleh pergi sekarang?" tanya Nicholaa yang mulai jenuh.

"Belum."

"Pak, saya sibuk," rengek Nicholaa.

"Kamu pikir saya nggak?"

"Bapak habisin waktu dengan bandingin dua minuman yang udah jelas beda."

"Saya nggak bandingin, tapi saya meneliti," jawab Pieter santai kemudian meletakkan kedua minuman itu diatas meja.

Nicholaa menghirup nafas panjang. Tidak lucu, jika ada berita pembunuhan seorang pria di koran besok. "Ngga ada gunanya, astaga, Pak," ucap Nicholaa sarkastik

"Kamu minum aja dua-duanya. Saya dengan senang hati memberikan minuman ini ke kamu," ucap Pieter mengacuhkan ucapan sarkatis Nicholaa dan menyodorkan dua minuman itu.

"Bapak selalu seperti ini," gerutu Nicholaa mulai lelah,

"Seperti apa?" Pieter menatap Nicholaa intens sambil tersenyum miring, hingga membuat gadis itu salah tingkah.

"Mempermainkan saya."

"Itu alasan utama saya mempekerjakan kamu, Anton."

WIN-LOSE SOLUTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang