"Kita? Kencan?" Tanya Nicholaa tidak percaya ketika Pieter menyatakan keinginannya tadi. Matanya masih berair dan produksi air seolah tidak mau berhenti. Hal tersebut membuat Nicholaa jengkel setengah mati sebab ia terlihat lemah di depan Pieter.
"Ya. Kencan," balas Pieter santai seolah tidak merasa bersalah sedikitpun karena sudah menghancurkan malam kencan Nicholaa. "Kamu mau tawaran yang lebih formal? Fine. Would you like go on date with me, Anton?"
Seolah tersadar dengan panggilannya, Pieter menggelengkan kepalanya sambil mengatakan, "Oh salah salah. Seharusnya would you like go on date with me Nicholaa?"
"Hell no!"
"Ouch... that was pretty hurt." Ucap Pieter dengan mimik wajah yang dramatis.
"Dengar..." Nicholaa mengusap air matanya yang terus turun kemudian menghela nafas panjang. "Cukup tinggalkan saya sendiri, saya maafin Bapak."
"Kamu memanggil Dirga dengan sebutan 'Bapak' juga? Apa kamu seformal ini waktu nge-chat sama Dirga?" Pieter melontarkan berbagai pertanyaan dengan nada yang amat tersinggung.
Nicholaa memutar bola matanya kesal. "Apa yang Bapak mau?"
"Aku mau kamu."
"Just stop messing around," balas Nicholaa dengan nada putus asa.
"Do I look like messing around?"
Nicholaa mengusap air matanya lagi sambil menghela nafas geram. Kenapa air matanya tidak mau berhenti dari tadi?!
"Aku serius," ucap Pieter lagi dengan wajah yang mendukung. Nicholaa menatap Pieter untuk sesaat dan mendapati tidak ada senyuman 'jelek' yang terpampang di wajah pria itu.
"Anggap saja sebagai free trial dating online, kalau kamu memang nggak mau berkencan dengan aku dalam arti yang sebenarnya." Lanjut pria itu lagi.
"Apakah ada pilihan lain?"
"Tidak ada." Jawab Pieter sambil tersenyum tipis kemudian berjalan mendekat ke arah Nicholaa. Ia berhenti ketika berdiri menjulang di depan sekretarisnya yang tengah menunduk malu karena mata berairnya. Pieter ingin sekali memeluk Nicholaa dan meminta maaf akibat perbuatannya yang membuat sekretarisnya menangis.
Nicholaa tidak berani mendongak karena wajahnya terlihat sangat jelek ketika menangis. Mata bengkak dan pipi yang memerah. Nicholaa mengusap air matanya dengan perlahan. Ia sadar Pieter sudah berdiri di hadapannya dan tidak mengatakan apa apa.
"Ini kali ke berapa aku membuat kamu menangis?" Tanya Pieter dengan nada jenaka kemudian mengusap rambut Nicholaa dengan lembut.
"1024 kali dalam satu tahun." Balas Nicholaa sengit.
Pieter meringis kecil kemudian menjawab, "I must be a horrible boss."
Nicholaa tertawa tipis sambil memukul pundak Pieter. Pieter akhirnya bisa bernafas lega karena Nicholaa tidak terlalu marah sekarang. Ia menggenggam tangan Nicholaa yang memukul pundaknya, dengan lembut.
"Aku nggak bisa berhenti menangis," jawab Nicholaa sambil menundukkan kepalanya malu.
"Cup... cup... masa first date kita kamu nangis."
Nicholaa tidak dapat menahan senyuman tipisnya kemudian memejamkan mata sejenak sambil berusaha menenangkan dirinya. Setelah dirasanya cukup, Nicholaa mendongak dan memberanikan diri menatap wajah Pieter.
"Udah, nangisnya selesai. Sekarang, aku boleh pulang nggak?"
"Anton," geram Pieter sambil mengetatkan rahangnya.
"Kamu nggak perlu merasa bersalah. I'm totally fine, now."
"Kamu pikir saya ajak kamu kencan karena merasa bersalah?" Tanya Pieter tidak percaya. "Dengar dan catat baik baik, Anton. I'm a selfish man. I do what I want, not because I feel guilty about it."
"Kamu sungguan mengajak aku berkencan?"
"For god's sake, absolutely yes, Anton."
"Kenapa?"
Pieter terdiam sejenak merutuki kebodohan wanita di hadapannya.
Untung sayang...
"Jawabannya sama seperti kenapa aku nggak mau kamu kencan sama Dirga hari ini."
"Iseng?"
Pieter gemas sekali rasanya dengan Nicholaa. "Sayang, Anton. Sayang."
"Sayang sama Dirga?" Tanya Nicholaa berpura pura polos. Ia bukan wanita bodoh yang tidak tahu jika orang yang dimaksud Pieter adalah dirinya. Lagipula, sangat tidak logis jika Pieter memiliki perasaan sayang pada Dirga yang notabenenya belum pernah ditemuinya sama sekali. Mengingat Pieter selalu mempermainkannya, Nicholaa tidak ingin mengajukan dirinya pada pria itu. Nicholaa tahu dengan pasti di balik semua ini, Pieter hanya terlalu asyik mempermainkam perasaannya yang mudah terbawa dan jatuh bangun. Kali ini, Nicholaa tidak akan membiarkan dirinya jatuh dalam permainan pria itu. Tidak akan.
"Iya, sama Dirga! Aku sayang banget sama Dirga," balas Pieter dengan nada yang meninggi satu oktaf. Kesal sekali rasanya karena Nicholaa yang begitu tidak peka padanya.
"Kamu gay?"
Pieter memutar bola matanya malas. "Forget it, Anton. Just focus on our date tonight, okay?"
Sebelum Nicholaa sempat membalas, Pieter mendorong pundaknya dengan lembut ke ruang kerjanya.
TBC...
The power of readers itu udah ngalahin the power of peoplenya prabowo anjir. Waktu aku minta komentar kalian di chapter sebelumnya langsung bertambah berkali lipat jadi 75 komentar.
Wow, hebaat banget. Makasih udah kasih semangat kalian ke cerita ini. Selalu tunggu dan dukung Anton yaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
WIN-LOSE SOLUTION ✔
RomanceMay contain some mature scenes (Tamat) Hidup Nicholaa Antonetta Djatmika benar benar sudah berada di ujung tanduk. Masa depannya kini suram semenjak ia di drop out dari universitasnya. Ia menutup rapat rapat hal itu, sebab keluarganya tidak akan sen...