TWENTY ONE - RIDICULOUS

16.9K 1.7K 118
                                    

"Ayo, Pak! Saya udah terlambat..." Rengek Nicholaa sambil duduk di kursi tinggi yang terletak di depan meja bar, rumah Pieter. Catat dan garis bawahi. Rumah Pieter. Bosnya yang super manja itu meminta Nicholaa menemaninya untuk mengambil sesuatu di rumah sebelum mengantarnya ke Grand Indonesia. Daripada bertengkar karena urusan sepele dan merusak mood berkencan Nicholaa, pada akhirnya ia menyerah dan menemani bosnya itu.

Jadilah Nicholaa berakhir di rumah Pieter sambil mengamati bosnya tengah berlalu lalang seperti tengah mencari sesuatu di dapur. Nicholaa menopang dagunya di meja bar kemudian menunduk mengamati ponselnya dan mendapati Dirga telah berada di tempat janjian. Hal itu membuat Nicholaa semakin panik.

"Pak saya naik tak-"

"Nah, ketemu!" Potong Pieter sambil mengangkat sebotol wine di tangannya dengan senyuman lebar.

Nicholaa mengamati wine itu sambil mengerutkan kening ke arah Pieter. "Untuk apa?"

"Buat diminumlah, Anton sayang. Memangnya kamu mau pakai untuk apa lagi. Tambah gemas aja saya sama kamu," jawab Pieter kemudian meletakkan botol wine itu di meja bar sambil tersenyum hangat.

Nafas Nicholaa memburu penuh kekesalan. Ia membuang waktu terlalu lama karena bosnya yang super ngeselin itu. Mana dia lagi PMS, jadinya emosinya terus naik turun hingga membuat mata Nicholaa berair karena kekesalannya yang sudah di puncak. Nicholaa memilih untuk tidak menjawab Pieter karena emosinya yang terlalu meluap luap dalam dada ditambah hormon wanita. Nicholaa memutar bola matanya malas kemudian melompat dari kursi tinggi tersebut sambil memesan taksi online.

Pieter mengerutkan kening khawatir melihat Nicholaa yang terlihat sangat kesal. Ia bergegas menghampiri Nicholaa sebelum sekretarisnya berjalan melampaui pintu utama. Dengan sigap, Pieter langsung menahan tangan Nicholaa, namun wanita itu menariknya lagi. Pieter kembali menahan sikut Nicholaa, kali ini lebih kuat dan menarik wanita itu ke arahnya.

"Mau ke mana?" tanya Pieter dengan nada memalak.

Nicholaa menghela nafas panjang. Emosinya semakin naik saja ketika melihat wajah Pieter. "Jam kerja saya sudah selesai, Pak. Tolong jangan ganggu saya."

"Kalau saya minta kamu nggak pergi, bagaimana?" Tanya Pieter dengan nada serius, tidak seperti biasanya.

Nicholaa menatap Pieter tidak percaya kemudian menggelengkan kepalanya. "Bapak bersikap konyol, sekarang."

Ketika Nicholaa ingin menarik tangannya bebas dari cengkeraman Pieter, bosnya kembali menguatkan pegangan, bahkan mencengkeramnya sedikit. "Jangan pergi, Nicholaa..."

Nicholaa menatap heran ke arah bosnya yang terlihat agak uring uringan. "Bapak baik baik saja?"

Pieter menghela nafas panjang kemudian berucap lagi, "Stay with me tonight, please."

Nicholaa menangkap nada serius yang jarang sekali ia temui dalam suara Pieter. Momen langka yang dialami Nicholaa hari itu adalah mendengar Pieter memelas dalam arti sebenarnya. Pria itu terdengar seperti takut kehilangan.

"Bapak sakit?" Tanyanya sambil menggerakkan punggung tangannya ke dahi Pieter.

Tepat pada saat itu, ponsel Nicholaa berdering dan menampilkan sambungan dari Dirga. Pieter melihat jelas hal itu, namun dia tetap diam dan tidak mengeluarkan cacian pedasnya karena sudah mengganggu waktunya untuk meluruskan persepsi sekretarisnya itu. Nicholaa menepis lembut tangan Pieter di sikutnya dan menekan tombol hijau di layar ponselnya.

Ketika ia ingin menempelkan benda du ke telinga, ponselnya sudah terlebih dahulu dirampas oleh Pieter. Untuk membungkam Nicholaa, Pieter menarik tengkuk sekretarisnya itu dengan tangannya yang tidak memegang ponsel kemudian merapatkan kepala wanita itu di dadanya. Untuk sekedar informasi, menutup mulut Nicholaa hanya dengan menggunakan telapak tangannya akan menimbulkan adegan dimana tangannya digigit brutal oleh sekretaris ganasnya itu. Oleh karena itu, Pieter lebih memilih bermain aman sekaligus mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk memeluk Nicholaa.

Kapan lagi momen ini akan terulang...

Nicholaa memberontak dengan memukul dan bahkan menarik tubuhnya dari dekapan Pieter, namun pria itu semakin memeluk tengkuknya dengan erat untuk membungkam mulutnya.

"Nic?" Terdengar suara lembut dari ujung sana. "Ini Dirga."

"Ya, saya tahu kamu Dirga." Balas Pieter santai. Mendengar hal itu, Nicholaa semakin memukul Pieter mengisyaratkan agar pria itu tidak melakukan hal lebih jauh. Ia tidak dapat mengatakan sepatah katapun karena Pieter terus menahan tengkuknya sehingga suaranya teredam di pundak pria itu. Nicholaa terlalu panik hingga tidak sadar kalau ia bisa melumpuhkan Pieter dengan menginjak kaki pria itu.

"Maaf, ini siapa ya?"

"Saya papanya Nicholaa Antonetta Djatmiko. Asal kamu tahu saja anak saya besok sudah kawin sama pria lain. Jadi, jangan ganggu anak saya lagi. Mengerti?" Ucap Pieter tegas.

Terdengar helaan nafas syok dari ujung sana kemudian beberapa saat kemudian, sambungan ponsel dimatikan sepihak oleh Dirga. Nicholaa lemas setengah mati karena ekspektasinya untuk berkencan bersama Dirga langsung pupus begitu saja. Ia sangat sangat sangat kesal. Karena kekesalan yang menjadi jadi itu Nicholaa tidak dapat menahan luapan emosinya. Dan hanya ada satu cara aman bagi Nicholaa untuk meluapkan kekesalannya yaitu menangis. Tidak mungkin ia memutilasi Pieter saat itu juga, ataupun menampar bosnya itu. Terlalu klise dan murahan.

Nafas Nicholaa berat di dada Pieter. Pieter melepaskan tangannya di tengkuk Nicholaa dan mendapati bekas bibir merah di kemejanya. Ia tersenyum tipis kemudian menjawab, "Saya kelihatan seperti habis selingkuh."

Nicholaa menghela nafas panjang lalu mundur teratur. Ia sangat pandai mengontrol emosi, tentu saja. Nicholaa mengusap air mata yang sempat jatuh sebagai wujud kekesalannya pada Pieter dan membalikkan badan tanpa mengatakan apapun.

"Anton," panggil Pieter kemudian menarik pergelangan tangan wanita itu.

"Apa?!" Sentak Nicholaa lemah dan menatap mata Pieter sekilas. Saat itu juga Pieter sadar ia telah membuat sekretarisnya menangis.

"Apa yang kamu harapkan dari kencan itu, Anton?" Tanya Pieter menusuk. "Kamu yakin Dirga pantas untuk kamu? Saya yakin dia sangat tidak pantas untuk kamu, Anton."

Nicholaa mendongakkan kepalanya dengan mimik kesal kemudian menjawab, "Kami bahkan baru mau saling mengenal satu sama lain, Pak!"

Pieter mendengus. "Kata orang, tak kenal maka tak sayang. Saya mencegah kamu mengenal dia supaya kamu nggak sayang pada orang yang salah."

Nicholaa memutar bola matanya malas kemudian berjalan keluar dari pintu tersebut. "Terserah kamu."

"Kamu mau kencan? Kalau begitu ayo kita berkencan." Ucapan Pieter sontak membuat Nicholaa menoleh ke arahnya lagi dengan tatapan syok.

"Stop being ridiculous."

"Am I?" Ulang Pieter dengan senyuman miring khasnya. "I'll be your partner, Anton and I will teach you how to please a man."

TBC...

YANG NUNGGUIN ANTON MANA SUARANYA??

Aku tu baca komentar kalian dan maaf aku ga sempat balas. Tapi aku baca kok. Makanya, aku tu kayak semangat parah nulis ni cerita. Komentar kalian tu sudah menjadi bagian dari semangat aku. Bahkan kadang aku lebih suka mantengin komentar daripada liat vote ataupun ratingnya.

Makasih ya komentarnya...

Kalian baik banget 😊😊

WIN-LOSE SOLUTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang