"Nicholaa!"
Nicholaa langsung mendongak dan mendapati semua orang di meja makan tengah menatapnya serius. Ia mengernyitkan kening bingung kemudian memberikan tatapan 'apa?'.
"Papa tadi ngomong sama kamu," gumam Natasya lembut. Nicholaa berusaha menahan dirinya untuk tidak memutar bola matanya muak.
Nicholaa langsung mengalihkan pandangannya pada Eric Djatmika. "Iya Pa?"
"HP kamu rusak parah?" tanya ayahnya dengan nada yang berat.
"Iya, Pa."
Eric hanya bergumam tanpa berkomentar panjang lagi. Papanya adalah orang paling pendiam yang pernah Nicholaa temui. Eric juga bersikap dingin pada Nicholaa dan Natasya. Perlakuannya pun sama pada kedua putrinya itu. Hanya ibunya yang terlalu terobsesi untuk menjadikan Natasya dokter yang terkenal.
Nicholaa memasukkan rotinya ke dalam mulut sambil melirik ke sekitarnya sebentar. Matanya terpaku pada kalender hari yang tergantung di dinding.
28 Maret 2017
Matanya membulat kaget. Ia ingat sekali agenda hari ini adalah rapat besar dengan para sponsor untuk membahas minggu mode khusus jetset di Singapura. Sialnya lagi, Pieter sendiri yang harus menyambut dan menjemput para sponsor pada pukul 07.30.
Nicholaa melihat jam dinding dan langsung terlonjak kaget. Pukul 07.05. Semua orang di meja makan pun juga ikut terperanjat melihat gerakan tiba-tiba Nicholaa. Tanpa berpikir panjang, Nicholaa langsung berlari keluar dari rumah tanpa berpamitan sedikit pun meninggalkan keluarganya dengan penuh tanda tanya.
Ia menghampiri salah satu ojek pangkalan langganannya dan menyebutkan alamat rumah Pieter. Nicholaa menghabiskan 16 menit waktu di jalan. Ia bisa merasakan tubuhnya keringat dingin saking paniknya. Saat sampai di depan pagar rumah Pieter, seorang satpam yang hafal dengan muka Nicholaa langsung membukakan jalan untuknya.
Nicholaa mencegat salah satu pelayan pendek yang kebetulan lewat di depannya. "Mana Bapak?" tanyanya blak-blakan dengan nafas terengah-engah.
"Masih berenang di kolam, Non."
Nicholaa terkejut setengah mati saat mengetahui Pieter juga melupakan agenda besar itu. Semua pria memang sama saja. Teledor dan pelupa. Untung ada kaum wanita yang bertugas untuk mengingatkan kaum pria. Lagi-lagi, Nicholaa berlari ke halaman belakang rumah Pieter. Matanya langsung menangkap pria itu tengah berenang dengan santai di kolam. Mukanya tanpa beban sedikitpun dan hal itu membuat Nicholaa semakin greget.
"Pak! Pak! Bapak!" teriaknya seperti tengah dirampok.
Spontan, Pieter berenang ke tepian dan menatap Nicholaa bingung. Ia mengusap wajahnya dan menyisir rambutnya yang basah ke belakang. Nicholaa sudah terlalu kelabakan hanya untuk menyadari gerakan Pieter yang menggoda.
"Bapak, harus keluar dari kolam ini," ucap Nicholaa dengan nafas terenga-engah saking paniknya. Ia menarik sikut Pieter bermaksud untuk membawa pria itu ke tepian kolam, namun yang terjadi adalah, ia malah terpeleset dan jatuh ke dalam kolam yang dalamnya 1,60 meter. Beruntung, tangan Pieter masih mendekap pinggangnya. Kalau tidak, pastilah ia sudah tenggelam hingga ke dasarnya.
Nicholaa refleks mengalungkan kedua tangannya pada leher Pieter. Ia mengusap wajahnya yang basah oleh air, kemudian membuka matanya. Saat itulah ia baru tersadar dengan posisinya yang terlalu intim bersama Pieter. Rasanya ganjil tapi jantungnya berdebar kencang. Ada banyak sentuhan fisik yang terjadi antara dia dan Pieter dalam posisi ini.
"Ada masalah apa sampai kamu begitu paniknya?" tanya Pieter santai. Saking santainya, membuat Nicholaa gregetan.
"Pak, ini darurat. Kita harus cepat." Lagi-lagi Nicholaa berucap penuh misteri dan menggapai tepian kolam. Ia juga menarik Pieter untuk keluar dari kolam bersamanya. Saat sampai di daratan, Nicholaa dengan segera mengambil handuk lalu mengusapkannya pada rambut Pieter. Ia melakukan hal itu sambil bersin hingga beberapa kali. Nicholaa sangat mudah terserang flu apalagi jika udaranya dingin.
Karena bingung sekaligus kesal melihat Nicholaa yang panik tanpa alasan, Pieter langsung menahan kedua tangan gadis itu yang berada di kepalanya. Nicholaa berusaha melepaskan tangannya namun lagi-lagi Pieter tidak mengizinkannya.
"Saya bingung kalau kamu panik tanpa alasan seperti ini, Anton," ucap Pieter sambil mencengkeram kedua pergelangan tangan Nicholaa.
"Saya panik ada alasannya, Pak," jawab Nicholaa. "Hari ini, tanggal 28 Maret 2017, jam setengah delapan, Bapak harus menyambut sponsor. Saya datang ke sini dengan panik karena saya tahu Bapak pasti lupa."
"Kamu tahu dari mana kalau saya lupa?"
"Bapak memang lupaan!" seru Nicholaa gregetan karena kepikunan Pieter.
"Saya memang lupaan, tapi saya teliti."
"Pak, kita nggak ada waktu buat debat."
"Sekarang masih tanggal 27 Maret, Anton tersayang. Kamu tiba-tiba aja amnesia atau kerasukan?" tanya Pieter sarkastik sambil menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan tanggal hari ini.
27 Maret 2017.
Nicholaa ingin mati rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIN-LOSE SOLUTION ✔
RomanceMay contain some mature scenes (Tamat) Hidup Nicholaa Antonetta Djatmika benar benar sudah berada di ujung tanduk. Masa depannya kini suram semenjak ia di drop out dari universitasnya. Ia menutup rapat rapat hal itu, sebab keluarganya tidak akan sen...