THREE - MESSING AROUND WITH WRONG GUY

24.3K 2K 24
                                    

Nicholaa terpukau melihat pagelaran Jakarta Fashion Week secara langsung dan di kursi paling depan. Berkat Pieter, ia dapat salah satu kursi VIP yang sangat mahal jika dibeli dengan uang. Dan kini, Nicholaa menduduki kursi spesial itu tanpa membayar sepeser pun. Semua pecinta fashion yang berdompet kering pasti ingin berada di posisinya sekarang.

Berkah lain dalam hidupnya.

"Kamu masih mau resign?" bisik Pieter yang membuat Nicholaa kaget.

"Siapa bilang saya mau resign, Pak? Saya kan udah janji setia sama Bapak," jawab Nicholaa dengan mata berbinar-binar.

"Ngomongnya gitu, tetapi surat lamaran masih diajuin ke perusahaan lain. Secara nggak langsung kamu selingkuh dari saya." Pieter kembali tersenyum miring yang menampakkan lesung pipinya.

Nicholaa mengalihkan pandangannya karena salah tingkah kemudian berdeham. "Memangnya Bapak tahu dari mana saya ajuin lamaran kerja ke perusahaan lain?"

"Saya lihat filenya di komputer meja kerja kamu."

"Bapak ganggu privasi saya," gerutu Nicholaa sambil melemparkan tatapan tajam pada Pieter tanpa sungkan. Ia bahkan berharap pria itu segera memecatnya. Kursi terbaik dalam pagelaran Jakarta Fashion Week tidak mengurungkan niatnya untuk keluar dari perusahaan itu.

"Salah kamu sendiri yang simpan filenya di komputer perusahaan," bantah Pieter mencari pembenaran.

"Iya, iya Pak. Nanti saya hapus." Nicholaa terlalu malas berdebat dengan bosnya. "Saya janji nggak akan ngajuin lamaran kerja ke perusahaan lain lagi."

Pieter mengangguk. "Nanti kalau kamu melanggar janjimu, saya doakan kamu kepincut sama saya. Kalau udah kepincut sama saya, susah lepasnya lho," goda Pieter sambil tertawa hangat.

"Saya nggak pernah langgar janji," awab Nicholaa.

Jatuh cinta pada pria seperti Pieter adalah kesalahan terbesar yang tidak akan pernah ia lakukan.

Pria itu jelmaan iblis.

***

Nicholaa selalu mengekori Pieter ke mana pun pria itu pergi. Setelah Jakarta Fashion Runway, Pieter kembali menghadiri acara kecil yang disiapkan di belakang panggung. Acara kecil dihadiri banyak orang penting dan berjasa dalam pagelaran fashion show itu. Pagelaran itu sendiri diadakan di kawasan hotel bintang lima, Jakarta Pusat.

Nicholaa terkagum-kagum pada mewahnya ruangan itu sampai sampai mulutnya tidak bisa menutup. Ia terlalu asyik menatapi dekorasi mewah hingga kehilangan Pieter di tengah kerumunan.

Saat Nicholaa sadar, ia panik melihat Pieter tidak berada di sampingnya. Ia tidak terbiasa berada di tengah kerumunan orang penting. Nicholaa menembus kerumunan mencari Pieter. Namun tidak menemukan pria itu di mana-mana. Ia seperti anak kecil yang kehilangan jejak orang tuanya.

"Kamu Anton, ya?" Suara lembut itu membuat Nicholaa terlonjak kaget kemudian membalikkan badannya dengan cepat.

Panggilan Anton hanya disematkan oleh bosnya tercinta. Jadi, wanita tua di depannya mengenal Pieter. Pastilah pria itu memberitahu yang aneh aneh mengenai dirinya. "Sebenarnya nama saya bukan Anton," jawab Nicholaa sopan.

"Pieter memang suka memanggil nama orang sembarangan." Wanita tua itu kembali tertawa. "Jangan dimasukkan ke hati."

"Nama asli saya Nicholaa Antonestta Djatmika," gumam Nicholaa yang merasa hatinya mulai menghangat saat melihat senyuman wanita tua itu. "Hanya Bapak memang senang memanggil saya dengan sebutan Anton."

"Nama saya Jeanina Natadikusuma, neneknya Pieter," timpalnya. "Saya dengar kamu sekretaris terlama yang Pieter punya."

Nicholaa mengangguk kemudian tersenyum kecil. Ia baru saja ingin menjawab namun diinterupsi dengan suara panggilan masuk. Nicholaa meminta maaf dengan sopan kemudian mengangkat panggilannya.

"Halo?" sapa Nicholaa.

"Kamu di mana jam segini belum pulang?" tanya ibunya, Lidya

"Aku ada seminar, Ma," bohong Nicholaa.

Lidya hanya bergumam pelan kemudian mematikan ponselnya. Kalau Natasya yang berada di posisinya, pasti ibunya akan sangat khawatir, sedangkan ia hanya ditanyai singkat seperti tadi. Namun sebagai anak yang baik, Nicholaa menuruti mamanya untuk segera pulang.

Ia berpamitan pada Jeanina kemudian melanjutkan misinya untuk mencari Pieter. Ia memang bisa berpamitan pada Pieter lewat pesan. Namun hal itu terkesan sangat tidak sopan. Sebenci apapun ia pada bosnya, Nicholaa masih sedikit menghargainya. Dengan segera, ia langsung menerobos kerumunan dan mencari pria itu. Sayangnya ia tidak kunjung menemukannya.

Mencari Pieter seperti mencari kerang di padang hijau. Sangat sulit ditemukan.

Nicholaa membuka pintu yang berada di sudut ruangan. Tampaknya ruangan itu adalah ruang ganti karena terdapat sebuah lemari bermotif elegan dan cermin di dalamnya. Ia baru berjalan dua langkah ke tengah ruangan hingga tangannya ditarik secara tiba-tiba.

Nicholaa hampir memekik kaget sampai sebuah tangan besar membungkam mulutnya. Ia melebarkan mata saat melihat Pieter berada di hadapannya memberi isyarat untuk diam. Lemari itu sangat sempit untuk dua orang. Tubuhnya bahkan sampai menempel erat pada Pieter.

"Bapak ngapain disini?" bisik Nicholaa.

"Saya masih bingung cari toilet sampai mereka datang." Pieter menunjuk dua pasangan yang bercumbu hebat di tengah ruangan dengan dagunya. Lemari itu memiliki celah kecil yang menunjukkan pasangan muda-mudi tengah bercumbu seakan lupa diri.

"Terus kita harus tunggu sampai mereka selesai?"

"Iya, mau bagaimana lagi? Saya sungkan kalau harus menjeda kegiatan mereka. Apalagi mereka sekarang udah buka bukaan," gerutu Pieter.

"Sempit, Pak." Nicholaa bergerak tidak nyaman di tempatnya. Hidungnya bahkan menyentuh dagu Pieter dan hal itu membuat Nicholaa semakin merasa risih. Ia tidak pernah sedekat ini dengan pria sebelumnya. "Bapak geser sedikit."

"Saya juga sempit di sini, Anton," timpal Pieter kemudian menumpukan dagunya pada pucuk kepala Nicholaa. Kini, posisi keduanya benar-benar seperti berpelukan.

Nicholaa bisa mencium dengan jelas wangi badan Pieter. Pria itu cukup harum dibandingkan spesies pria lainnya yang tidak pernah membersihkan diri.

Lemari itu berdebu hingga mengganggu hidung Nicholaa. Ia bersiap-siap untuk menerima panggilan alam tersebut -bersin. Pieter yang melihat hal itu langsung melebarkan matanya panik. Seketika itu juga, Nicholaa bisa merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya dalam hitungan detik.

Pieter menciumnya!

WIN-LOSE SOLUTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang