TEN - BAD LUCK

18.4K 1.8K 14
                                    

Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja Nicholaa sudah tiba di tempat yang benar-benar asing baginya. Terima kasih banyak pada Karina yang sudah memaksanya ke tempat remang-remang, namun memiliki lampu berwarna-warni. Nicholaa tidak sebodoh itu sampai tidak tahu sebuah tempat di bumi yang bernama clubbing. Nicholaa kembali terjebak dengan Karina yang duduk di depan meja bar sambil menatap seorang cowok playboy yang tengah menari dengan Layla. Wajah Karina terlihat kusut masam seperti baju yang belum disetrika, sedangkan Nicholaa sudah tertidur lelap dengan liur yang mengalir dengan deras seperti air terjun. Walaupun bisingnya suara club, Nicholaa masih bisa tertidur dengan nyenyak. Ia sudah kerja lembur bagaikan kuda dan dipaksa ikut clubbing. Mau tidak mau, ia akan tidur di tempat itu, saking lelahnya.

"Nic!" panggil Karina gregetan.

Nicholaa mengusap ujung bibirnya yang basah. "Apa?"

"Lo orang pertama yang gue lihat tidur di clubbing."

"Gue capek banget. Mana besok gue harus ngantor pagi pagi, melayani si bos besar." Nicholaa mulai memberikan alasannya.

"Edan, Nic."

"Lo manggil gue cuma buat itu?" tanya Nicholaa yang merasa kesal karena tidurnya diganggu hanya untuk pertanyaan bodoh.

"Gue mau deketin Levin. Bantuin gue dong," ucap Karina dengan muka yang merenggut kesal sambil menatap tarian erotis keduanya.

Nicholaa mengikuti arah pandang Karina dan melihat seorang cowok tinggi tengah menari erotis dengan Layla di tengah ruangan. Ia tahu cowok itu. Namanya Levin Pratama. Menurut Nicholaa, ia adalah cowok paling playboy di kantor, padahal muka pas-pasan.

"Lo mau gue alihin perhatiannya Layla, biar lo bisa berduaan sama Levin?" tawar Nicholaa.

"Jangan dialihin perhatiannya," bantah Karina gregetan. "Kalau bisa si bitch itu dinuklir aja di toilet belakang. Gue rela."

"Lagi malas ngotorin tangan," timpal Nicholaa santai. "Jadinya mau gimana?"

"Yaudah, pake rencana lo aja," jawab Karina menggebu-gebu.

Nicholaa mengangguk pelan kemudian turun dari kursi tingginya. Ia berjalan menuju tengah ruang, lebih tepatnya ke arah Layla dan Levin. Nicholaa berpura-pura mabuk dan jatuh tepat ke arah Layla. Ia memeluk wanita itu erat dan bisa mencium bau rokok yang menempel pada baju Layla. Nicholaa tidak suka merokok, karena itu ia terbatuk sedikit saat mencium bau tersebut.

"What the fuck is this?" umpat Layla kesal.

Nicholaa mempraktekan bakat aktingnya dengan berpura-pura mabuk. Layla terus berusaha melepaskan diri darinya, namun Nicholaa malah memeluknya semakin erat. Karena dirasanya tidak terlalu berhasil, Nicholaa berpura-pura ingin muntah dan hal itu spontan membuat Layla panik setengah mati.

"Jangan muntah di baju gue!" teriaknya kesal. Dengan berat hati, Layla meninggalkan tengah ruangan sambil menopang tubuh Nicholaa. Ia berhasil menyibukkan Layla selama lebih dari sejam lebih. Nicholaa berusaha menahan tawanya saat mendengar Layla mengumpat dan bergumam tidak jelas. Wanita itu mengumpat seperti bajak laut dan omelannya terdengar seperti ibu ibu arisan.

Pada akhirnya, Layla menyerah mengurus Nicholaa dan memilih meninggalkannya di salah satu ruangan VIP. Saat dirasa Layla sudah pergi, Nicholaa segera bangun dari sofa dan menelepon Karina secepat mungkin. Namun yang ditemuinya adalah 20 panggilan tidak terjawab dari Pieter. Nicholaa tidak menghiraukan panggilan Pieter dan malah menelepon Karina.

Setelah beberapa panggilan, wanita itu menjawab panggilannya dengan suara yang tidak jelas dan melantur. Nicholaa langsung menyimpulkan bahwa Karina mabuk. Dan benar saja, saat ia kembali ke ruang utama, Nicholaa mendapati Karina tengah tertidur di meja bar dan terkadang tersenyum sendiri. Ia berlari menghampiri Karina dan mengguncang tubuh wanita itu berharap ia bangun, namun Karina tidak kunjung bangun dan malah melantur lagi.

Belum sempat Nicholaa memapah Karina, tiba-tiba saja tubuhnya dibalikkan secara paksa. Matanya langsung bertemu dengan tatapan amarah dari Layla.

"Lo nipu gue?" tanyanya dengan suara meninggi. Tiba-tiba saja Layla memecahkan botol kaca di meja bar hingga membuat semua orang di situ memperhatikan mereka.

Nicholaa meringis kecil kemudian menjawab, "Gue memang mabuk. Tapi efeknya udah hilang aja."

"Tujuan lo ngerepotin gue selama beberapa menit tadi itu apa?!" tanyanya kesal.

"Gue minta maaf," bisik Nicholaa yang malu karena ditatapi orang orang. Fix, Layla adalah wanita paling galak setelah ibunya.

"You fucking bitch!" umpatnya kesal.

"Kamu nggak perlu marah hanya untuk hal sekecil itu," gumam Nicholaa berhati-hati, namun malah semakin menyulut kemarahan Layla. Wanita itu langsung mendorongnya ke meja bar dan membuat wajah Nicholaa tergores serpihan kaca. Nicholaa meringis perih saat serpihan tersebut menggores pipi kanannya. Beruntung seorang satpam datang dan langsung menahan Layla yang semakin berapi-api. Sepertinya wanita itu sempat terpengaruh alkohol hingga bisa sebrutal ini.

Nicholaa mengusap pipinya yang tergores dan melihat darah segar mengalir di tangannya. Bagus sekali, ia mendapatkan kesan buruk saat pertama kali mendatangi club. Semua ini jelas terjadi karena si wanita iblis tanpa tanduk itu.

Nicholaa mengalihkan pandangannya ke arah lain dan terlonjak kaget. Jantungnya serasa ingin lepas saat melihat Pieter tengah berdiri dari kejauhan sambil menatapnya dan tersenyum.

Pria itu tersenyum! Dan senyumnya bukan pertanda yang baik.

WIN-LOSE SOLUTION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang