Skill

94 6 0
                                    

Author POV
Elena memacu kudanya melewati berbagai desa-desa kecil sepanjang sungai Bensill. Ia masih memikirkan pengalamannya tadi pagi, jelas saja Ia berbohong tentang kecurigaannya tentang si pembunuh itu.
Walau keluarganya berantakan, tak menghalangi dirinya untuk belajar, belajar bela diri adalah hal yang dilakoninya. Ia belajar dari seorang kakek tua yang tinggal di hutan dekat perbatasan kota Valder. Ia berpikir, jika suatu hari nanti Ia dapat kabur dari rumah, maka Ia bisa menjaga dirinya sendiri.
Dan memang benar, bahkan Ia menolong seseorang. Elena bukanlah tipe wanita yang peduli pada lingkungan sekitarnya, karena menurutnya dunia tidak pernah peduli padanya pada saat Ia mendapat penyiksaan dari kedua orang tuanya.

Ia terus memacu kudanya sampai siang telah terusir oleh sang petang.
Ia turun dari kuda dan mengikatnya pada sebatang pohon. Lalu dengan sigap membangun sebuah kemah darurat. Malam telah menelan dunia seutuhnya, hanya api kecil Elena yang menari-nari menerangi hutan. Pikiran Elena kembali melayang dalam khayalannya sendiri. Ingatanya kembali dihantui oleh kenangan tentang penyiksaan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, kakak laki-laki yang mencampakkannya begitu saja, dan semua kenangan-kenangan buruk.
Tiba-tiba suara gemerisik semak belukar menyetaknya kembali kealam nyata. Ia segera mengambil posisi siaga dan menghunuskan sebuah belati yang didapatnya dari sang guru.
Namun bukan binatang liar ataupun musuh, melainkan seorang pria dengan pakaian tempur terseok-seok kearahnya. Begitu pria itu berada tepat didepannya, pria itu ambruk.
Elena segera bangkit dan memeriksa pria itu, darah segar mengucur dari bahunya, wajahnya juga pucat. Dengan sigap Elena membuka baju zirah pria itu, yang sudah terkoyak, lalu mulai merawat luka pria itu.
"Semoga orang ini tidak mati." Harapnya dalam hati.
Malam telah berganti menjadi fajar. Namun belum ada tanda pria itu akan bangun, membuat Elena menjadi bimbang. Antara meninggalkan pria itu sendirian ditengah hutan, atau membawa pria itu bersamanya. Tapi bagaimana bisa Ia membawa seorang pria besar yang pingsan bersamanya? Sangat mustahil.

"Tidak ada pilihan lain." Gumamnya lelah.
Elena lalu menyisir sekitar hutan mencari tempat perlindungan yang aman.

Bingo! Serunya dalam hati, karena Ia melihat sebuah gua kecil tak jauh dari tempatnya berkemah. Daripada meninggalkan pria sekarat itu ditengah hutan, lebih baik Ia memindahkan tempat kemahnya kegua, selain aman, itu akan menghemat uangnya untuk penginapan.
Dengan susah payah, Ia menyeret pria itu kearah gua.

"Sebenarnya dia manusia atau batu? Berat sekali." Gerutunya.
Ia merebahkan pria itu didalam gua, dan kembali ke kemahnya untuk mengambil tas dan kudanya.

Dark Side Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang