Author POV
Hari ini adalah hari yang sangat sibuk, karena hari ini adalah hari ulang tahun King Aiden, dan King Aiden memilih untuk mengadakan pesta dansa di istana.
Pelayan sibuk berlalu lalang mempersiapkan pesta dansa yang akan dihadiri oleh bangsawan dari seluruh negeri, termasuk negara jajahan Darcosberg.
Malam sudah menyambut, tamu-tamu sudah memenuhi aula istana. Elena selalu setia menjaga King Aiden kini memakai sebuah gaun warna biru gelap, yang membuatnya tampil sangat elegan.
Ia bediri di pinggir lantai dansa, memperhatikan King Aiden yang sedang menerima tawaran dansa dari para putri bangsawan. Tugasnya hanya satu, yaitu menjaga keselamatan King Aiden.
"Kau tidak akan berdansa dengan sang raja?" Tanya Jendral Daniel.
"Siapa? Aku? Tidak. Mana mungkin aku pantas berdansa dengan sang raja. Aku hanya pengawal." Sahut Elena sambil meneguk minumannya."Kau tahu, aku berada disamping yang mulia raja sejak lama. Jadi aku tahu bagaimana suasana hatinya. Aku pikir, sang raja menyukaimu." Elena menoleh bingung kearah sang jendral muda.
"Mari ku buktikan, berdansa denganku didepan sang raja, dan lihat bagaimana reaksi beliau." Lanjutnya sambil menarik tangan Elena ke lantai dansa.
Elena pun tak menampik apa yang dikatakan jendral Daniel. Beberapa kali King Aiden sudah menunjukan perasaannya pada Elena, mulai dari menyapa, khawatir, hingga apapun, Elena selalu jadi prioritas utama sang raja. Namun karena Raja tak pernah menyatakan langsung, Elena tak mau menduga.Jendral Daniel tersenyum puas melihat ekspresi sang raja yang tidak tenang dalam pelukan seorang putri. Karena sekarang matanya tertuju pada sang Jendral yang sedang berdansa dengan Elena.
Sesuai dugaannya, King Aiden menyelesaikan dansanya dengan sang putri, lalu melangkah kearah mereka sekarang.
"Maukah kau berdansa denganku Elena." Kata sang raja, namun tindakan sang raja tak sesuai dengan kata-kata lembutnya. Ia menepis tangan jendral Daniel yang melingkar di pinggang Elena dan menggiringnya menjauhi jendral Daniel. Jendral Daniel tersenyum penuh arti dan keluar dari lantai dansa. Elena tertunduk selama dansanya dengan sang raja."Ada masalah Elena?" Tanya sang raja.
"Tidak yang mulia." Jawab Elena masih menunduk.
"Lalu kenapa kau menunduk? Kau tak nyaman?" Sang raja mulai khawatir.
"Hamba merasa tak etis jika seorang pengawal rendahan berdansa dengan sang raja." Sahut Elena jujur.
"Jangan pikirkan mereka, pikirkan saja aku. Ini perintah." Ucap King Aiden lembut, lalu membelai pipi Elena.
Setelah berdansa cukup lama, King Aiden menarik tangan Elena lembut keluar aula istana menuju taman istana. Suasana taman istana sangat sepi. King Aiden mengajak Elena duduk di bangku taman.
"Yang Mulia, tidakah sebaiknya kita kembali kedalam?" Tanyanya ragu."Tidak Elena, aku hanya ingin bersamamu." Jawab King Aiden dengan singkat, namun sungguh-sungguh.
"Maksud anda?" Namun bukan jawaban yang diterimanya. Tapi kepala Raja Aiden yang meneleng dan mendekat kearah bibir Elena, reflek Elena menjauhkan wajahnya.
"Maafkan hamba yang mulia, hamba sangat lancang." Ucapnya lalu meninggalkan raja Aiden sendirian.
"Apakah itu artinya kau tidak menyukaiku Elena?" Gumam raja Aiden kecewa.
Elena segera berlari kearah aula istana, namun bukan ke lantai dansa, Ia menuju ke pojok aula dimana minuman dan makanan ditempatkan.
Ia mengambil segelas wine dan meminumnya, lagi dan lagi.
Sampai kepalanya terasa pening. Ia berjalan gontai ke arah meja tamu dan duduk disana.
Ia terus mencegat pelayan yang lewat dan mengambil segelas wine lagi.
Sampai tangan besar merebut gelas wine ke empatnya.
"Wanita tak seharusnya minum sebanyak ini." Ucapnya.
"Kau tidak tahu apapun, jadi enyahlah." Jawab Elena sambil mengusap wajahnya dengan kasar."Ada apa denganmu?" Tanya pria itu.
"Kau tahu, bertahun-tahun aku menutup hatiku dari dunia, namun sekarang dunia sedang berusaha merusak tembok pertahananku." Jawab Elena meracau.
"Kemarilah. Berdansa denganku." Sahut pria itu dan menarik tangan Elena, Elena yang sedang dibawah pengaruh alkohol menanggapinya.
"Aku akan berdansa denganmu pria asing. Sepertinya aku pernah melihatmu." Ucapnya masih meracau.
"Mungkin saja, namun aku berharap kau tidak pernah bertemu denganku, karena aku sangat kejam." Sahutnya sambil terkekeh, tapi tersirat kebenaran dalam candaannya itu.
"Ngomong-ngomong soal kejam, orang tuaku pantas disebut kejam." Elena mulai menceritakan kekejaman orang tuanya, kakaknya dan hal yang tak pernah dikatakannya pada siapapun. Rahasia kelam tentang dirinya. Sambil berdansa dengan pria itu.
"Wow, tak kusangka kita punya beberapa kemiripan. Tapi kita belum berkenalan secara resmi. I'm Lord Marcus. Leader of the Beaufort Castle." Ucap pria itu.
"Nama yang gagah. Sama seperti wajahmu. Elena Wynter." Jawab Elena. Mereka masih terus berdansa mengikuti alunan musik, sampai King Aiden mengentakkan mereka berdua.
"Elena, bukannya kau seharusnya menjaga keamananku. Dan kau, jangan pernah mendekati milikku!" Desis King Aiden.
Marcus tidak menjawab, dan hanya membungkuk. Beaufort Castel adalah daerah jajahan Darcosberg yang berarti Beaufort harus tunduk kepadan Darcosberg dan King Aiden.Lord Marcus berjalan keluar istana dan memacu kudanya kembali pulang.
Di kastil kecilnya, Ia tak banyak bicara meski para pelayan, pengawal dan kapten Travis menyapanya.
Ia segera berjalan kedalam kamar, melepas jubah hitamnya, meletakkan pedang dan melepaskan mahkota kecil yang setia bertengger dikepalanya sejak lama.
"Elena Wynter." Gumamnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Of The Moon
General FictionHal terbaik menjadi anak kecil? Kepolosan dan kebebasan yang mereka miliki. Menangis? Tertawa? Marah? Mereka luapkan tanpa rasa takut, batasan mereka hanyalah orang disekeliling mereka. Namun bagi seorang manusia dewasa, bahkan perasaan mereka sendi...