Not A Monster

60 5 0
                                    

Author POV
Elena sedang melatih pasukan wanitanya seperti biasa. Ia sangat puas dengan kemajuan yang di tunjukan oleh pasukannya. Tak jauh dari tempat mereka berlatih, pasukan pria sedang berlatih dipimpin kapten Travis dan Lord Marcus.
Elena tak habis pikir, bagaimana bisa Lord Marcus bisa menggerakan daerah pimpinannya untuk membelot dari Darcosberg. Karena penasaran, Elena sempat melakukan penyelidikannya sendiri, dengan menyamar dan pergi ke pusat kota. Ia berpura-pura ikut duduk berbaur dengan masyarakat yang sedang berbincang-bincang, yang kebetulan sedang membicarakan Beaufort Castle.

"Kau tahu, walaupun kita daerah kecil, kita tak perlu bergantung apalagi bergabung dengan kerajaan seperti Darcosberg." Ucap salah satu pria sambil meneguk minumannya.

"Benar! Lord Marcus saja sudah cukup. Walaupun aku tidak begitu menyukainya." Sahut pria disebelahnya.

"Hey jaga bicaramu Brad, jika bukan karena Lord Marcus, kita sudah mati kelaparan." Ucap wanita pemilik kedai sambil meletakkan cawan minuman didekatku.

"Kenapa kau bisa mengatakan hal itu bibi?" Elena berpura-pura penasaran. Atau memang penasaran.

"Kau tidak tahu sayang? Lord Marcus membebaskan Beaufort dari para perompak dan viking. Dan dia juga tampan." Jawab pemilik kedai itu berbinar.

"Jangan lupa Ia juga membunuh ayahnya dan kakakknya, juga membuang ibunya." Cibir pria bejenggot lebat yang duduk tak jauh dari mereka.

"John, jika bukan karena Lord Marcus. Kau sudah mati kelaparan karena viking itu bukan?" Pemilik kedai membela Marcus lagi.
"Yeah benar. Aku tidak peduli jika dia menentang Tuhan sekalipun. Selama Lord Marcus memperhatikan kesejahteraan kita. Aku akan selalu mendukungnya. Dan sumpahku selalu setia padanya." Ucap pria bernama John itu lalu mengangkat gelas minumannya diikuti oleh seluruh pengunjung kedai.
Elena tersenyum melihat hal itu, terpana akan kesetiaan rakyat yang masih berada ditangan Lord Marcus.
Hari semakin larut, hanya tinggal John dan gerombolannya mengelilingi api unggun, Elena ikut bergabung.
"Hey nona, apa kau tidak pulang?" Tanya pria bertubuh ceking disebelah Elena.
"Tidak ada yang bisa kusebut rumah tuan, jalanan adalah tempat dimana aku menjalani hidupku." Jawab Elena acuh.
"Aku baru tiba disini, dan cerita kalian tentang Lord kalian itu membuatku penasaran. Bisa kalian ceritakan lebih padaku?" Tanya Elena, sambil berharap.
"Kau beruntung nona, aku adalah mantan pelayan kastil Beaufort. Aku akan menceritakan kisah tragis kastil Beaufort kepadamu secara gratis." Ucap pria tua disamping John sambil tertawa bangga.

"Kau baik sekali tuan." Puji Elena, namun dalam hati, Ia menahan perutnya yang mual dengan sikapnya sendiri.

"Lord Marcus adalah putra kedua dari Lord Hendrick. Lord Hendrick mempunyai 2 putra dan 1 putri.
Lord Hendrick adalah pria yang haus akan kekayaan dan kekuasaan, walaupun wilayah kekuasaannya kecil, Ia terus memeras kami dengan pajak tinggi, sama seperti istrinya yang haus akan harta dan gaya hidup yang glamour. Putra pertamanya, Lord Sebastian kukira akan lebih baik dari ayahnya. Ia pria yang memakai topeng, munafik, dan juga licik." Pria itu berhenti sejenak, dan meneguk minumannya.
"Ia juga sering melecehkan para gadis, tidak peduli dengan statusnya. Ia juga melecehkan putriku." Lanjutnya dengan tatapan benci. Lalu John menepuk pundak kawannya itu.

"Lord Marcus, pria polos dan pendiam, tidak tertarik dengan politik sama sekali, Ia lebih tertarik dengan buku dan musik, sama seperti kakeknya, pemimpin hebat yang pernah kuketahui, Lord Edmund. Tentu saja pemimpin iblis tidak menyukai bahwa anaknya seorang malaikat. Mengakibatkan kesenjangan kasih sayang pada kedua bersaudara itu. Lord Marcus hanya menjadi pelampisan kedua pria itu, lambang dari segala penghinaan dan aib.
Lalu ada sang putri, Irene. Hah.. putri yang cantik, ramah dan lambang dari segala kebaikan. Yang malang nasibnya dijemput oleh kematian, karena mencintai orang yang salah." John mengakhiri ceritanya sambil menambahkan kayu ke api unggun.

"Lalu anda menyinggung soal Lord Marcus yang membunuh ayah dan kakaknya?" Tanya Elena semakin penasaran.

"Aku tidak tahu kenapa. Tapi semua manusia memiliki batas kesabaran bukan? Mungkin Lord Marcus mencapai batasnya. Dan membunuh dua bedebah itu. Walaupun itu sangat tak manusiawi dan dengan segala reputasi buruk Lord Marcus di medan perang, tapi aku yakin Ia melakukan segala yang Ia bisa lakukan untuk melindungi Beaufort kami." Ucapnya sambil menerawang ke arah api unggun.

Elena hanya diam tak menanggapi cerita itu. Ia yakin, segala reputasi buruk yang didengar saat Ia masih di Darcosberg sebenarnya hanya ilusi yang dipakai Marcus untuk menutupi kelemahannya.

"Satu hal yang kusuka dari Lord Marcus, Ia tak pernah menyakiti perempuan. Atau apa sebenarnya Ia mempunyai kelainan?" Ucap si pria ceking tertawa renyah.
Elena hanya diam sambil mengutak atik bara api yang ada didepannya. Hal ini semakin membulatkan tekadnya untuk membantu Marcus dan membuat hatinya semakin mencintai Marcus.

Dark Side Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang