Author POV
Latihan berjalan seperti biasa pagi itu. Elena melaksanakan tugasnya seperti biasa.
Namun tanpa Lord Marcus hari ini, karena Ia harus menghadiri pertemuan para pemimpin di istana Darcosberg. Itu sudah 2 minggu sejak Lord Marcus pergi.
Elena sedang melatih pasukannya memanah, sambil memegang roti yang sudah terkoyak. Itu adalah roti ke empat pagi ini yang dibawakan oleh Grace."Nona, selera makanmu meningkat beberapa hari ini." Canda Grace.
"Kau benar, rasanya aku merasa sangat lapar. Juga pusing." Ucapnya sambil memegang kepalanya.
"Anda sebaiknya istirahat nona." Sahut Grace khawatir.
"Hmm mungkin se.." belum sempat menyelesaikan ucapannya, Elena ambruk, syukurlah kapten Travis yang berdiri disamping Elena segera menangkapnya, sebelum tubuh langsingnya mendarat kasar di rumput.
Tabib segera mengerumuni tubuh Elena yang terbaring pingsan di ranjangnya, Grace meminta kapten Travis untuk menyusul Lord Marcus ke Darcosberg.
"Grace, sebenarnya siapa wanita ini? Apa Ia memiliki hubungan khusus dengan Lord Marcus?" Tanya salah satu tabib.
"Kenapa kau bertanya hal pribadi tentang Lord Marcus?" Grace bertanya dengan ketus.
"Bukan maksudku seperti itu Grace, tapi wanita ini hamil." Tabib itu menjawab, dan jawaban yang membuat Grace terkejut bukan main.
"Apa maksudmu dengan hamil? Nona Elena? Hamil?" Ulang Grace.
"Itu yang kukatakan wanita tua." Tabib itu menggeleng kesal.
"Kau jangan pernah katakan hal ini pada siapapun, jika sampai hal ini tersebar, maka panahku akan menyapamu terlebih dahulu." Ancam Grace, walaupun ia sudah tua, tidak ada orang di Beaufort yang berani meremehkan kemampuannya.
"Baiklah, aku akan merahasiakan ini. Aku bersumpah. Sudahlah, berikan saja ini padanya saat Ia bangun nanti." Ucap tabib itu dan melenggang pergi.
Grace menatap bingung kearah Elena. Apa yang harus dikatakannya pada Lord Marcus nanti.
Baru saja akan beranjak, gumaman Elena menghentikan langkah Grace."Nona, istirahatlah saja dulu." Ucap Grace lembut.
"Apa yang terjadi padaku Grace?" Tanya Elena dengan suara lemah.
"Apa anda yakin ingin mendengarnya sekarang? Aku hanya takut anda terkejut." Ucap Grace khawatir.
"Trust me, I've heard lot more worse" jawab Elena sambil terkekeh.
"Anda pernah bersentuhan dengan Lord Marcus, maksudku secara intim?" Tanya Grace hati-hati
Membuat tubuh Elena mendadak tegang. Keringat dingin menetes dari pelipisnya."Sebenarnya apa yang terjadi Grace? Apa aku.."
"Anda hamil nona.." lanjut Grace dengan helaan nafas.
"Hamil?" Sebuah suara berat yang berasal dari arah pintu mengejutkan mereka berdua.
"Apa maksudnya Elena hamil?" Tanya Marcus menatap Grace tajam.
"Nona Elena pingsan saat latihan, jadi tabib memeriksanya. Dan tabib mengatakan nona Elena hamil." Jawab Grace sambil menunduk.
"Keluar!" Teriaknya pada Grace, setelah wanita tua itu keluar dari kamar, Ia beralih pada Elena yang sudah ketakutan.
Marcus melepas jubah hitamnya dan meletakkan mahkota peraknya di ranjang lalu mendekati Elena.
Menaikkan dagu wanita itu, mengunci manik matanya. Ia melihat mata wanita itu sudah berkaca-kaca.
Lalu dengan lembut Ia mengecup bibir Elena, membuatnya terkesiap, namun menerima ciuman Marcus."Kau benar-benar mengandung anakku saat ini?" Tanya Marcus lembut.
"Aku rasa begitu." Elena menjawab dengan bisikan.
Marcus memeluk tubuh mungil Elena dengan erat."My Lord, anda tidak marah?" Tanya Elena bingung.
"Untuk apa aku marah. Ini adalah kebahagiaan terbesarku." Jawab Marcus diiringi tawa bahagia.
Ia melepas pelukannya, lalu beranjak dari kamar Elena.
Beberapa saat kemudian Ia kembali membawa sebuah kotak kecil."Aku tahu harusnya melakukan ini lebih awal. Tapi, Elena Wynter, maukah kau memberikan kehormatan terbesar padaku, menjadikanmu sebagai permaisuriku?" Tanya Marcus sambil bersimpuh didekat ranjang. Membuat Elena tidak bisa berkata-kata.
Ia hanya bisa mengangguk, seiring air mata bahagia mengalir membasahi pipinya yang kini merona.
Marcus lalu memasangkan cincin dengan batu berwarna biru itu ke jari manis Elena lalu memeluk tubuh mungil Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Of The Moon
General FictionHal terbaik menjadi anak kecil? Kepolosan dan kebebasan yang mereka miliki. Menangis? Tertawa? Marah? Mereka luapkan tanpa rasa takut, batasan mereka hanyalah orang disekeliling mereka. Namun bagi seorang manusia dewasa, bahkan perasaan mereka sendi...