Worried

62 7 0
                                    

Author POV
Lord Marcus berjalan kesana kemari dengan gelisah, karena sampai larut malam seperti ini, Elena tidak dilihatnya dimanapun.
Seluruh prajurit mendapatkan kemurkaannya sebab mereka tak tahu dimana Elena. Namun Grace, yang sedari tadi memperhatikan tuannya dengan seburat senyuman penuh arti, membuat kapten Travis mengkerut bingung.

"Hey wanita tua, apa karena kau selalu berada di samping orang gila, kau tertular? Lord sedang murka dan kau malah tersenyum?" Tanyanya bingung.

"Hamba tahu, itu hanya kamuflase tuanku. Lord Marcus sebenarnya sangat mengkhawatirkan nona Elena." Jawab Grace tanpa menghilangkan senyumnya.

"Maksudmu, pangeran kegelapan didepanku ini akhirnya melirik wanita? Huh. Kukira dia tidak normal." Gumam kapten Travis sambil mengelus dadanya.

"Hamba juga bersyukur. Akhirnya setelah sekian lama, Lord Marcus membuka hatinya kepada orang lain." Sahut Grace sambil berlalu pergi.

"Travis!" Teriakan Lord Marcs membuat pemuda itu tersentak dan buru-buru menghampiri tuannya itu.
"Siapkan kuda, kita akan mencarinya!" Titah Marcus dan langsung dijawab oleh anggukan.
Namun baru saja hendak beranjak, ringkikan kuda yang masuk ke halaman kastil mengalihkan perhatian keduanya. Elena dengan santai mengikat kudanya dan melenggang kedalam kastil. Membuat Marcus menatap wanita itu dengan tatapan maut.

"Dari mana saja kau?!" Teriaknya murka namun cemas.
"Oh, aku baru saja dari kota. Untuk menghilangkan rasa bosan. Ada masalah?" Ucap Elena datar.

"Kau tahu ini sudah tengah malam. Aku kha.." omelan Marcus menggantung. Membuat Elena menaikan salah satu alisnya.

"Aku khawatir kau melalaikan tugasmu sebagai kapten pasukan." Lanjut Marcus gusar.

"Aku pergi saat sesi latihan berakhir. Tidak ada kelalaian disini." Sahut Elena tak acuh, lalu melenggang kekamarnya.

Travis memandang pimpinannya yang sedang murka itu, memilih untuk menjauh agar Ia tidak dijadikan bahan amukan.

Marcus menyusul Elena kedalam kamarnya. Menendang pintu kamar Elena, membuat wanita itu terkejut. Elena hendak melayangkan protes sebelum pelukan Marcus membungkamnya.

"Kau bodoh! Selalu saja membuatku khawatir." Bisik Marcus membuat pipi Elena bersemu merah, namun tersamarkan oleh gelapnya malam.

"Aku hanya kekota, sungguh." Jawabnya menenangkan Marcus.
Marcus tak menjawab dan terus memeluk Elena. Wanita itu membiarkan pemimpin bengis itu mendekap tubuhnya dengan tenang.

Dark Side Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang