Nightmare

74 8 0
                                    

Masa lalu bisa saja mengejar layaknya hantu.
Kecuali jika kau bisa menghadapinya
-N
.
.
.
.
.
.
Elena POV
Aku beringsut ketakutan dibawah ranjangku ketika suara langkah kaki berat terdengar mendekat kearahku.
"Disini kau rupanya anak bodoh. Buatlah dirimu berguna untukku." Suara pria brengsek itu bagai nada kematian untukku.
Tangan besarnya membantingku ke ranjang dan mulai melucuti pakaianku. Aku berteriak sejadinya, meronta dan memohon agar Ia tidak melakukannya, mengingatkan siapa sebenarnya aku, meminta tolong kepada pria muda yang berdiri di seberang kami, pria muda yang harusnya melindungiku. Namun aku salah, pria itu, kakakku hanya menatapku saat aku dilecehkan oleh pria yang harusnya menjadi panutanku, pemimpin bagi keluarga kami. Tapi pria pemabuk ini, ayahku telah melecehkan anaknya sendiri. Aku.

Keringat bercucuran dari dahiku saat diriku tersentak dari mimpi buruk itu. Mimpi yang kuharap hanyalah mimpi belaka, bukan ingatan yang selalu menghantui. Membuat hatiku kembali meraung kesakitan karena perihnya pengalaman itu.
Aku terduduk di ranjang, menatap tubuhku yang hanya terbalut selimut beludru tanpa mengenakan sehelai benangpun, gerakanku membuat pria disebelahku yang juga tak memakai sehelai pakaianpun terbangun dari tidurnya dan menatapku khawatir.
"Ada apa?" Tanyanya dengan suara serak, khas seseorang yang baru terbangun dari tidurnya.

Aku tidak menjawab dan langsung memeluknya, menangis dalam dekapannya.
Ia melingkarkan lengan kekarnya pada tubuku sambil mengelus puncak kepalaku.

"Apa kau menyesalinya?" Bisik pria itu. Aku hanya bisa menggeleng.

"Lalu apa yang terjadi?" Tanyanya sambil menangkup wajahku dan mengunci manik mataku.

"Kau hanya akan memandangku dengan jijik jika aku mengatakannya." Bisikku dengan suara bergetar.
Aku memang takut, jika Ia mengetahui apa yang terjadi padaku dulu, Ia akan menghinaku dan membuangku seperti orang lain.

"Try me." Jawabnya, sambil tersenyum miring. Ia membalasku dengan kalimat yang kulontarkan padanya tadi.
"Saat aku masih kecil, aku.. aku pernah dilecehkan oleh ayahku sendiri.. aku.. aku.. bukan.. wanita suci.. seperti yang kau pikirkan." Isakku terbata.

Kudengar Marcus hanya menghela nafas.
"Semua orang memiliki masa lalu, kita tidak boleh menghakimi seseorang karena masa lalunya kan? Aku juga memiliki masa lalu yang kelam. Tapi kau memilih untuk mengabaikannya." Ucapnya sambil mengelus puncak kepalaku.

"Kau tidak jijik padaku?" Tanyaku tak percaya.

"Kau wanita paling sempurna yang pernah kutemui. Cintamu padaku yang begitu besarlah yang membuat dirimu suci." Jawabnya lembut lalu mengecup keningku.
Aku kembali memeluk dadanya yang bidang dengan erat. Ia lalu mendorongku pelan dan menindihku lagi. Ia menatapku seolah meminta persetujuanku untuk melakukannya lagi, aku mengangguk sebagai jawabannya. Membuatnya menyatukan tubuh kami untuk kedua kalinya, aku menikmati setiap sentuhan yang Ia berikan padaku. Aku merasa aman dan tidak kesepian saat didekatnya.
Ia memangut bibirku sambil menatapku dengan lembut.
Aku tahu matanya bagai meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan aku percaya padanya.

Dark Side Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang