Training

73 7 0
                                    

Goresan pisau dapat sembuh dengan cepat
Namun tusukan sebuah jarum yang berulang akan membekas selamanya
-N
.
.
.
.
.
Author POV
Pagi-pagi sekali Elena sudah terbangun, mempersiapkan diri, memakai pakaian tempur dan berjalan area latihan.
Inti rencana Lord Marcus adalah penyerangan istana saat keadaan sedang lengah. Ia membutuhkan Elena agar pasukan Lord Marcus mengetahui istana secara luar dan dalam.
Elena menyanggupinya. Bagaimanapun, dan entah kenapa hati Elena telah berlabuh pada Lord Marcus sejak hari dimana mereka berdansa bersama.

Permintaan Elena hanya satu, mengikutsertakan para wanita sebagai prajurit. Karena wanita sangat jarang menjadi mata-mata, dan itu bagus unuk penyamaran ke istana.
Dan disinilah Elena, berdiri didepan segerombolan gadis-gadis yang ketakutan. Elena tidak peduli bagaimana cara Lord Marcus mendapatkan gadis-gadis ini.
Tapi Elena harus memperbaiki ini semua, jika Ia melatih mereka dibawah tekanan, besar kemungkinan mereka akan membelot.

"Sebenarnya aku malas menggunakan pendekatan yang lembek. Tapi ini demi kelancaran rencana." Batinnya sambil menggeleng lemah.

"Baiklah, selamat pagi. Aku Elena Wynter, aku disini tidak akan menghukum mati kalian. Jadi kalian tidak usah takut. Santai saja." Ucap Elena dengan suara lembut yang dipaksakan. Perlahan ketegangan gadis-gadis itu menghilang.

"Jadi aku akan bertanya pada kalian. Sebagai wanita, apakah kalian senang jika direndahkan? Dihina?" Ucapnya dengan lantang.
Gadis-gadis itu menggeleng.

"Jawab!!!" Teriak Elena dengan keras.

"Ti-tidak." Jawab gadis-gadis itu kembali ketakutan.
Ini akan sulit. Batinnya menggerutu.

"Aku meneriaki kalian, bukan karena aku marah. Jika kalian tidak ingin direndahkan, dihina, dilecehkan. Kalian harus tegakkan kepala kalian! Jangan menunduk! Jangan tunjukan kelemahan kalian! Jawab pertanyaan dengan tegas! Lihat mata lawan bicara kalian!" Ucap Elena dengan keras.
Gadis-gadis itu mulai menegakkan kepala mereka.

"Aku ingin bertanya tentang pendapat kalian." Ucap Elena, mendekati salah satu gadis yang berada dibarisan depan.

"Siapa namamu?" Ucapnya datar.

"Alice, miss." Ucapnya sambil menatap mata Elena.

"Bagus sekali Alice. Aku ingin bertanya. Bagaimana pendapatmu tentang kerajaan Darcosberg?" Tanya Elena.
"Jangan takut, jawablah." Lanjutnya.
"Aku tidak suka miss, karena sejak Beaufort jadi daerah Darcosberg, pajak kami menjadi lebih tinggi. Dan prajurit mereka sering menghina dan merendahkan kami. Aku ingin Beaufort bebas. Walaupun Lord Marcus orang yang kejam, setidaknya dia memikirkan masyarakatnya." Ucapnya dengan tatapan benci.

"Kalian ingin Beaufort lepas dari bayang-bayang Darcosberg?" Tanya Elena pada gadis-gadis didepannya.

"Iya miss!" Jawab mereka serempak.

"Bagus! Sekarang aku minta kalian berjuang untuk diri kalian, untuk Beaufort kalian! Karena jika bukan kalian, tidak akan ada yang membantu kalian!" Ucap Elena dengan lantang, diiringi sorak para gadis didepannya.

Sesi latihanpun dimulai. Mulai dari latihan bela diri, memanah, pedang, tombak. Hingga pertarungan tangan kosong diajarkan oleh Elena kepada gadis-gadis ini.
Ia mengajarkan mereka untuk tak kenal ampun pada musuh, dan tanpa keraguan. Dan hasilnya tak mengecewakan.

Malam harinya, kegelisahan melanda Elena. Ia memakai pakaian tempur dan berjalan ke area latihan.
Ia berlatih pedang seorang diri, sampai melampaui batas ketahanan tubuhnya. Peluh bercucuran dari pelipisnya. Ia berbaring di rumput dan menatap jauh kearah langit yang dipenuhi bintang-bintang.
Seseorang bergabung disebelahnya, Lord Marcus.

"Kau tahu, dulu adik perempuanku selalu mengajakku ke menara kastil dan memperlihatkan bintang-bintang padaku. Katanya, jika melihat bintang jatuh, kau bisa berdoa dan doamu akan terkabul." Ucapnya.

"Lalu?" Sahu Elena sedatar mungkin, Elena selalu tidak bisa mengendalikan dirinya disekitar Marcus.

"Ayahku menghukum mati adikku, karena Ia mencintai seorang prajurit. Ayahku menentangnya karena Pria brengsek itu sudah menjodohkannya dengan Prince Aiden, I mean King Aiden." Gumamnya sambil menerawang jauh keatas sana.

"Lalu, tiada hari aku lewatkan tanpa berdoa kepada bintang jatuh agar adikku dapat hidup kembali dan ayahku mendapat hukuman setimpal." Lanjutnya.

"Tapi aku sadar, bintang tak akan bisa menolong. Tapi tindakan akan membuat ayahku dihukum. Aku menghukumnya." Ucapnya sambil menutup mata dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Elena terdiam. Selama bersama Marcus, Ia telah melihat kekejaman Marcus, baik di kastil maupun di medan peperangan. Tapi hari ini, Ia melihat Marcus yang lemah, Marcus yang terluka. Sama seperti dirinya, Marcus membangun penghalang disekitar dirinya untuk menutup diri dari orang lain.
Perlahan Elena menggenggam tangan Marcus dengan erat. Berusaha menguatkan Marcus melewati setiap rasa sakit yang dialaminya.
Marcus bangkit dari tidurnya.

"Aku akan masuk kedalam. Kau istirahatlah." Ucapnya dan berlalu pergi. Meninggalkan Elena yang menatap nanar punggung tegap itu.

Dark Side Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang