Author POV
"Dimana Lord Marcus?!" Seorang pria berteriak kasar didepan sepasukan prajurit yang terluka. Seluruh prajurit itu menunduk, tak berani memandang mata pemimpinnya yang marah."Bodoh! Harusnya kalian menjaga keamanan Lord Marcus!" Makinya berang.
Seorang pria berbaju zirah mendekati pria marah tadi.
"Tuan, saya tidak bisa menemukan Lord Marcus, jika beliau gugur, seharusnya kita bisa menemukan mayatnya." Ucapnya."Kau sudah menyusup ke perkemahan musuh?" Tanya pria marah itu, sambil menahan diri agar tidak mengamuk.
"Saya sudah mengirim mata-mata untuk menyusup ke perkemahan musuh. Namun kami tidak menemukan Lord Marcus dimanapun." Sahut pria itu.
"Hanya takdir yang tahu dimana dia sekarang." Gumam pria itu sambil mengusap wajahnya kasar.
Elena sedang memanggang daging buruannya di bara api. Baru saja Elena akan menggigit makan malamnya, sebuah erangan mengusik telinganya.
Pria yang sudah pingsan selama 2 hari itu akhirnya terbangun."Wow, tuan jangan paksakan diri anda. Anda terluka cukup parah." Ucapnya sambil menahan pria itu.
"Dimana aku?" Tanyanya.
"Anda ada di hutan antah berantah, menurutku ini ada di hutan perbatasan Darcosberg dan Darron"
Sahut Elena."Aku harus kembali kepada pasukanku." Ucapnya terbata, lalu mengerang, darah kembali mengotori perban di pundaknya.
"Sudah kukatakan, jangan banyak bergerak. Luka anda bisa terbuka lagi." Ucap Elena kesal.
Elena lalu keluar dari gua dan mengambil daging panggang dan segelas air."Makanlah dulu." Lanjut Elena sambil menyerahkannya kepada Pria itu.
"Terimakasih." Ucapnya singkat. Lalu memakan daging panggang itu.
Setelah itu suasana hening, Elena bisa mengerti bahwa pria itu butuh istirahat. Jadi Elena juga memilih diam.
Dua hari kemudian, ketika Elena terbangun karena suara berisik burung hutan, Ia mendapati pria itu sudah menghilang, dan meninggalkan baju zirahnya yang rusak.
Elenapun tak punya alasan lagi tinggal di gua itu dan memilih berkemas lalu memacu kudanya menuju ibukota Darcosberg.
Ia belum pernah meninggalkan Valder sebelumnya, tak ayal suasana ibukota membuatnya tertegun. Kondisinya tak berbeda jauh, namun keramaian kotalah yang menjadi perhatiannya. Namun bukan itu tujuannya pergi kesini, Ia kesini ingin mencari pekerjaan dan memulai hidup baru.
Ia mengelilingi pasar ibukota sampai malam tiba. Karena kelelahan Ia memilih untuk beristirahat di sebuah Bar. Walaupun Ia tidak menyukai bau alkohol, Ia lebih tidak menyukai suasana yang sepi.Malam semakin larut ketika Elena berjalan keluar. Tiba-tiba sebuh belati melayang kearahnya, dengan cepat Ia menangkis belati itu dengan tasnya, yang berujung pada robeknya tas itu.
Ia lalu menoleh kearah pelaku. Pelaku memakai cadar hitam dan pakaian serba hitam, pedang tajamnya sudah terhunus.
Kota ini sama saja, mempedulikan diri sendiri dari pada keselamatan orang lain. Batinnya merutuki.
Ia mengeluarkan belati dari tasnya yang sudah rusak dan menghunusnya.
Pelaku mulai menyerang kearah Elena, dengan sekuat tenaga Elena menangkis pelaku.
Namun Elena bukan tandingan si pelaku, Elena ambruk dengan pedang yang terhunus dilehernya."Apa semua orang sebusuk ini? Merampok wanita demi keuntungan sendiri?" Umpatnya dengan kesal, lalu memejamkan mata, mengira dirinya akan mati.
"Sudah kuduga ini kau, nona penyelamat." Ucap Si pelaku lalu membuka cadarnya.
"Tuan?" Elena sangat bingung."Syukurlah kita akhirnya bertemu lagi, ayo ikut aku." Ucapnya sambil menarik berdiri Elena.
"Kita akan kemana?" Tanya Elena lalu memasukan belatinya.
"Bertemu seseorang." Jawab pria itu singkat.
Mereka memasuki sebuah bangunan besar melalui sebuah pintu rahasia.
Lalu menelusuri lorong yang berujung pada sebuah ruangan yang terang, didalamnya tampak Pria muda dengan setelan rapi serta mahkota bertengger diatas kepalanya."Ah nona penyelamat, akhirnya kita bertemu." Sapanya dengan ramah. Elena yang sadar lalu bersujud.
"Ampun yang mulia raja, hamba bodoh tidak tahu jika itu anda." Ucapnya sambil menunduk.
Walaupun Elena tidak pernah keluar Valder, Elena tidak bodoh, sampai tidak mengetahui bahwa orang yang memakai mahkota didepannya ini adalah raja.
"Oh tidak nona penyelamat. Kau menyelamatkan nyawaku saat itu, jadi aku sangat berterimakasih." Ucapnya sambil tertawa ramah.
"Aku ingin kau bekerja sebagai pengawal pribadiku, karena aku membutuhkan seseorang sepertimu." Lanjutnya.
Elena menganga, pengawal pribadi Raja, dia bercanda. Namun perbekalan Elena semakin menipis, membuatnya menimbang-nimbang tawaran itu."Baiklah yang mulia, hamba akan menjalankan titah anda." Sahutnya kemudian.
"Bagus! Sekarang bangunlah." Seru King Aiden dan mengangkat bahu Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Of The Moon
General FictionHal terbaik menjadi anak kecil? Kepolosan dan kebebasan yang mereka miliki. Menangis? Tertawa? Marah? Mereka luapkan tanpa rasa takut, batasan mereka hanyalah orang disekeliling mereka. Namun bagi seorang manusia dewasa, bahkan perasaan mereka sendi...