Elena POV
Seminggu setelah Marcus melamarku, disinilah aku sekarang, di aula kastilnya, dipenuhi oleh masyarakat Beaufort, menyaksikan janji suci antara aku dan Lord mereka.
Aku resmi menjadi pasangan Lord Marcus saat Ia memakaikan cincin di jariku, aku resmi menjadi Lady of the Beaufort setelah pastur memakaikan mahkota kecil di kepalaku. Diiringi sorakan doa oleh masyarakat Beaufort.
Aku tidak melihat banyak bangsawan yang datang, karena Beafort adalah daerah terluar Darcosberg. Walaupun Beaufort memiliki segudang kekayaan.
Aku menghampiri John dan gerombolannya yang sedang menikmati wine dan makanan yang tersedia."Aku senang paman bisa datang." Sapaku pada mereka, dan langsung mendapat tatapan kaget dan bungkuk hormat dari mereka.
"Selamat untuk anda my Lady, maafkan kami yang bersikap tidak sopan saat kami bertemu anda dulu." Ucap John.
"Tidak apa-apa paman. Jangan bersikap begitu formal padaku. Aku masih gadis jalanan yang dulu." Ucapku terkekeh.
"Aku tidak mengenali anda, karena penampilan anda yang begitu sederhana. Aku tidak menyangka, anda adalah Elena Wynter yang tersohor." Ucap Brat sambil meneguk wine nya. Aku hanya tersenyum simpul.
"Begitu tahu bahwa anda adalah Lady kami. Kesetiaan kami kepada Beaufort Castle semakin besar. Karena kami tahu apa yang kalian perjuangkan untuk kami." Lanjut Brat.
"Benarkah itu paman?" Tanyaku tak percaya.
"Benar, pasukan kami menawarkan kesetiaan kami pada Beaufort castle. Walaupun kami hanya sekelompok preman. Kami ingin berguna bagi Beaufort castle." Sambung John sambil menghunus belatinya dan menyilangkannya di depan dada.
"Terimakasih paman, aku sangat menghargainya. Nikmati acaranya. Aku permisi dulu." Ucapku ketika melihat Marcus melambaikan tangan memanggilku.
"Semoga anda selalu dilimpahkan kebahagiaan." Ucap mereka bersamaan sambil membungkuk hormat. Aku hanya tersenyum dan menunduk sekilas.
Aku mendekati Lord Marcus dan Ia langsung melingkarkan lengannya di pinggangku.
"Siapa mereka my Lady? Apakah mereka lebih menarik daripada suamimu ini?" Tanyanya dingin.
"Aku kebetulan bertemu dengan mereka di kota. Saat itu mereka sedang membicarakan tentang Beaufort jadi aku penasaran." Ucapku datar, sambil menatap kearah kerumunan tamu.
"Membicarakan seperti apa?" Tanyanya lagi.
"Yah mereka saling melempar pujian pada Beaufort castle, terutama padamu. Karena telah membuat kehidupan di Beaufort lebih sejahtera. Pria gemuk berjenggot lebat itu bahkan bersumpah setia padamu." Jawabku, kulirik suamiku itu yang sekarang sedang menampakkan seringai bangga.
Namun seringaian itu berubah menjadi tatapan seolah Ia sedang terganggu. Aku mengikuti arah pandangannya dan disana tampak seseorang yang kukenal, Jendral Daniel.
"Kau mengundang orang dari istana?" Tanyaku mengerutkan dahi.
"Tentu saja, aku bisa dihukum mati jika tidak mengundang king Aiden dan gerombolannya. Tapi sepertinya Ia tidak datang. Hanya anak anjingnya yang datang." Jawab Marcus sinis.
"Lord Marcus, selamat atas pernikahan anda. Dan selamat untuk anda My.." ucapannya terputus saat memandangku, kurasa Ia tidak tahu bahwa pengantinnya adalah aku.
"Elena?" Ucapnya ragu.
"Jendral Daniel. Terimakasih sudah datang." Kataku dengan formal dan datar."Bagaimana bisa?" Tanyanya.
"Bukan urusan anda." Jawabku datar.
Ia lalu menatapku dengan pandangan tidak enak, dan melirik Marcus sejenak.
"Maafkan aku yang lancang ini, sekali lagi selamat untuk kalian berdua" Ucapnya kemudian dan beranjak pergi.
Ada apa dengannya?
Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Aula sudah kosong, karena tamu sudah pulang. Hanya pada pelayan yang sibuk membersihkan kastil ini. Aku berjalan dengan sedikit kesulitan dalam balutan gaun kembung berewarna biru tua ini, aku lebih suka memakai pakaian tempurku.
Akhirnya setelah perjuangan keras, aku sampai dikamarku, ralat, kamar Marcus. Namun aku tidak melihatnya dimanapun. Aku lalu mengganti gaun menyebalkan itu dengan pakaian tidurku, rasanya jauh lebih nyaman, dan berjalan ke balkon. Aku menikmati pemandangan di balkon, karena maklum, kamarku dulu tidak memiliki balkon.
Sampai kurasakan tangan besar memelukku dari belakang, dan kepalanya bersandar di bahuku."Kau mengecewakanku my Lady." Bisiknya sambil mengecup leherku. Aku mengerenyit mendengar perkataannya.
"Apa maksudmu?" Tanyaku, mulai takut.
"Kukira, ketika aku masuk ke dalam kamar, aku akan melihatmu tanpa balutan kain. Tapi ternyata aku terlalu berharap." Jawabnya sambil terus mengecup leherku.
Membuat darahku berdesir dan hasratku meluap."Maafkan aku tuan, sudah mengecewakanmu. Tapi suka jika anda melakukannya sendiri." Jawabku menggodanya sambil melepaskan diri dari pelukannya. Kulihat seringaian terukir diwajah dinginnya itu.
"Well, mereka menyebutku sang penakluk tanpa alasan." Ucapnya sambil mendekat kearahku, membuatku berjalan mundur dan terjatuh diranjang.
Dengan cepat Ia menindihku dan mengunci manik mataku. Jantungku sekarang berdetak sangat kencang. Aku seperti gadis remaja yang polos. Padahal aku sudah sering melakukan hal seperti ini. Namun tindakannya selalu membuat otakku sulit bekerja.
Ia menggerakkan tangan besarnya mengelus pipiku, lalu turun menjelajahi leherku dan menghentakkan kancing gaun tidurku hingga terlepas. Ia membenamkan wajahnya didadaku, lalu memainkan lidahnya dengan lihai disana. Membuatku menggelinjang nikmat. Ia tanpa ragu lalu membuat tubuh kami telanjang tanpa kesulitan dan menyatukan tubuh kami. Ia membuatku gila. Namun aku menyukainya. Kuyakin tidak ada yang dapat memisahkan kami selamanya bahkan kematian sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Of The Moon
General FictionHal terbaik menjadi anak kecil? Kepolosan dan kebebasan yang mereka miliki. Menangis? Tertawa? Marah? Mereka luapkan tanpa rasa takut, batasan mereka hanyalah orang disekeliling mereka. Namun bagi seorang manusia dewasa, bahkan perasaan mereka sendi...