Cinta tidak pernah memihak, entah baik dan jahat. Cinta akan selalu datang kepada mereka yang menerima kehadirannya dengan sukacita.
.
.
.
.
.
Author POV
Marcus berjalan kesana kemari dengan resah didepan kamarnya. Ksatria bengis itu sedang resah, bukan karena kalah dalam peperangan. Itu karena suara Lady tercintanya yang sedang menjerit didalam sana. Jeritan antara hidup dan mati, berusaha melahirkan keturunannya, anaknya.
Grace melihat tingkah Lordnya itu hanya bisa menggeleng dan menenangkannya, walaupun itu tidak berhasil. Jeritan Elena terhenti digantikan oleh tangisan anak manusia yang memekakkan telinga, namun di telinga Marcus saat ini, tangisan itu bagai nyanyian malaikat. Tanpa basa-basi Ia segera menerjang pintu dan mendekati tabib yang sedang membersihkan bayinya dari sisa darah yang menempel. Ia terpaku dibelakang sang tabib yang sekarang menggendong seorang bayi kecil yang tengah memejamkan matanya."Selamat Lord Marcus, anda memiliki puteri yang sangat cantik." Ucap tabib itu.
"Sungguh? Kau bilang seorang puteri, kau pasti bercanda." Seru Marcus berlebihan, membuat sang tabib mengerenyit.
"Kemarikan, aku ingin melihat Ia mirip dengan siapa." Lanjut Marcus tak sabaran.
Tabib menyerahkan bayi dalam gendongannya itu kepada Lord Marcus. Pemimpin kejam itu menggendongnya dengan hati-hati dan mendekati istrinya yang sedang terbaring lemah.
Lalu berlutut didekat ranjang."Ah, sial. Lihatlah puteri kita ini, sangat mirip denganmu." Keluhnya. Namun senyum yang terukir di wajahnya tak berhenti mengembang.
"Apa kau tidak akan mengakuinya my Lord?" Bisik Elena sambil mengusap peluhnya.
"Kau sebaiknya berhati-hati my Lady, karena sekarang kau memiliki pesaing." Ucap Marcus dengan nada serius. Diiringi dengan kekehan bahagia.
Elena hanya bisa tersenyum melihat tingkah suaminya itu.
"Terimakasih Elena. Kau sudah membawa kebahagiaan dalam hidupku." Ucapnya lagi sambil mengecup kening istrinya dengan sayang.
Ia lalu membiarkan Elena menyusui buah hati mereka itu, tanpa sadar sang Pemimpin yang terkenal akan kebuasannya di medan pertempuran meneteskan air mata, tanda kebahagiaan tiada tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Of The Moon
General FictionHal terbaik menjadi anak kecil? Kepolosan dan kebebasan yang mereka miliki. Menangis? Tertawa? Marah? Mereka luapkan tanpa rasa takut, batasan mereka hanyalah orang disekeliling mereka. Namun bagi seorang manusia dewasa, bahkan perasaan mereka sendi...