Awal Kisah

3.8K 131 10
                                    


Enjoy~ 

Jam menunjukkan pukul 06.30. Sinar matahari memasuki sebuah kamar melalui jendela milik seorang lelaki berambut pirang. Ya, jendela itu sudah dibuka oleh seseorang yang sama untuk membangunkan makhluk kuning yang sedang tertidur pulas tersebut.

"Oniichan! Bangun dong! Sudah pagi tauu!..." Suara melengking milik sang adik menggema di ruangan itu. Namun sepertinya sang empu belum juga dijemput dari alam mimpinya.

"Ayo bangun Oniichan! Ini kan hari pertama Oniichan sekolah! Atau......" Himawari tak melanjutkan kata-katanya, seringai jahil muncul di wajah manis milik adiknya itu. Sedangkan sang empu tak lain adalah Boruto sedikit demi sedikit menerka apa yang terjadi gerangan pada dirinya itu.

"....atau aku akan memanggil Kaachan untuk membangunkanmu dengan jyuuken nya!" lanjut sang adik sembari meninggalkan kamar kakaknya itu. Boruto masih belum seratus persen sadar apa yang barusan didengarnya, kurang lebih tiga puluh detik kemudian matanya melebar.

"UUUAAAPAAAAA! JANGAN HIMAWARI! IYA AKU AKAN BANGUUUNNN!" Dengan secepat kilat aka Flash dia langsung loncat dari kasur, turun dari tangga lalu mengambil handuk oranye miliknya dan masuk ke kamar mandi. Sekitar lima menit membersihkan diri dia keluar. Tak lupa dia mengenakan baju favorit miliknya untuk sekolah. Ya, Boruto sekarang bersekolah di Konoha Academy yang kebetulan dekat dengan rumahnya.

"Yosh!" Sudah siap. Dia turun dari kamar lalu menuju meja makan. Disana ada ayahnya aka Naruto Uzumaki lagi membaca koran dan sang ibu yaitu Hinata Hyuuga yang masih berkutat di dapur. Namun ujung hidung Boruto sepertinya merasakan masakan ibu-tersayang-tercintanya itu hampir selesai. Tak lupa Himawari juga membantu Hinata dalam menyiapkan makanan untuk keluarga tersebut.

"Ohhh... kau sudah bangun rupanya. Siap sekolah?" Naruto yang menyadari kehadiran sulungnya itu menyapa.

"Nandayo kuso-oyaji. Tentu saja aku siap!" Boruto membalas sapaan ayahnya dengan nada keras. Yah Boruto memang sangat gengsi jika didepan ayah yang bersurai sama itu. Boruto merasa ayahnya selalu bekerja 'tanpa' memperhatikan keluarganya itu. Apalagi jika sudah keluar kota, Boruto akan koar-koar gak jelas dirumahnya sendiri membuat Hinata bingung juga sebenarnya. Tapi Hinata merasakan bahwa Boruto sebenarnya hanya ingin diperhatikan saja oleh suami-tercintanya itu.

"Boruto, tidak baik berbicara seperti itu kepada Otouchan mu!" Hinata menasehati anak berambut pirang itu.

"Iya iya Kaachan....tidak akan kuulangi." Boruto meresponnya dengan malas. Kenapa Ibunya itu tidak marah sama sekali jika ayahnya bekerja terus? Masih bingung rupanya si Boruto ini ck ck ck.

"Ha'i, sudah siap!" Himawari datang dengan muka cerah membawa piring yang berisi makanan yang barusan dimasak oleh Hinata.

"Oke..itadakimasu" Boruto makan dengan cukup lahap. Moodnya mungkin tidak sedang buruk hari ini jadi perutnya bisa diisi dengan normal oleh pemiliknya.

"Oh iya Boruto, apa kau sudah tahu dimana sekolah barumu?" Suara milik sang ayah bertanya.

"Bukankah kemarin kita sudah kesana sambil mendaftar? Lagi pula dekat kok." Boruto menjawabnya dengan enteng.

"Benarkah? Oh iya aku lupa hehehehe..." Naruto menjawab garing sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

'makanya jangan kebanyakan kerja!' batin Boruto dengan wajah malas. Namun berkat kerja keras Naruto, keluarga bahagianya bisa hidup sejahtera. Salah satu direktur CEO soalnya.

"Terima kasih atas makanannya. Ya sudah Touchan, Kaachan, dan Himawari juga, aku pergi dulu. Ittekimasu" Boruto sudah siap berangkat sekolah.

"Itterasshai... hati-hati ya.." suara lembut Kaachan nya merespon kepergian sang sulung.


'Oke! Aku akan dapat teman baru! Tidak sabar sampai kesekolah' Laki-laki ini membatin sambil cengar-cengir sendiri tanpa merasakan perhatian orang-orang yang sedang memperhatikannya. 'Jangan dekat dekat! Dia gila!' Aduhhh... ada ada saja.

.

.

.

Dalam sebuah kelas terdapat sedikit keriuhan karena mendengar rumor adanya anak baru.

"Katanya ada anak baru. Kudengar dia anak CEO!" salah seorang murid berkata.

"Wah... keren. Laki-laki atau perempuan?" murid yang lain bertanya.

"Aku tidak tahu, tapi katanya rambutnya pirang!" murid yang sebelumnya berkata itu kembali berargumen.

"Jangan-jangan dia bule! Hahaha..." yang ini malah sedikit ngawur. 

Diantara keriuhan itu terdapat tiga perempuan memperhatikan yang sedang terjadi dikelasnya.

"Hei inchou, apa kau tahu siapa anak baru itu?" tanya perempuan berambut hitam yaitu Sarada sambil melihat keriuhan yang mungkin makin menjadi itu.

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia murid laki-laki." Sang ketua kelas aka inchou atau nama aslinya adalah Sumire membalas pertanyaan milik temannya.

"Hooo...kau tertarik padanya? Atau sedang memikirkannya?" goda gadis kedua teman sebelumnya yaitu Cho Cho. Dia selalu saja tertarik pada hal yang berbau roman dan lawan jenis. Sedangkan gadis berambut ungu tersebut tiba-tiba merona sambil panik.

"Bu-bu-bukan seperti itu maksudkuu..." Sumire menjawab sambil menggoyangkan tangannya. Cukup manis jika dilihat.

"Sudahlah Cho-Cho. Tapi apakah benar kau tidak tertarik pada laki-laki di sekolah ini inchou? Aku penasaran..." Sarada memperhatikan teman ungunya itu sambil memegang dagunya sendiri. Iyalah masa dagunya si Cho Cho.

"A-aku tidak pernah memikirkan tentang hal seperti itu." Respon yang didengan membuat kedua temannya terkejut. Kenapa sang ketua kelas yang dipandang sebagai salah satu gadis yang cukup bisa dibilang idaman, tidak tertarik pada satu laki-laki pun. Karena dirinya sangat fokus terhadap pelajaran dan terlebih lagi nilainya sangat bagus membuat nilai plus dari gadis surai ungu.

"Ck ck ck....kau ini sudah enam belas tahun inchou! Sangat disayangkan apabila kau tidak pernah merasakan yang namanya cinta!" Cho Cho seakan menasehati.

"Aku malas meladeni omongan pemakan kripik ini namun yang dikatakannya itu benar inchou." Sarada mengakui kebenaran perkataan milik teman coklatnya.

"A-aku tidak nyaman berbicara tentang hal semacam ini..." sang ketua kelas tidak tahan namun rona di wajahnya belum hilang.

"Tapi kan...." Sebelum Cho Cho melanjutkan kata-katanya. Ada yang memasuki ruangan kelas itu. Dia adalah Shino-sensei, seorang pria yang menyukai serangga, pikir murid-murid jika melihatnya.

"Ayo semuanya tenang. Dan Sumire tolong siapkan." Shino mengintrupsi pemimpin kelas ini untuk menyiapkan kelasnya dengan wajah datar.

Setelah selesai hormat, Shino-sensei nampaknya belum memulai pelajaran. Dia melanjutkan perkataannya.

"Mungkin kalian sudah dengar jika kita kedangan murid baru. Masuklah..." Shino memanggil seorang pria blonde dengan dua garis di pipinya serta mata biru laut miliknya memandang lurus sambil menuju samping Shino-sensei.

"Jadi dia adalah murid baru di sekolah kita, namamu..." sang guru seperti mempersilahkan murid barunya itu untuk berbicara.

"Namaku Uzumaki Boruto! Aku senang mendapat teman banyak dan...Yoroshikuu!" Boruto dengan lantang memperkenalkan dirinya.

.

.

>>Continue

Hmm segini dulu aj...masi lanjut dan dukung biar selesai ya. :D

Sweet LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang