Kekuatan

678 45 3
                                    

Happy reading!


Previous


Dia takut.

Akhirnya Pemuda itu menunduk, menghela napas. Tapi mau tak mau, suka tak suka, bisa tak bisa, harus dia lakukan. Benar-benar harus dilakukan.

Dan pada saat itu juga, muncul api merah yang muncul dalam hati Boruto.

.

.

.


"Itadakimasu!" Mereka berlima berucap sebelum menyantap makanan pada malam itu. Keluarga Boruto kedatangan tamu yang juga ikut makan bersama mereka, Sumire, yang juga membantu Hinata memasak.

Dan karena berlima, itu artinya Naruto juga pulang cepat hari itu. Boruto seperti biasa menanggapi dengan biasa, namun tersenyum dalam hati. Naruto memang suka bertemu dengan orang baru karena itu tak perlu waktu lama bagi Sumire untuk diterima sebagai tamu.

"Jadi Sumire-chan, bagaimana perasaanmu?" Naruto seperti biasa memulai obrolan ringan sambil mulai mengambil mangkuk berisi nasi miliknya.

"Aku sangat senang, bisa ikut makan malam bersama. Dan maaf bila itu merepotkan." Sumire juga mulai menyantap makanan miliknya.

"Merepotkan? Justru aku senang ada tamu disini, semakin ramai semakin seru bukan? Wah...ini enak!" Naruto mencoba karaage yang sudah disediakan, rasanya memang enak dengan sedikit bumbu gurih.

"Itu Sumire-chan yang masak lho! Dia sangat membantu ketika aku berada di dapur" Hinata mengikuti obrolan yang sepertinya mulai seru. Boruto sedari tadi diam saja sambil mengunyah, enak. Dia tidak pernah tahu kalau Sumire bisa memasak, mungkin saja....dia bisa jadi ist...'Tidak! Apa yang kupirkan!'

"Mungkin saja...dia bisa jadi istri yang handal bukan, Boruto?" Naruto berkomentar.

"WUAA! UHUK! UHUK!" Boruto tersedak akibat teriakannya sendiri, diraihnya dengan cepat gelas berisi air putih di depannya, sedangkan tangan yang satunya untuk memukul dadanya sendiri. 'Sial! Yang kupikirkan kenapa jadi diomongin! Ayah sialan!'

"Kamu kenapa Boruto? Kenapa kaget begitu?" Hinata yang berada disebelah pemuda kuning juga membantu.

"Tidak...aku tadi hanya melamun saja. Hahah..." Pemuda kuning masih berusaha mengatur nafas, dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, dadanya masih naik turun.

"Boruto-kun beneran tidak apa-apa?" Kali ini Sumire yang mulai khawatir.

"Tentu saja, ini bukan masalah besar" Boruto menjawab dengan senyum ringan. Himawari yang sejak tadi hanya menjadi penonton hanya mengunyah sambil mendengarkan obrolan, dia juga merasa senang karena sudah lama tidak merasakan makan besar seperti ini. (Yah bagi dia ini makan besar)

.

.

.

"Terima kasih atas makanannya. Fuh...tadi memang enak" Boruto mengelus perutnya yang kenyang, lalu menatap Sumire yang juga selesai makan.

"Oh iya, Sumire-chan, kamu tidak apa-apa belum pulang jam segini? Bagaimana dengan ibumu?" Hinata bertanya sambil membereskan piring dan sendok.

"Hmm...sebenarnya ibuku sedang berada dirumah temannya, dan aku juga sudah izin jadi tidak apa-apa"

"Oh begitu, kalau begitu nanti Boruto, nanti kau jaga dia pas pulang ya?" Dan entah darimana Naruto muncul, langsung menyuruh Boruto.

"Ha!? Kenapa tidak...akh, baiklah." Dan sesaat pemuda itu mau protes, dia menahannya. Ini sudah malam, dan tidak baik bagi seorang gadis untuk jalan pulang sedirian pada jam segini.

Sweet LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang