Yo! Story is updated! Setelah tugas yang menumpuk dan beberapa urusan ini itu, pada akhirnya bisa apdet juga. Demi kalian juga loh, karena saya juga gk mau jadi author yang tak bertanggung jawab makanya pasti lanjut :D. Oh iya dan juga semoga kalian bakal suka dengan part ini!
Happy Reading!
Previous
"Hei, kau masih bersemangat kan?"
"Tentu saja" Nada lemas lagi yang terdengar. Shikadai hanya menatap pasrah dan akhirnya berdiri.
"Aku malas jika berdebat denganmu terus, aku pulang saja." Lalu dia mulai menenteng tas nya. Boruto hanya menoleh sebentar mendapati temannya sudah keluar dari kelas. Ya, tinggal dia sendiri di kelas itu. Entah mungkin sekarang jiwanya tidak bisa diajak kompromi untuk disemangati.
'Aku hanya perlu bersabar dan menunggu, aku tak akan mengambil resiko.' Gumamnya dalam hati.
.
.
.
Dalam perjalanan pulang Shikadai nampak masih terganggu pikirannya perihal Boruto yang tidak seperti biasanya. Padahal saat latihan tadi dia terlihat bersemangat apalagi kedatangan dua orang tamu yang diketahui adalah keluarga dari pemuda kuning meskipun hanya sebentar berkunjung. Lalu saat pulang dia tiba-tiba diam? Bukan lesu yang dialami pemuda kuning itu menurut Shikadai, tapi pasti ada yang mengganjal dari diri pemuda kuning itu. Yah bagi Shikadai, ini tidak masalah karena dia diam berarti dia juga sedang bergulat dengan pikirannya sendiri. Bantuan dari pemuda nanas belum akan datang jika Boruto belum berbicara padanya. Jadi untuk saat ini, biarkan saja Boruto menghadapi masalahnya.
"Ah, sudah sampai rumah ternyata."
.
.
.
Terlihat seorang pemuda kuning masih berada di tempatnya dan tidak melakukan apapun selama hampir tiga puluh menit. Masih termenung saja dengan pikirannya, dan dia juga tidak tahu kenapa dirinya berpikiran seperti itu. Pikiran saat malam itu masih diingatnya dengan jelas.
'...bukan siapa-siapa darinya.'
Dia semakin menunduk. 'Bagaimana jika aku tidak diterima?'. Akhirnya ketakutan terbesar darinya sudah terlintas dalam pikirannya. Dia mengerti akan hal itu, Sumire baik pada dirinya, dan begitu juga dia baik pada orang lain. Di saat pemuda kuning menerima senyuman manis dari gadis ungu, senyuman itu juga diberikan pada yang lainnya. Di saat dia tertawa dengan lelucon darinya, gadis itu juga tertawa dengan temannya yang lain.
'Aku ini memang bukan siapa-siapa darinya!'.
Tapi, tunggu dulu. Gadis itu pernah terjebak dalam situasi yang membuatnya sedikit trauma dengan laki-laki. Lalu kenapa jika dengan pemuda kuning dia bisa terus bersama? Pertanyaan-pertanyaan lain muncul dalam pikirannya dengan cepat. Ketika masih memikirkan jawaban dari sekian banyak pertanyaan itu, tiba-tiba...
"Boruto-kun?" Suara lembut itu. Secara tanpa sadar kepala kuning itu menoleh mendapati gadis itu sedang menatap dirinya.
"E..eh? Inchou? Sedang apa disini?" Boruto masih terkejut dengan kedatangan ketua kelasnya itu. Dan saat itu juga pertanyaan-pertanyaan yang dipikirkannya hilang begitu saja.
"Aku? Aku hanya ingin mengambil tas ku yang tertinggal." Boruto menatap bangku yang berada tepat disamping tempat duduknya. Ternyata masih ada tas disitu, dan dia tak menyadarinya sedari tadi.
"Itu tas mu inchou? Aku tidak melihatnya sama sekali." Lalu setelah itu Sumire mengambil tasnya, dan menatap pemuda kuning itu lagi. "Bagaimana latihannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lady
Romance[COMPLETED] Boruto yang sepertinya mulai mengenal dengan yang namanya cinta//Sumire yang memiliki sedikit trauma terhadap laki-laki.// Sebuah cerita buatan from my idea. Sorry jika ada salah-salah My first Story. END!!