Pelurusan

858 55 7
                                    

Ator heere! Apdet lagi dan tentu dengan sedikit kerja keras dan ide yang saya comot sana sini dari otak saya sendiri, pusing deh... Eits tapi kalian jangan khawatir karena saya sudah membuat setiap part dalam story ini baik sedemikian rupa jadi semoga saja kalian suka yah :D Daripada basabasi lagi langsung saja Happy Reading!!



Previous


"Apa yang sudah kulakukan" Gadis itu nampak menyesali apa yang sudah dia lakukan, sisi dingin dirinya hanyalah perwujudan dirinya yang sedang terkena trauma terhadap kaum yang disebut laki-laki. Namun saat pemuda itu ingin menyelamatkannya, dirinya malah acuh karena suatu ingatan yang malah merubah dirinya. Ingatan hanyalah masa lalu, tak perlu ditakutkan karena di masa sekarang semua sudah lebih baik, gadis itu hanya tak bisa mengatasi ketakutannya sendiri, dia harus berhenti berharap pada orang lain, dan ada kalanya seseorang harus menyelesaikan masalahnnya sendiri. Dan dia sadar akan hal itu, dia menyesali dirinya sendiri. Menyesal sudah mengacuhkan seorang penyelamat yang memang sangat dibutuhkan olehnya.

.

.

.

Rabu, pagi itu langit dipenuhi oleh awan hitam namun tipis menandakan akan hujan hari itu. Menurut ramalan cuaca, hujan akan turun saat sore nanti. Jadi Boruto sudah membawa payung hitam miliknya setelah diingatkan oleh Hinata.

Saat ini pemuda kuning itu sudah berada di sekolah dan sedang duduk dikursi miliknya sambil membaca dokumen milik ayahnya yang sengaja dia bawa karena yang kemarin sudah selesai dikerjakan. Dia membawa lagi untuk mengisi waktu kosongnya karena saat pagi memang masih sepi jadi dia tak melakukan apapun untuk itu. (tumben nih pagi terus datengnya)

.

.

.

Disisi lain ternyata Sumire juga datang pagi hari ini, dia berniat seperti itu karena dengan datang pagi dia bisa tidak bertemu dengan Boruto dan memberi waktunya untuk meminta maaf perihal sikapnya yang dingin akibat trauma yang muncul waktu itu. Dan juga memberi waktu baginya untuk berterimakasih kepadanya. Setelah dia ke kelas lalu gadis itu ingin mengambil proposal anggaran yang dia simpan diruangan dewan sekolah untuk dia baca kembali.

Namun ekspektasinya berbeda jauh dari yang dia pikirkan sebelumnya, saat kakinya memasuki kelas ternyata pemuda itu sudah berada disana dan anteng dengan yang dia kerjakan saat itu. Gadis itu tak tahu harus berbuat apa, dan muncullah sebuah ide.

'Jika dia menyapaku, aku akan berbalas menyapanya'. Tapi sebelum dia melangkah lagi sebuah pikiran muncul kembali.

'Jika dia tidak menyapa bagaimana?' Dia menatap ke lantai kelas. Dalam kelas itu hanya ada mereka berdua, masih ada satu jam lagi sampai pelajaran dimulai. Ah, kejadian yang manapun akan dia hadapi, dia harus mengatasinya sendiri. Gadis itu ingin mandiri, tidak bergantung pada orang lain lagi. Dengan segenap keberanian yang dia punya, dia melangkah dengan pelan lalu setelah dia sampai pada kursinya dia meletakkan tas miliknya dengan membelakangi pemuda itu dan menunggu apa yang terjadi.

Namun tidak terjadi apapun, gadis ungu itu tidak mendapat sapaan apapun. Yang terdengar hanyalah gumaman-gumaman pemuda kuning yang sedang membaca dokumen yang ia baca. Kali ini ekspektasinya salah lagi, tidak ada sapaan. Dengan pandangan sedih dia lalu keluar kelas dengan langkah kaki yang dipercepat, sampai ada setetes air yang jatuh dari pipi mulusnya itu.

'Kurasa Boruto-kun membenci ku. Tapi kenapa aku menangis?'

.

.

Sweet LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang